Selamat Berkunjung

Selamat Berkunjung !
Diharap komentarnya agar lebih bermanfaat, menambah wawasan dan hikmah

Sabtu, 04 Februari 2012

Rasi Bintang Sebagai Penunjuk Arah


RASI BINTANG PARI :

Rasi bintang yang bisa ditemukan dan bisa dilihat di langit adalah rasi bintang pari/crux. Rasi bintang ini berbentuk pari/layang-layang/salib dan bisa kita lihat pada langit malam dengan arah agak ke selatan. Yah, salah satu fungsi rasi bintang juga adalah sebagai petunjuk arah pada malam hari kalo tiba-tiba kita kehilangan arah. Pada setiap rasi bintang, ada satu bintang yang paling terang, dan biasanya dalam peta rasi bintang diberi simbol α (lihat gambar)
rasi bintang pari/crux – arah selatan

RASI BINTANG ORION/WALUKU :

Rasi bintang kedua yang bisa ditemukan sendiri di langit, tentunya setelah liat peta rasi bintang adalah rasi bintang orion/pemburu. Rasi bintang ini dapat dilihat di langit sebelah barat. Dinamai Orion, yang artinya adalah pemburu, rasi bintang ini didedikasikan bagi Orion, putera Neptune, seorang pemburu terbaik di dunia. Orion ini mudah dikenali dengan adanya 3 bintang kembar yang berjajar membentuk sabuk Orion (Orion Belt). Satu lagi yang menarik bagi di rasi orion ini adalah adanya bintang Bellatrix dan Betelgeuse pada konstelasinya. Bellatrix identik dengan tokoh dalam Harry Potter, sedangkan Betelgeuse adalah salah satu judul film anak2 waktu dulu. Ternyata kedua nama itu adalah nama bintang, termasuk Sirius, Remus, Regulus, dan lain-lain dalam dunia perfilman. Selain sebagai petunjuk arah barat, rasi bintang orion ini/waluku dalam bahasa Indonesia sering dijadikan sebagai tanda bagi para petani jaman dulu untuk mulai menggarap sawah dan ladangnya.
Rasi Bintang Orion/Pemburu – arah barat – petunjuk musim bercocok tanam

RASI BINTANG GREAT BEAR/BIDUK :

Rasi Bintang ketiga yang mungkin paling populer dan dapat dikenali, menjadi petunjuk arah utara adalah rasi bintang Biduk/Great Bear/Beruang besar yang menunjukkan arah utara. Bentuknya seperti gayung, dan terdiri dari 7 buah bintang, karena itu juga terkadang rasi bintang ini disebut sebagai konstelasi bintang tujuh. Rasi bintang ini terlihat sepanjang tahun di langit utara.
Rasi Bintang Biduk/Great Bear – arah utara

RASI BINTANG SCORPIO :

Rasi bintang keempat yang bisa dikenali dan menjadi petunjuk arah adalah rasi bintang scorpio. Rasi bintang satu ini agak susah dicari, karena jumlah bintang yang membentuk konstelasinya cukup banyak. Rasi Scorpio ini menjadi petunjuk arah tenggara/timur langit. Dalam mitologi yunani kuno, Scorpio ini adalah utusan Apollo untuk membunuh sang Pemburu, Orion. Pada konstelasi ini juga terdapat bintang Antares, salah satu bintang paling terang yang pernah ditemukan.
Rasi Bintang Scorpio

Fakta Ilmiah Bentuk Bumi Bulat Dalam Al-Qur'an



Informasi mengenai bumi bulat, dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Al-Qur'an mengenai pergantian siang dan malam :
“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam?” (QS. Lukman (31) : 29).

Menurut ahli tafsir, kata memasukkan pada ayat di atas diartikan sebagai malam lambat laun berubah menjadi siang demikian pula sebaliknya. Peristiwa ini hanya dapat terjadi jika bumi bukan datar tetapi bulat. Jika bumi datar, maka akan terjadi perubahan secara tiba-tiba dari malam menjadi siang. Begitu pula dari siang menjadi malam.
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar: Dia menutupkan malam atas siang dan siang atas malam.” (QS. Az-Zumar (39) : 5).

Istilah arab yang digunakan disini adalah kawwara yang artinya menutupkan atau melilitkan. Sebagaimana Sorban dililitkan di kepala. Menutupi atau melilitkan siang dan malam hanya dapat terjadi jika bumi berbentuk bulat.

Dalam Al Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai "menutupkan" dalam ayat di atas adalah "takwir". Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala.
Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi. Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa Al Qur'an, yang telah diturunkan pada abad ke-7, telah men gisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat. 
By Kalman (http://Mawasangka-bagea.blogspot.com)

Fakta Ilmiah Materi Antarbintang Dalam Al-Qur'an



Sumber : http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Interstellar_medium

 Diketahui bahwa materi utama penyusun gas antarbintang adalah hidrogen dan sedikit helium, dengan kerapatan sekitar 1 atom/cm3. Tetapi di beberapa tempat, kerapatannya bisa mencapai 105 atom/cm3. Kerapatan sebesar ini masih jauh lebih rendah dibanding kerapatan gas di Bumi, yaitu 1019 atom/cm3.
Awan gas atau nebula ini terdiri atas dua daerah, yaitu H I dan H II. Disebut daerah H I (awan hidrogen netral) yaitu daerah tidak ada sumber gelombang ultraviolet yang dapat mengionisasi hidrogennya. Awan ini gelap, dingin dan transparan, sehingga pengamatan objek ini bergantung pada sifat yang dimiliki oleh inti atom hidrogennya.
Sedangkan daerah H II (nebula emisi) yaitu daerah bintang muda dan panas (golongan B dan O) yang terletak dekat dengan nebula gas. Akibatnya pancaran ultraviolet dari bintang tersebut akan mengionisasi gas hidrogen yang terkandung di dalam nebula itu.
Berdasarkan pengamatan radio ditemukan bahwa ada molekul antarbintang, yaitu sejumlah senyawa dalam sebuah awan gas. Hal ini diketahui dari sifat energi elektromagnetik yang dipancarkan maupun diserap oleh awan gas tersebut, yaitu molekul-molekul organik yang menjadi dasar kehidupan, di antaranya hidroksil radikal, amonia, air, metil alkohol, metil sianida, formaldehid, hidrogen sianida, dan karbon monoksida. Hanya saja, molekul-molekul ini jauh lebih kecil dibanding hidrogen.
Hal yang sangat menarik, meskipun materi antarbintang ini baru diketahui pada tahun 1920, tapi 15 abad yang lalu Al-Qur’an telah menarik perhatian manusia terhadap keberadaannya dengan menggambarkan partikel-partikel ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya, dan semua yang di bawah tanah.” (QS. Thaha (20) : 6)
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.” (QS. Al-Anbiyaa’ (21) : 16)
Ini menunjukkan bahwa substansi yang begitu halus sehingga dianggap sebagai debu, asap, atau gas dalam medium antarbintang ini sebagai maa baynahuma, yang diterjemahkan sebagai ‘segala apa yang ada di antara keduanya’.
By Kalman (http://Mawasangka-bagea.blogspot.com)

Fakta Ilmiah Bintang Sebagai Perhiasan Langit


Sumber :  science.nationalgeographic.com

 Langit yang ada di atas kita ini dihiasi oleh Allah dengan lampu-lampu, yaitu bintang-bintang dan galaksi, dan itulah langit dunia yang kita saksikan dari tempat dan arah manapun.
“Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang.” (QS. Ash Shaffaat (37) : 6)
Jika kita melihat langit yang terang dan cerah di malam hari tanpa ada bulan yang menerangi dan tak ada lampu yang menyinari, maka kita akan melihat bintang dengan keindahannya yang luar biasa yang dihiasi dengan macam-macam logam perak yang mengkilap, ada yang bersinar kemerahan, atau bahkan kebiruan.
“...Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat (41) : 12)
Di tempat manapun kita berada, baik di permukaan bumi, di atas permukaan bumi, di luar Tata Surya atau galaksi sekalipun, kita akan melihat bentuk rupa dan warna bintang yang berbeda-beda. Itulah pemandangan langit yang sama dengan segala planet, bintang dan galaksinya.
Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun.” (QS. Qaaf (50) : 6)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya).” (QS. Al-Hijr (15) :16)
By Kalman (http://Mawasangka-bagea.blogspot.com)

Jumat, 03 Februari 2012

Dari mana Bintang-Bintang Mendapatkan Warnanya?


Bintang kita, Matahari, berwarna kuning sangat pucat. Tetapi bintang-bintang memiliki ragam warna yang mencengangkan.

Ada satu kelompok bintang yang disebut "Kotak Permata." Di tengah angkasa yang hitam beludru terdapat sebidang bintang-bintang biru safir, dengan satu bintang oranye berkilau di tengah.

Perbedaan warna bintang tergantung pada suhu mereka yang sangat berbeda-beda. Beginilah cara kerjanya.

Cahaya adalah radiasi yang bergerak dalam gelombang. Jarak antara puncak satu gelombang dan puncak gelombang berikutnya disebut sebagai panjang gelombang.

Gelombang cahaya sangat pendek. Sependek apa? Bayangkan membagi satu sentimeter menjadi 100.000 bagian. Beberapa dari bagian ini disatukan adalah panjang gelombang cahaya.

Semakin merah warna bintang maka suhunya semakin rendah

Kita tahu dari pengalaman sehari-hari bahwa warna sebuah benda dapat berubah saat suhunya berubah.

Ambil tongkat besi dan masukkan ke perapian. Saat besi hitam dingin tadi memanas, kilau pucat kemerahan menyebar di permukaannya.

Saat bertambah panas, besi menjadi makin merah. Kalau kamu masih bisa terus memanaskan, besi itu akan berubah dari merah ke oranye ke kuning ke putih, dan akhirnya ke biru.

Para ilmuan telah menemukan hukum alam yang memberi tahu bagaimana warna dan suhu berhubungan. Saat zat bertambah panas, kebanyakan radiasi datang darinya memiliki lebih banyak energi dan panjang gelombang yang lebih pendek.


Cahaya biru memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dari pada cahaya merah. Jadi benda panas yang mengeluarkan cahaya biru tentunya lebih panas dari pada yang berkilau merah.

Atom gas-gas panas dalam bintang mengeluarkan partikel-partikel cahaya yang disebut foton. Semakin panas gas, semakin tinggi energi foton, dan semakin pendek gelombang cahayanya.

Jadi bintang paling panas dan paling muda mengeluarkan cahaya putih kebiruan. Dengan terpakainya bahan bakar nuklir, mereka cenderung mendingin.

Akibatnya, bintang tua yang mendingin biasanya mengeluarkan cahaya merah. Bintang setengah baya, seperti Matahari, bersinar kuning.

Matahari kita jaraknya hanya 150 juta km. Kita dapat melihat dengan jelas apa warnanya. Tetapi bintang-bintang yang lebih jauh dari Matahari berjarak trilyunan km lebih, dan sukar untuk diketahui, walaupun dengan teleskop yang paling kuat sekalipun.

Jadi para ilmuan membiarkan sinar bintang yang datang melewati filter-filter, atau melalui alat yang disebut spektograf. Ini mengungkapkan berapa banyak cahaya dari setiap panjang gelombang yang datang dari sebuah bintang.

Para astronom menetukan warna keseluruhan sebuah bintang dengan mencatat panjang gelombang cahaya mana yang paling kuat.

Begitu mereka mengetahui warnanya, maka mereka dapat menerka suhu permukaannya menggunakan rumus matematika sederhana. Dengan suhu itu, mereka juga bisa mendapatkan gambaran berapa umur bintang itu.


Source: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7031776

Tipe, Klasifikasi, dan Penggolongan Bintang

Dalam astronomi, klasifikasi bintang adalah peng-klasifikasian bintang-bintang berdasarkan kuat beberapa garis serapan pada pola spektrum, dan besarnya luminositas. Kuat garis serapan, khususnya garis-garis serapan atom hidrogen, diperoleh dari analisis pola spektrum bintang yang didapatkan dari pengamatan spektroskopi. Garis-garis serapan tertentu hanya dapat diamati pada satu rentang temperatur tertentu karena hanya pada rentang temperatur tersebut terdapat populasi signifikan dari tingkat energi atom yang terkait. Pemeriksaan kuat garis-garis serapan ini pada akhirnya dapat memberikan informasi mengenai temperatur permukaan. Informasi luminositas dapat diperoleh dari pengamatan fotometri.

Giant Star (bintang raksasa)
Giant star mempunyai luminositas (luminositas: intensitas cahaya/energi yang dipancarkan bintang per detik) hingga 1000 kali luminositas Matahari dan bisa 200 kali lebih besar. Contoh giant star adalah Aldebaran, atau α Tauri, bintang tercerah di konstelasi Taurus.


Aldebaran, diambil dari pesawat Cassini, dengan background cincin Saturnus - Aldebaran dari google earth

Supergiant Star (bintang super-raksasa)
Supergiant merupakan bintang terbesar. Yang terbesar yang ditemukan sejauh ini luminositasnya 10 juta kali luminositas Matahari. Jika Matahari sebesar itu, tidak akan ada Bumi karena sudah ‘dilahap’ dan bintang ini masih lebih besar dari itu. Contoh supergiant adalah Betelgeuse (α Ori), Rigel (β Ori), dan μ Cephei.

Betelgeuse
Dwarf (bintang katai/cebol)
Matahari kita merupakan dwarf. Selama masa hidupnya, bintang mengalami banyak fase. Bila ukurannya seimbang dengan beratnya, bintang itu disebut ‘dwarf’.

Matahari

  • Dwarf coklat (brown dwarf) merupakan bintang gagal yang tidak cukup panas untuk menjadi bintang yang normal.
  • Dwarf putih (white dwarf) adalah bintang mati yang perlahan-lahan menghabiskan bahan bakarnya. Penamaan ‘putih’ sebenarnya tidak terlalu tepat, karena bintang ini berubah warna dari putih menjadi merah. Namun pada akhirnya, bintang ini akan menjadi dwarf hitam (black dwarf) – bintang mati yang sudah tidak punya luminositas.
  • Dwarf coklat dan putih diyakini merupakan bintang-bintang yang ‘menghuni’ dark matter (materi gelap) di alam semesta.

Brown dwarf - White dwarf
Bintang Neutron
Setelah meledak menjadi supernova, bintang yang massanya dua kali massa Matahari akan menjadi bintang neutron. Bintang ini meledak dan menghancurkan atom-atomnya, dan menyatukan proton dan elektron sehingga hanya menyisakan neutron hasil fusi tersebut. Hal ini membuat bintang neutron menjadi sangat mampat/padat. Bintang neutron yang diameternya sekitar 30 km massanya sama dengan massa Matahari. Jika kita bisa memindahkan materi sebanyak satu sendok teh ke Bumi, materi kecil itu akan seberat gunung. Bintang neutron berputar dengan kecepatan sangat tinggi. Beberapa bahkan berputar ratusan kali per detik.

Bintang Neutron

Pulsar
Pulsar, atau ‘pulsating star’, adalah bintang neutron yang memancarkan getaran radiasi yang teratur – biasanya gelombang radio – dari kutub magnetiknya. Contoh pulsar adalah PSR+121 (yang merupakan pulsar radio). Pulsar ini merupakan bintang neutron pertama yang diketahui sebagai pulsar. Radiasi lain yang dipancarkan adalah sinar X dan sinar Gamma.

PSR B1509-58 - Pulsar

Magnetar
Magnetar diyakini merupakan bintang neutron yang mempunyai medan magnet jauh lebih kuat.

SGR 1900+14 - Magnetar

Berdasarkan spektrum dan temperaturnya, bintang dibagi menjadi tujuh tipe:
1.      tipe O (bintang paling biru): 40.000-29.000 derajat C;
2.      tipe B: 28.000-9.700 derajat C;
3.      tipe A: 9.600-7.200 derajat C;
4.      tipe F: 7.100-5.800 derajat C;
5.      tipe G: 5.700-4.700 derajat C;
6.      tipe K: 4.600-3.300 derajat C;
7.      tipe M (bintang paling merah): 3.200-2.100 derajat C.

Matahari kita adalah bintang bertipe G2, sedangkan Sirius (α Canis Majoris) bertipe A0.
Supaya mudah mengingatnya, tipe-tipe tersebut sering dijadikan kalimat ‘Oh Be A Fine Girl Kiss Me’.

Sirius (tercerah di sebelah kiri), muncul bersama komet Hale-Bopp - Sirius dari google earth

Sumber: buku The Astronomy Handbook: Guide to The Night Sky, 2005, karya Clare Gibson, http://antares-astronomyfreak.blogspot.com/2011/01/tipe-tipe-bintang.html, http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_bintang
Astronomi.us

Pengertian Rasi Bintang, Gugus Bintang, dan Konstelasi


Rasi bintang Orion. Credit: wikipedia.org
Suatu rasi bintang, gugus bintang atau konstelasi adalah sekelompok bintang yang tampak berhubungan membentuk suatu konfigurasi khusus. Dalam ruang tiga dimensi, kebanyakan bintang yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok pada bola langit malam. Manusia memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam mengenali pola dan sepanjang sejarah telah mengelompokkan bintang-bintang yang tampak berdekatan menjadi rasi-rasi bintang. Susunan rasi bintang yang tidak resmi, yaitu yang dikenal luas oleh masyarakat tapi tidak diakui oleh para ahli astronomi atau Himpunan Astronomi Internasional, juga disebut asterisma. Bintang-bintang pada rasi bintang atau asterisma jarang yang mempunyai hubungan astrofisika; mereka hanya kebetulan saja tampak berdekatan di langit yang tampak dari Bumi dan biasanya terpisah sangat jauh.

Pengelompokan bintang-bintang menjadi rasi bintang sebenarnya cukup acak, dan kebudayaan yang berbeda akan memiliki rasi bintang yang berbeda pula, sekalipun beberapa yang sangat mudah dikenali biasanya seringkali ditemukan, misalnya Orion atau Scorpius.

Himpunan Astronomi Internasional telah membagi langit menjadi 88 rasi bintang resmi dengan batas-batas yang jelas, sehingga setiap arah hanya dimiliki oleh satu rasi bintang saja. Pada belahan bumi (hemisfer) utara, kebanyakan rasi bintangnya didasarkan pada tradisi Yunani, yang diwariskan melalui Abad Pertengahan, dan mengandung simbol-simbol Zodiak.

Beragam pola-pola lainnya yang tidak resmi telah ada bersama-sama dengan rasi bintang dan disebut asterisma, seperti Bajak (juga dikenal di Amerika Serikat sebagai Big Dipper) dan Little Dipper.

Macam-macam rasi bintang tersebut adalah sebagai berikut:

Constellation
Genitive
Abbr.
Area
(square
degs.)
Area
of sky
(%)
Order
of
size
Visibility range
(full)*
Visibility range
(partial)*
Number
of stars
≤ 6.5*
Origin*
Andromeda
Andromedae
And
722.3
1.751
19
90°N – 37°S
37°S – 68°S
152
1
Antlia
Antliae
Ant
238.9
0.579
62
49°N – 90°S
49°N – 65°N
42
6
Apus
Apodis
Aps
206.3
0.500
67
7°N – 90°S
7°N – 22°N
39
3
Aquarius
Aquarii
Aqr
979.9
2.375
10
65°N – 86°S
90°N – 65°N
172
1
Aquila
Aquilae
Aql
652.5
1.582
22
78°N – 71°S
90°N – 78°N,
71°S – 90°S
124
1
Ara
Arae
Ara
237.1
0.575
63
22°N – 90°S
44°N – 22°N
71
1
Aries
Arietis
Ari
441.4
1.070
39
90°N – 58°S
58°S – 79°S
86
1
Auriga
Aurigae
Aur
657.4
1.594
21
90°N – 34°S
34°S – 62°S
152
1
Boötes
Boötis
Boo
906.8
2.198
13
90°N – 35°S
35°S – 82°S
144
1
Caelum
Caeli
Cae
124.9
0.303
81
41°N – 90°S
62°N – 41°N
20
6
Camelopardalis
Camelopardalis
Cam
756.8
1.835
18
90°N – 3°S
3°S – 37°S
152
4
Cancer
Cancri
Cnc
505.9
1.226
31
90°N – 57°S
57°S – 83°S
104
1
Canes Venatici
Canum Venaticorum
CVn
465.2
1.128
38
90°N – 37°S
37°S – 62°S
59
5
Canis Major
Canis Majoris
CMa
380.1
0.921
43
56°N – 90°S
78°N – 56°N
147
1
Canis Minor
Canis Minoris
CMi
183.4
0.444
71
89°N – 77°S
77°S – 90°S
47
1
Capricornus
Capricorni
Cap
413.9
1.003
40
62°N – 90°S
78°N – 62°N
81
1
Carina
Carinae
Car
494.2
1.198
34
14°N – 90°S
39°N – 14°N
225
7
Cassiopeia
Cassiopeiae
Cas
598.4
1.451
25
90°N – 12°S
12°S – 43°S
157
1
Centaurus
Centauri
Cen
1060.4
2.571
9
25°N – 90°S
59°N – 25°N
281
1
Cepheus
Cephei
Cep
587.8
1.425
27
90°N – 1°S
1°S – 36°S
152
1
Cetus
Ceti
Cet
1231.4
2.985
4
65°N – 79°S
90°N – 65°N,
79°S – 90°S
189
1
Chamaeleon
Chamaeleontis
Cha
131.6
0.319
79
7°N – 90°S
14°N – 7°N
31
3
Circinus
Circini
Cir
93.4
0.226
85
19°N – 90°S
34°N – 19°N
39
6
Columba
Columbae
Col
270.2
0.655
54
46°N – 90°S
62°N – 46°N
68
4
Coma Berenices
Comae Berenices
Com
386.5
0.937
42
90°N – 56°S
56°S – 77°S
66
2
Corona Australis
Coronae Australis
CrA
127.7
0.310
80
44°N – 90°S
53°N – 44°N
46
1
Corona Borealis
Coronae Borealis
CrB
178.7
0.433
73
90°N – 50°S
50°S – 64°S
37
1
Corvus
Corvi
Crv
183.8
0.446
70
65°N – 90°S
78°N – 65°N
29
1
Crater
Crateris
Crt
282.4
0.685
53
65°N – 90°S
83°N – 65°N
33
1
Crux
Crucis
Cru
68.4
0.166
88
25°N – 90°S
34°N – 25°N
49
4
Cygnus
Cygni
Cyg
804.0
1.949
16
90°N – 28°S
28°S – 62°S
262
1
Delphinus
Delphini
Del
188.5
0.457
69
90°N – 69°S
69°S – 87°S
44
1
Dorado
Doradus
Dor
179.2
0.434
72
90°S – 20°N
41°N – 20°N
29
3
Draco
Draconis
Dra
1083.0
2.625
8
90°N – 4°S
4°S – 42°S
211
1
Equuleus
Equulei
Equ
71.6
0.174
87
90°N – 77°S
77°S – 87°S
16
1
Eridanus
Eridani
Eri
1137.9
2.758
6
32°N – 89°S
90°N – 32°N
194
1
Fornax
Fornacis
For
397.5
0.964
41
50°N – 90°S
66°N – 50°N
59
6
Gemini
Geminorum
Gem
513.8
1.245
30
90°N – 55°S
55°S – 80°S
119
1
Grus
Gruis
Gru
365.5
0.886
45
33°N – 90°S
53°N – 33°N
55
3
Hercules
Herculis
Her
1225.1
2.970
5
90°N – 38°S
38°S – 86°S
245
1
Horologium
Horologii
Hor
248.9
0.603
58
23°N – 90°S
50°N – 23°N
30
6
Hydra
Hydrae
Hya
1302.8
3.158
1
54°N – 83°S
90°N – 54°N
238
1
Hydrus
Hydri
Hyi
243.0
0.589
61
8°N – 90°S
32°N – 8°N
33
3
Indus
Indi
Ind
294.0
0.713
49
15°N – 90°S
43°N – 15°N
42
3

(Sumber: wikipedia.org, ianridpath.com)