Selamat Berkunjung

Selamat Berkunjung !
Diharap komentarnya agar lebih bermanfaat, menambah wawasan dan hikmah

Selasa, 17 Januari 2012

Pemuda Putus Sekolah Berhasil Memproduksi BBM dari Limbah Plastik



1326801253571535483
Hera Feri dan peralatan hasil temuannya (foto: serambinews)

Di tengah krisis bahan bakar minyak yang berkepanjangan, akibat harga minyak dunia yang serba tidak menentu. Membuat sebagian orang merasa frustasi. Apalagi imbas dari kenaikan harga bahan bakar tersebut, tentu saja akan sangat berpengaruh kepada laju pergerakan roda industri dan ekonomi secara langsung.

Bagi rakyat jelata, kenaikan harga BBM atau pembatasan penggunaan bahan bakar premium, sama saja dengan malapetaka. Ya, karena dengan adanya pembatasan tersebut, tentu saja akan berimbas kepada ekonomi keluarga secara langsung. Boleh jadi, kendaraan pickup butut yang biasanya digunakan untuk mengangkut hasil panen ke pasar rakyat, tidak mungkin digunakan lagi akibat adanya kebijaksanaan pemerintah tersebut. Para nelayan untuk mencari ikan sudah kesulitan untuk mengimbangi hasil tangkapan dan biaya bahan bakar yang dikeluarkan. Padahal tanpa nelayan kita tidak mungkin makan ikan.

Bagaimanapun untuk menggunakan bahan bakar pertamax seperti yang disarankan pemerintah, tentu saja sangat berat bagi kantong mereka. Apalagi untuk memasang alat LGV Converter Kits, supaya kendaraan bisa menggunakan bahan bakar gas, yang harganya pun belasan juta itu, semakin menjadi beban besar kepada mereka.

Namun siapa nyana, seorang pemuda jenius yang berasal dari sebuah desa kecil di Kabupaten Bener Meriah Aceh, secara mengejutkan telah mampu merubah bahan limbah plastik kresek, menjadi bahan bakar minyak sekelas kerosin. Bahkan dapat ditingkatkan menjadi premium dan solar diesel.
Hera Feri yang berumur 32 tahun, adalah seorang pemuda putus sekolah. Diakibatkan oleh beberapa hal, ia hanya mampu mengenyam bangku sekolah hingga kelas dua MAN saja. Yaitu setingkat dengan SMU di kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah. Dengan berbekal peralatan yang sangat sederhana, berupa kaleng bekas dan pipa seng. Ia telah mampu mengolah limbah pelastik kresek, yang banyak berserakan di jalan raya dan tempat sampah, menjadi bahan bakar kerosin (minyak tanah).

Keberhasilan Hera Feri tersebut, sontak membuat warga sekitarnya terkagum-kagum. Di tengah krisis bahan bakar minyak yang berkepanjangan, malah Hera Feri mampu memproduksi bahan bakar dari limbah yang sangat mengganggu tersebut. Seketika, pemuda yang kesehariannya sebagai petani tersebut, langsung berubah profesi menjadi sebagai juru produksi bahan bakar minyak
.
Menurut Hera Feri, jika dibekali dengan beberapa alat yang sedikit lebih bagus untuk proses kompresi dan penyulingan, ia akan mampu memproduksi jenis bahan bakar setingkat premium dan solar diesel. Sedangkan sisa-sisanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan aspal (ter).

Namun, akibat keterbatasan daya dan materi, Hera Feri baru mampu memproduksi sejenis bahan bakar minyak. Ia sangat mengharapkan pihak yang berkompeten untuk membantunya guna dapat merealisasikan semua percobaannya, dalam memproduksi berbagai jenis bahan bakar, dari limbah plastis kresek tersebut.
Semoga pemerintah cepat tanggap dengan temuan yang sangat berharga ini.

Di satu segi, temuan ini dapat membersihkan limbah pelastik kresek, yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup, karena sangat sulit untuk memusnahkannya. Di sisi lain, malah melahirkan suatu temuan baru, yang sangat bermanfaat bagi seluruh masyarakat di era krisis BBM seperti saat ini. Karena tanpa diduga, malah dapat memproduksi bahan bakar yang bisa diperbaharui dari limbah tersebut. Ide seperti ini sangat langka, dan sesegera mungkin diapresiasi dan dikembangkan  untuk kemaslahatan masyarakat.

Pada dasarnya masyarakat Indonesia itu gudangnya penemu dan kreator. Hanya saja tidak ada wadah atau tempat untuk menampungnya. Maka jangan heran, bayak ide seperti ini dimanfaatkan dan dieksploitasi oleh pihak asing.

 Beberapa waktu lalu, banyak berita merilis tentang keberhasilan anak-anak SMK merakit mobil, bahkan ada yang kapal, robot sampai pesawat terbang. Ini jelas merupakan aset yang mendatangkan keuntungan dan penghasilan bagi bangsa dan negara, mengurangi anggaran belanja untuk beli produk-produk impor dan sebagainya.

Coba bandingkan dengan situasi saat ini, ada lembaga negara yang sibuk membahas pembangunan toilet super mewah. Berapa biaya yang harus dikeluarkan??? Siapa yang harus dibebani???