Selamat Berkunjung

Selamat Berkunjung !
Diharap komentarnya agar lebih bermanfaat, menambah wawasan dan hikmah

Sabtu, 07 Juli 2012

Bukti Ilmiah Kebenaran Al-Qur’an Justru Datang dari Ilmuwan Barat




Kata Pengantar

Bismillahirrahmaanirrahim
Assalamu ’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala pujian dan rasa syukur senantiasa kita panjatkan kehadira Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia senantiasa memberikan rahmat dan karunia berupa kesehatan, kesempatan, kekuatan dan bimbingan sehingga buku yang sederhana ini dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam juga kita haturkan kepada panutan kita, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, karena dengan perjuangan, kerisauan dan pengorbanan beliaulah kita merasakan indahnya kehidupan dalam cahaya iman dan Islam.
Amma ba’du, Al-Qur’an adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berisi petunjuk dan hidayah yang menuntun manusia ke jalan yang benar. Dan banyak ayat-Nya telah menjadi perhatian ilmuwan Muslim dan ilmuwan Barat dalam rangkaian penelitian yang mereka dalami.
Hasil penelitian mereka terungkap bahwa banyak ayat Al-Qur’an yang sudah dibuktikan kebenarannya secara ilmiah, sehingga memberi jalan hidayah bagi ilmuwan Barat untuk masuk Islam dan bertasbih memuji kebesaran dan keagungan-Nya. Walaupun Al-Qur’an itu bukan ensiklopedi sains modern dan kontemporer, namun isi kandungannya sangat kaya dengan informasi-informasi sains. Ini mencerminkan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an itu merupakan suatu kebenaran murni dan hakiki yang sumbernya dari Sang Pencipta, Allah Azza wa Jalla.
Adanya penemuan dalam sains dan teknologi yang begitu pesat ini, telah memotivasi penulis untuk mengemukakan sebagian fakta kebenaran ilmiah Al-Qur’an untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan kita, dan lebih dari itu menambah keyakinan dan penghambaan kita kepada-Nya.
Oleh karena itu, buku yang ada di tangan pembaca ini, diberi judul “Bukti Ilmiah Kebenaran Al-Qur’an Justru Datang dari Ilmuwan Barat”, (Fakta Ilmiah Ayat Al-Qur’an dalam Tinjauan Sains Modern).
Dalam buku ini banyak disajikan informasi yang sangat menarik dan ilmiah. Tidak hanya didukung oleh data dan fakta, tetapi juga Al-Qur’an dan Hadits memberikan penekanan betapa pentingnya informasi ini. Di samping itu, adanya fenomena yang sangat langka (di luar batas nalar dan logika) terjadi dalam kehidupan kita. Dan lebih dari itu, adanya kisah inspiratif dari para ilmuwan Barat yang mendapatkan hidayah (masuk Islam) atas penelitian mereka yang kebenarannya telah dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an 15 abad yang lalu.
Dengan pengkajian secara terperinci terhadap alam semesta, maka membuka pikiran kita bahwa semua fenomena di alam semesta ini terikat oleh hukum-hukum sunnatullah, mulai dari rancangan keseimbangan terkecil hingga rasio terhalus di dalamnya telah ditata untuk memenuhi ketepatan tingkat tinggi. Keteraturan yang menakjubkan ini memberikan kesadaran bagi kita bahwa semuanya telah diatur pada standar ideal bagi keberadaan manusia untuk hidup dan berkembang.
Memang banyak informasi di alam semesta yang tidak dapat dijangkau oleh sains, tetapi harus diyakini kebenarannya berdasarkan informasi Al-Qur’an dan Hadits Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sedangkan informasi tentang fenomena alam yang dijelaskan melalui penelitian ilmiah, kebenarannya pun harus sejalan dengan Al-Qur’an. Karena Allah telah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang menunjukkan bahwa Al-Qur’an itu adalah benar.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Fushshilat (41) : 53)
Banyak sekali fenomena alam yang terhampar di sekitar kita dan ini menggugah kita untuk senantiasa tafakur dan mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap kejadiannya sehingga menjadikan kita sebagai hamba yang senantiasa bersyukur, dan mengagungkan kebesaran-Nya.
Pada hakikatnya untuk mengungkap kalimat Allah di alam semesta ini sungguh sangat luas dan tidak akan pernah ada habisnya. Dan kita tidak akan sanggup untuk menulis dan menghitungnya, walaupun semua pohon dijadikan pena dan lautan dijadikan tintanya, bahkan ditambahkan sebanyak itu pula.
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Luqman (31) : 27).
Akhirul kalam, sebagai hamba yang dhaif, penulis memohon saran dan kritik yang membangun agar buku ini dapat memberikan manfaat, menambah wawasan dan hikmah dalam kehidupan kita. Amin
                                                                                        
Surabaya, Juni 2012


Penulis

Dalam kurun 20 tahun, jumlah penganut agama Islam di Irlandia meningkat 10 kali lipat


Togher adalah kawasan industri yang terletak di pinggiran kota sekitar dua kilomoter di selatan pusat kota Cork, Irlandia. Di kawasan industri itu terdapat sebuah bangunan beton yang cukup besar, yang akan menjadi bagian penting sejarah Islam di Irlandia. Bangunan itu dalam setahun ini, akan diubah menjadi kompleks masjid yang mampu menampung 1.000 lebih jamaah. Gambar disain masjid menunjukkan sebuah lengkungan kubah berwarna putih dengan bulat sabit di atasnya akan menghiasi masjid yang akan menjadi tempat kedua terbesar bagi komunitas Muslim Irlandia, setelah Islamic Cultural Centre of Ireland (ICCI) yang berlokasi di Clonskeagh, Dublin.

“Ini merupakan langkah yang sangat penting bagi kami. Selama bertahun-tahun kami berpindah-pindah dari tempat sewaan yang satu ke tempat sewaan yang lain. Akhirnya, kami punya tempat sendiri,” kata Imam Salim Al-Faituri.

Menurut Imam kelahiran Libya itu, biaya pembangunan masjid baru itu berasal dari donasi kaum Muslimin di Irlandia dan para dermawan dari negara Qatar. Masjid ini akan menjadi pusat kegiatan komunitas Muslim di Cork yang jumlahnya sekitar 6.000 jiwa, dan muslim di kota-kota lain disekitarnya.
“Masjid itu akan menjadi pusat komunitas Muslim kedua terbesar di luar kota Dublin,” kata Ahmed H. Zahran, seorang akademisi asal Mesir yang mengajar di University College Cork. Zahran adalah satu satu anggota komite pembangunan masjid di Togher.
Pembangunan masjid di kota industri Togher menunjukkan bahwa agama Islam sudah memiliki akar di Irlandia. Jumlah muslim di negeri ini terus bertambah dari tahun ke tahun, meski keberadaan komunitas Muslim di Irlandia masih relatif baru dibandingkan dengan negara Eropa lainnya.
Dalam kurun waktu 20 tahun, jumlah penganut agama Islam di Irlandia meningkat 10 kali lipat. Sensus tahun 2006 menunjukkan jumlah muslim dibawah angka 33.000, tapi para pengamat meyakini bahwa jumlah muslim yang sebenarnya di Irlandi mencapai lebih dari 40.000 jiwa. Antara tahun 2002-2006, jumlah muslim meningkat hingga 70 persen dan Islam menjadi agama yang paling cepat pertumbuhannya dibandingkan agama lainnya yang ada di Irlandia.
 
Komunitas Muslim di Irlandia juga makin beragam. Di awal keberadaannya, komunitas Muslim didominasi oleh muslim asal Timur Tengah dan Afrika Utara yang datang ke Irlandia untuk keperluan belajar atau profesi. Mereka lalu menetap, bahkan ada yang menikah dengan orang Irlandia asli.
 
Di awal tahun 1990-an, mulai berdatangan komunitas Muslim dari Asia Tenggara, Asia Selatan, sub-Sahara Afrika dan dari Balkan. Mereka yang datang kebanyakan anak-anak muda yang berimigrasi ke Irlandia dengan alasan ekonomi, atau mencari suaka. Muslim dari Nigeria, Libya, Irak, Somalia, Al-Jazair dan beberapa negara lain, datang ke Irlandia karena mendapatkan suaka. Mayoritas komunitas Muslim di Irlandia adalah kalangan muslim Sunni dan sebagian kecil komunitas Muslim Syiah terutama di kota Dublin.
“Muslim di Irlandia mungkin salah satu populasi Muslim yang paling beragam di Eropa,” kata Dr Oliver Scharbrodt, ilmuwan yang sudah tiga tahun ini melakukan proyek penelitian tentang Islam di Irlandia.
 
Scharbrodt menjelaskan, “Di negara-negara Eropa lainnya, Anda akan menemukan kelompok etnik atau kebangsaan tertentu mendominasi komunitas Muslim karena latar belakang sejarah atau hubungan kolonial, tapi hal semacam itu tidak terjadi di Irlandia.”
“Irlandia, bisa dikatakan sebuah mikrokosmos dari komunitas keagamaan secara global. Di sini, terdapat penganut agama dari berbagai latar belakang bangsa, trend dan gerakan yang hidup dalam ruang geografis dan sebuah masyarakat komunal yang lebih kecil,” ujarnya.

Organisasi Muslim dan Pengaruh Ikhwanul Muslimin
Di Irlandia hanya ada satu pusat kebudataan Islam yang terbesar yaitu Islamic Cultural Centre of Ireland (ICCI). Pusat kebudayaan ini menjadi wakil dan jembatan antara komunitas Muslim dengan pemerintah dan komunitas lainnya di Irlandia.
 
Presiden Irlandia Mary McAleese dan sejumlah pejabat pemerintah Irlandia lainnya pernah berkunjung ke 
Pusat Kebudayaan Islam yang terletak di selatan kota Dublin itu. Ketika terjadi agresi Israel ke Gaza pada tahun 2009, pejabat pemerintah Irlandia Dick Roche menyempatkan diri datang ke ICCI untuk menjelaskan posisi Irlandia atas konflik tersebut.
 
ICCI yang dilengkapi dengan sekolah Islam, dibangun pada tahun 1996 dengan dana dari Yayasan Al-Maktoum, yayasan yang diketua oleh Syaikh Hamdan bin Rashid Al-Maktoum, deputi pemerintah Dubai dan menteri keuangan Uni Emirat Arab. Keluarga Al-Maktoum memiliki bisnis yang luas di Irlandia. ICCI dikelola oleh 20 staf yang kebanyakan berkebangsaan Arab dan merupakan pegawai tetap dari Yayasan Al-Maktoum. Direktur Eksekutif ICCI sekarang adalah Dr Nooh Al-Kaddo, muslim kelahiran Irak yang pindah dari Inggris ke Dublin pada tahun 1997. Muslim Irlandia menyebut ICCI sebagai masjid “Ikhwani” yang diidentikkan dengan kelompok Ikhwanul Muslimin di Mesir.
 
Dalam catatannya tentang Islam di Irlandia, Scharbrodt menulis bahwa ICCI merupakan bagian dari jaringan kelompok dan organisasi Islam di Eropa yang memiliki hubungan dengan gerakan Ikhwanul Muslimin. Kaitan ini, menurut Scharbrodt, kerap menimbulkan kontroversi, meski dalam kaitannya dengan ICCI, hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin sangat longgar dan tidak formal. Namun menurut seorang sumber di Irlandia yang tidak mau disebut namanya, Ikhwanul Muslimin di Mesir memang memberikan pengaruh yang besar pada elemen-elemen keislaman yang ada di Irlandia.
Scharbrodt juga memuji peran Hussein Halawa, muslim kelahiran Mesir yang sekarang menjadi Imam di masjid ICCI. Lewat peran Halawa, ICCI menjadi sekretariat organisasi Dewan Riset dan Fatwa Eropa. “Sehingga Irlandia menjadi salah satu pusat trend ideologi dan intelelektual yang paling berpengaruh dalam dunia Muslim kontemporer,” kata Scharbrodt.
 
Selain ICCI, di Irlandia juga terdapat organisasi Dewan Imam Muslim Irlandia dan Islamic Foundation of Ireland. Seiring dengan bertambahnya jumlah muslim di negeri itu, juga bermunculan organisasi-organisasi muslim baru. Salah satunya, Public Affairs Commitee yang didirikan oleh Liam Egan–seorang asli Irlandia yang memeluk Islam.
 
Dibukanya kedutaan besar Arab Saudi di Dublin pada tahun 2009, menambah dinamis pertumbuhan komunitas Muslim dan perkembangan agama Islam di Irlandia. Kedubes Saudi berencana membuka sekolah dan membangun sebuah masjid baru di Dublin. “Jika rencana itu terealisasi, akan memberikan dampak yang besar, seperti yang kita lihat di negara-negara lain,” kata Umar Qadri, seorang imam di Islamic Centre Blanchardstown.
 
Melihat perkembangan Islam dan komunitas Muslim di Irlandia, Scharbrodt menyarankan agar pemerintah Irlandia meningkatkan hubungan yang baik dengan berbagai elemen Muslim di negeri itu, terutama dengan generasi kedua Muslim yang lahir dan besar di Irlandia.
“Idealnya, pemerintah harus membuka dan menjalin hubungan yang lebih luas lagi dengan masjid-masjid, organisasi dan komunitas Muslim. Ini butuh investasi, waktu dan sumber daya manusia yang besar untuk merangkul mereka semua sebagai bagian dari masyarakat Irlandia,” tukas Scharbrodt. (ln/isc/eramuslim)

Mufti Polandia: Tak Ada Diskriminasi Islam di Negara Kami





Mufti Polandia Mr Tomasz Miskiewiez menungkapkan, kendati Islam di negerinya merupakan agama minoritas, namun tak ada diskriminasi yang diterima baik dari pemerintah mupun dari umat Kristen yang mayoritas.
“Di Polandia sekarang ini, umat Islam bebas menjalankan ibadah tanpa tekanan ataupun diskriminasi,” kata Miskiewiez dalam kuliah umum bertema Islam Polandia: Sejarah dan Perkembangannya Sampai Sekarang,  di Ruang Diorama, Jumat  (26/3).
Turut hadir juga dalam acara itu Rektor UIN Jakarta Prof Dr Komaruddin Hidayat, Purek Bidang Kemahasiswaan Prof Dr Ahmad Thib Raya, Duta Besar Polandia untuk Indonesia Tomasz Lukaszuk, dan istri Mufti Barbara Miskiewiez.

Menurut Miskiewiez, populasi umat Islam di Polandia kini mencapai ada 35 ribu jiwa dari total 38 juta jiwa penduduk negeri itu. Di Polandia, Islam bukanlah agama baru. Agama ini telah ada sejak 1925. Sejak awal, Islam telah mampu hidup harmonis dengan masyarakat Polandia yang mayoritas Kristen.
Umat Islam di Polandia berasal dari suku Tartar, yang beragama Islam Suni. Mereka adalah keturunan dari prajurit Tartar yang gagah berani ketika berperang melawan Kerajaan Tetonik dalam pertempuran Grunwald di Malbork, sebelah utara Polandia pada tahun 1410.

Miskiewiez menegaskan, umat Islam di Polandia memiliki kesamaan dengan umat Islam di Indonesia. “Indonesia dan Polandia memiliki banyak persamaan, hanya saja, Islam di Indonesia sebagai mayoritas sedangkan di Polandia masih dalam minoritas,” ujarnya.

Memang, dalam sejarah, tegas mufti, kehidupan beragama di Polandia pada zaman Komunis menjadi pengamatan intelijen dan tidak dianjurkan. Namun pada era keterbukaan ini, kehidupan beragama menjadi lebih bergairah, dan Islam semakin berkembang.

Kini, umat Islam di Polandia telah memiliki Masjid Raya di kota Warsawa. Masjid tersebut sebelumnya merupakan rumah vila yang dibeli umat Islam dari warga setempat. Selain itu, kini  umat Islam Polandia juga  tengah membangun Pusat Budaya Islam.
Kunjungan Miskiewiez ke Indonesia kali ini bertujuan untuk menjalin kerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI).  Selain itu, Miskiewiez juga akan menemui Menteri Agama RI Suryadharma Ali dan pejabat Kementerian Pertanian RI untuk saling bertukar informasi mengenai sertifikasi produk makanan halal. Miskiewiez juga merencanakan untuk menjalin kerjasama bidang pendidikan.

Sejarah Dan Perkembangan Islam Di Rusia


sejarah singkat islam di russia1. Pendahuluan
Islam di Rusia adalah agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks, yakni sekitar 21 – 28 juta penduduk atau 15 – 20 persen dari sekitar 142 juta penduduk. Kehidupan Muslim di Rusia saat ini juga kian membaik dibanding masa Komunis dulu. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Rusia, pemimpin Rusia (Vladimir Putin) memasukkan menteri Muslim dalam kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia.
2. Sejarah Masuknya Islam Di Rusia
Muslim pertama di wilayah Rusia terkini adalah masyarakat Dagestani di (kawasan Derbent) selepas pentaklukan Arab (abad ke-8). Negeri Muslim yang pertama adalah Volga Bulgaria pada tahun 922. Kaum Tatar mewarisi agama Islam dari negeri itu. Kemudian kebanyakan orang Turki Eropa dan Kaukasia juga menjadi pengikut Islam. Islam di Rusia telah mempunyai kewujudan yang lama, melebarkan ke seawal penaklukan kawasan Volga Tengah pada abad ke-16, yang membawa orang Tatar dan berkenaan Orang Turki di Volga Tengah ke dalam negeri Rusia. Pada abad ke-18 dan ke-19, taklukan Rusia di Caucasus Utara membawa orang-orang Muslim dari kawasan ini– Dagestan, Chechen, Circassia, Ingush, dan lain-lain ke dalam negara Rusia.
Kievan Rus juga telah dapat kesempatan untuk memeluk Islam dari misionaris Volga Bulgaria, tetapi orang Slavia Timur menerima agama Kristen.
Mayoritas Muslim di Rusia mengikuti ajaran Islam Sunni. Dalam beberapa kawasan, terutama di Dagestan dan Chechnya, ada tradisi Sufisme, yang diwakili oleh tarekat Naqsyabandi dan Shazili dipimpin oleh Shaykh Said Afandi al-Chirkawi ad-Daghestani. Amalan sufi memberikan orang Kaukasus semangat kuat untuk menolak tekanan orang asing, dan telah menjadi legenda di antara pasukan Rusia yang melawan orang Kaukasus pada zaman Tsar. Orang Azeri juga pada sejarah dan masih lagi pengikut Islam Syiah, disaat republik mereka terpisah dari Uni Soviet, banyak orang Azeri yang datang ke Rusia untuk mencari pekerjaan.
Qur’an pertama yang dicetak diterbitkan di Kazan, Rusia pada 1801. Satu lagi fenomena yang terjadi adalah gerakan Wäisi.
Pada era 1990-an, jumlah percetakan risalah Islam telah meningkat. Antaranya ialah beberapa buah majalah dalam bahasa Rusia, “Ислам” (transliteration: Islam), “Эхо Кавказа” (Ekho Kavkaza) dan “Исламский вестник” (Islamsky Vestnik), dan beberapa suratkhabar berbahasa Rusia seperti “Ассалам” (Assalam), dan “Нуруль Ислам” (Nurul Islam), yang diterbit di Makhachkala, Dagestan.
3. Demografi
Menurut United States Department of State, terdapat sekitar 21-28 juta jumlah penduduk Muslim di Rusia, sekurang-kurangnya 15-20 persen jumlah penduduk negara ini dan membentukkan agama minoritas yang terbesar. Masyarakat besar Islam dikonsentrasikan di antara warga negara minoritas yang tinggal di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia: Avar, Adyghe, Balkar, Nogai, Orang Chechnya, Circassian, Ingush, Kabardin, Karachay, dan banyak bilangan warga negara Dagestan. Di Volga Basin tengah ada penduduk besar Tatar dan Bashkir, kebanyakan mereka Muslim. Banyak Muslim juga tinggal di Perm Krai dan Ulyanovsk, Samara, Nizhny Novgorod, Moscow, Tyumen, dan Leningrad Oblast (kebanyakannya kaum Tatar
4. Masjid
Secara resmi jumlah masjid di Rusia mencapai 4750 masjid, namun jumlah sebenarnya jauh lebih besar dan terus bertambah. Di Dagestan saja terdapat antara 1600 – 3000 masjid. Dalam sepuluh tahun terakhir jumlah masjid di Tatarstan telah melebihi 1000. Di ibukota Rusia dengan jumlah pemeluk Islam yang melebihi 1 juta orang terdapat 20 komunitas Muslim dan 5 masjid. Menurut pakar data Rusia, sedikitnya terdapat 7000 masjid di Rusia.
5. Organisasi
Menurut data register negara, kini telah tercatat 3345 organisasi keagamaan Muslim lokal. Jumlah terbesar organisasi-organisasi keagamaan Muslim terdaftar di daerah Volga (1945), diikuti Kaukasus Utara (980) dan Ural (316). Sedangkan jumlah organisasi keagamaan Muslim di daerah lainnya lebih kecil.[1]
Mayoritas Muslim di Rusia adalah Sunni. Terdapat dua Mazhab di Rusia, yaitu Mazhab Syafii di Kaukasus Utara dan Mazhab Hanafi di wilayah negara lainnya.
Tiga organisasi Muslim menurut status dewan federal (pusat) adalah:
  • Dewan Mufti Rusia (berbasis di Moskwa). Pemimpinnya Mufti Ravil Gainutdin. Dewan ini memimpin 1,686 komunitas.
  • Administrasi Keagamaan Pusat dari Muslim Rusia (berbasis di Ufa). Dipimpin oleh Mufti Talgat Tadzhuddin dan mempersatukan 522 komunitas.
  • Pusat Koordinasi Muslim di Kaukasus Utara yang dipimpin oleh Ismail Berdiyev, Mufti Karachai-Cherkassia dan wilayah Stavropol, dan terdiri dari 830 komunitas.
Dalam beberapa tahun terakhir hubungan antara Muslim di Rusia dan Indonesia telah meningkat karena pekerjaan yang baik dan usaha yang dilakukan oleh Dubes Indonesia Bapak Hamid Awaludin dan diplomat M. Aji Surya dan Enjay Diana.
From http://id.wikipedia.org

Prancis, Negeri Minoritas Muslim Terbesar di Eropa



Prancis merupakan negara berpenduduk minoritas Muslim terbesar di benua Eropa. Hal itu terjadi akibat imigrasi masal kaum Muslim, terutama dari Maroko dan Aljazair, ke Prancis pada abad 20 dan 21, ditambah pertumbuhan warga Prancis yang memeluk Islam.
Banyak versi mengenai jumlah Muslim di Prancis. Menurut Departemen Negara Amerika, pada 2006 terdapat sekitar 10% Muslim di Prancis. CIA World Factbook menyatakan ada sekitar 5-10% populasi Muslim di Prancis. Tahun 2000, Kementerian Dalam Negeri Prancis memperkirakan ada 4,1 juta orang yang dilahirkan dalam keluarga Islam, dan sekitar 40.000 orang yang masuk Islam. Ada juga yang memperkirakan jumlah Muslim di Perancis 7 juta jiwa tahun 2009.

Menurut perkiraan pemerintah terbaru, sebagaimana dikutip situs BBC News, jumlah Muslim di Prancis mencapai enam juta orang atau hampir mencapai 10% dari seluruh populasi dan merupakan yang terbesar dibandingkan dengan negara lain di Eropa Barat.
Kehadiran kaum Muslim di negara itu tampak terasa tiap hari Jumat. Kaum Muslim memenuhi masjid, bahkan jamaah shalat hingga meluber ke jalan raya, membuat politisi anti-Islam menyebutnya “penjajahan Islam atas Prancis”. Pemerintah yang khawatir akan perkembangan Islam berusaha “menghambat” dengan menerapkan larangan jilbab dan cadar di tempat umum.

Berbagai sumber menyebutkan, Islam berkembang di negara ini pada akhir abad ke-19 dan awal ke-20 M. Bahkan, tahun 1922, sebuah masjid berdiri sangat megah, bernama Masjid Raya Yusuf, di ibu kota Prancis, Paris. Hingga kini, lebih dari 1.000 masjid berdiri di seantero Prancis. Namun, jumlah itu masih dirasa kurang karena jamaah Jumat selalu kekurangan tempat di dalam masjid, seperti di kawasan Belle Ville dan Barbes.
Tahun 1970-an para pelajar Muslim datang ke Prancis untuk menuntut ilmu. Kedatangan mereka menjadi faktor penting dalam mendorong penyebaran Islam dan berkehidupan Islami di negeri Napoleon Bonaparte ini.

Tahun 1985, diselenggarakan konferensi besar Islam yang dibiayai Rabithah Alam Islami (Organisasi Islam Dunia). Turut serta dalam konferensi itu 141 negara Islam dengan keputusan mendirikan Federasi Muslim Prancis.

Hasil konferensi dan terbentuknya federasi Muslim itu berhasil mempersatukan sebanyak 540 buah organisasi Islam di seluruh Prancis dan melindungi 1.600 buah masjid, lembaga-lembaga pendidikan Islam, dan gedung-gedung milik umat Islam.

Organisasi itu merupakan gabungan dari tiga organisasi besar Islam di Prancis, yakni Masjid Paris, Federasi Nasional Muslim, dan Persatuan Organisasi Islam Prancis.
Seiring dengan berkembangannya agama Islam di negara Prancis, jumlah sarana ibadah dan kegiatan keislaman pun semakin meningkat. Menurut survei yang dilakukan kelompok Muslim Prancis, sampai tahun 2003, jumlah masjid di seantero Prancis mencapai 1.554 buah. Mulai dari yang berupa ruangan sewaan di bawah tanah sampai gedung yang dimiliki oleh warga Muslim dan dibangun di tempat-tempat umum.

Perkembangan Islam dan masjid di Prancis juga ditulis oleh seorang wartawan Prancis yang juga pakar tentang Islam, Xavier Ternisien. Dalam buku terbarunya, Ternisien menulis, di kawasan Saint Denis, sebelah utara Prancis, terdapat kurang lebih 97 masjid, sementara di selatan Prancis sebanyak 73 masjid.
Ternisien menambahkan, masjid-masjid yang banyak berdiri di Prancis dengan kubah-kubahnya yang khas menunjukkan bahwa Islam kini makin mengemuka di negara itu. Islam di Prancis bukan lagi agama yang di masa lalu bergerak secara diam-diam. ”Masjid-masjid yang ada di Prancis kini bahkan dibangun atas tanah milik warga Muslim sendiri, bukan lagi di tempat sewaan seperti pada masa lalu,” ujarnya.

Tampaknya, pada tahun-tahun mendatang, jumlah masjid akan makin bertambah di Prancis. Awalnya, masjid-masjid yang ada di Prancis didirikan oleh orang-orang Muslim asal Pakistan yang bekerja di pabrik-pabrik di Paris. Mereka mengubah ruangan kecil tempat makan siang atau berganti pakaian menjadi ruangan untuk shalat. Terkadang, mereka menggunakan ruangan di asramanya sebagai sarana ibadah.
Jumlah Muslim Prancis diperkirakan terus berkambang. Sebuah penelitian Pew Center berjudul “The Future of the Global Muslim Population” memproyeksikan penduduk muslim Prancis diperkirakan mencapai rekor 10,3 persen dari total penduduk pada 2030 atau naik dari porsi sekarang yang 7,5 persen dari total penduduk.

70.000 Orang Italia Masuk Islam


Cyber Sabili-Roma: Menurut UCOI (Uni komunitas Islam di Italia) sekitar 70.000 orang Italia sudah masuk Islam, sebuah peningkatan tajam masuk Islamnya warga Italia ditengah-tengah krisis nilai kemanusiaan dan juga krisis ekonomi di Italia.

Hal ini disampaikan oleh anggota UCOI, Elzir Izzedine yang berkomentar dalam acara Youtube KlausCondicio, yang dibawa oleh penyiar Klaus Davi, yang mengupas laporan tentang perkembangan Islam di Italia.

UCOI mengatakan dalam beberapa data dapat diketahui bahwa 70 ribu orang Italia masuk Islam dan banyak orang Italia yang berhubungan dengan Masjid untuk mempelajari Islam.

"Ini adalah fakta yang benar-benar positif", Izzedine berkomentar.

"Jika Anda menganggap bahwa sudah ada 150.000 Muslim yang memiliki kewarganegaraan Italia dan ditambah satu juta penduduk Muslim dari negara lain yang sudah lama tinggal di Italia, maka Anda dapat memahami bahwa itu adalah suatu ledakan (penambahan umat Islam)yang belum pernah terjadi," katanya.

Perkembangan Islam di Italia

Sejarah Islam di Italia bermula pd abad ke-9: ketika Sisilia & beberapa wilayah di Semenanjung Italia menjadi bagian kekuasaan Ummah Muslim antara tahun 828 (Penaklukkan Muslim Sisilia) & pd tahun 1300 (kehancuran benteng pertahanan Islam terakhir di Lucera, Puglia), Islam hampir tdk ada lagi di Italia sejak zaman penggabungan negara di tahun 1861 hingga tahun 1970-an, saat dimana gelombang pertama imigran dari Afrika Utara mulai tiba. Bangsa tersebut, umumnya berasal dari bangsa Berber & Arab, yg kebanyakan datang dari Maroko. Sebagian juga datang dari Albania, & beberapa tahun kemudian, mereka juga diikuti oleh orang-orang Mesir, Tunisia, Senegal, Somalia, Pakistan & lain-lain.

Saat ini, terdapat 60.000 orang berkebangsaan Italia yg beragama Islam. Mereka merupakan orang asing yg menjadi warganegara Italia & penduduk asli Italia yg memeluk Islam. Islam tdk secara formal diperkenalkan oleh negara di Italia disamping menjadi kepercayaan terbesar kedua setelah Katolik. Kepercayaan lain termasuk Yahudi & grup yg lbh kecil seperti Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah & Gereja Advent Hari Ketujuh, telah disetujui oleh pemerintah Italia. Pengenalan resmi telah memberikan kepercayaan tersebut sebuah kesempatan menguntungkan dari “pajak agama” nasional yg dikenal sbg Delapan per seribu.

Menurut statistik resmi Italia terakhir, Muslim mencapai sekitar 34% dari 2.400.000 penduduk asing yg tinggal di Italia pd 1Januari 2005.
820.000 penduduk asing tersebut merupakan sejumlah Muslim yg secara resmi bertempat tinggal di Italia, 100.000-150.000 lainnya seharusnya ditambahkan, sbg keberadaan Muslim, menurut perkirahan tahunan yg disetujui secara luas asosiasi Italia Caritas, sekitar 40% imigran resmi Italia.
Disamping imigran legal menunjukkan minoritas keberadaan Muslim di Italia, isu Islam di Italia saat ini berhubungan dgn beberapa partai politik (khususnya ‘Luga Utara’ atau ‘Lega Lombarda’) dgn imigrasi, & imigrasi ilegal yg lbh spesifik. Imigrasi telah menjadi isu politik yg terbuka, ketika, khususnya di musim panas, laporan muatan kapal imigran ilegal atau program berita dominasi clandestini.

Kepolisian tdk memiliki keberhasilan besar dalam meninterupsi byk nya ribuan clandestini yg menepi di pantai Italia, terutama karena panjangnya garis pantai Italia semata: total sekitar 8.000 km . Namun, byk clandestini yg berlabuh di Italia hanya menggunakan Italia sbg jembatan menuju negara UE lain, karena fakta bahwa Italia tdk memiliki byk nya peluang ekonomi utk mereka seperti Jerman atau Perancis, & kurang lbh iklim yg tdk bersahabat utk keberadaan mereka, juga dgn ketaatan beragama umat Katolik Italia.
Jumlah Muslim asing yg telah berkedudukan warganegara Italia diperkirakan antara 30.000 hingga 50.000, jika Muslim Italia (dari marga Italia yg sebelumnya termasuk penganut Katolik atau tdk memiliki agama lalu masuk Islam) diperkirakan kurang dari 10.000.

Karena itu, di tahun 2005 jumlah Muslim yg tinggal di Italia diperkirakan menjadi antara 960.000 hingga 1.030.000, dgn perkiraan rata-rata mendekati angka jutaan dimana media Italia sudah mulai mengadopsi yg merujuk pd populasi Muslim di Italia.
Keberadaan Muslim saat ini 1.4% dari populasi Italia, persentase rendah dari negara UE besar lain, & masih turun dari yg tercatat di Italia antara pertengahan abad ke-9 & akhir abad ke-13, sebelum perpindahan pesukan Muslim terakhir di Puglia tahun 1300.

Saat zaman Pertengahan, populasi Muslim bertotal hampir berpusat diInsular (Sisilia, Sardinia) & (Calabria, Puglia) Italia Selatan, saat ini lbh rata penyebarabbya, yg hampir 55% Muslim mendiami Utara Italy, 25% di Pusat, & hanya 20% di Selatan.

Harus dikatakan bahwa disamping ‘Invasi Muslim’ tiruan, Muslim membentuk proporsi rendah imigran kemudian di tahun selanjutnya, ketika laporan statistik terakhir Mentri Italia Interior & Caritas menunjukkan bahwa bagian Muslim antar imigran baru merosot dari lbh 50% awalnya di tahun 1990-an (umumnya Albanian & Moroccan) menjadi kurang dari 25% di dekade selanjutnya, dgn Negara non-Muslim seperti Rumania, Moldavia, & Ukrainayang mempolopori “gelombang” imigrasi terakhir.

Sejarah

Sejak awal abad ke-7 & ke-8, sebagian bangsa Lombard, salah satu dari bangsa Jerman yg menguasai sebagian Italia, memilih meninggalkan kepercayaan Arianisme & memeluk Islam disamping Katolik, sedangkan al-Ankubarti umumnya berjuang sbg tentara sewaan dalam pasukan Arab di pantai Mediterrania Afrika, khususnya Ifriqiyah-Tunisia, & juga Saqaliba oleh masyarakat Muslim Arab. Di Palermo Tengah, sebuah distrik diberi nama Saqaliba. Orang Sisilia-Saqaliba terkenal dari abad ke-10 adl Gawhar Al-Siqilli, seorang pemimpin militer Fatimiyyah & yg medirikan Cairo. Orang Sisilia-Saqaliba lain, adl dari bangsa Slavia Sabir al-Fata, yg menaklukkan Taranto & Otranto di tahun 927.

Serangan Arab pertama terhadap Sisilia-Bizantium di tahun 652, 667, & 720 mengalami kegagalan; Syracuse dpt ditaklukkan utk pertama kalinya utk sementara waktu pd tahun 708, namun sebuah invasi yg direncanakan di tahun 740 gagal dilaksanakan karena pemberontakan Berber dari Maghreb yg berlangsung hingga tahun 771 & perang sipil di Ifriqiyah berlangsung hingga tahun 799. Sardinia bagaimanapun berhasil dikuasai Islam dalam beberapa tahapan pendudukan yg berlangsung pd tahun 711, 720, & 760 secara berturut-turut. Pulau Italia Pantelleria dpt ditaklukkan oleh bangsa Arab di tahun 700.
Untuk mengakhiri pemberontakan pasukannya, hakim Aghlabiyyah dari Ifriqiyah mengirimkan para pemberontak Arab, Berber, & Andalusia utk menaklukkan Sisilia di tahun 827, 830, & 875, dgn dipimpin oleh Asad bin al-Furat. Di tahun 902, hakim Ifriqiyah menjadikan dirinya sendiri utk memimpin pasukan perang utk bertempur di pulau tersebut. Hakim dari Sisilia, yg memberontak melawan Konstantinopel, dijuluki oleh kaum Muslim (disebut Saraken oleh orang Eropa) sbg penolong. Di tahun 831 Palermo jatuh ke tangan mereka, kemudian di tahun 843 diikuti Messina, di tahun 878 Syracuse, di tahun 902 Taormina, di tahun 918 Reggio Calabria di daratan utama, & di tahun 964 Rometta, & yg benteng Bizantium terakhir yg tersisa di Sisilia.

Keberhasilan pertanian Sisilia di bawah kekuasaan Arab menjadikan pertanian tersebut terkenal di bidang ekspor. Seni & kerajinan tangan menjadi berkembang pesat di kota itu. Palermo, ibu kota Arab di pulau itu, memiliki 300.000 penduduk saat itu, lbh byk dari hasil penggabungan seluruh kota di Jerman. Pada awal abad ke-11, umat Muslim menjadi setengah populasi Sisilia, dgn bangsa Arab mendominasi utara pulau di sekitar Palermo & bangsa Berber di area sekitar Agrigento di wilayah selatan.
Dari Sisilia, bangsa Muslim mulai pindah ke daratan utama & menguasai Calabria. Di tahun 835 & kemudian tahun 837, Adipati Naples berjuang melawan Adipati Benevento yg diminta oleh bangsa Muslim utk membantu. Di tahun 840, kota Taranto & Bari jatuh ke tangan bangsa Muslim, & di tahun 841, Brindisi juga mengalami kejatuhan. Capua dpt ditaklukkan, Benevento, yg saat itu di bawah kekuasaan bangsa Frank, dpt dikuasai pd tahun 840-847 & tahun 851-52. Serangan bangsa Arab terhadap kota Roma pd tahun 843, 846 & 849 berhasil digagalkan. Pada tahun 847, kota Taranto, Bari & Brindisi menjatakan menjadi emirat independen dari Aghlabiyyah. Selama beberapa dekade, bangsa Muslims memerintah Mediterrania & menyerang kota-kota pesisir Italia. Di tahun 868-870, kota Ragusa di Sisilia masih dalam kekuasaan bangsa Arab.

Hanya setelah kejatuhan Malta tahun 870, Kristen dunia barat berhasil dalam memperbaiki angkatan perang melawan Muslim. Kaisar Franko-Romawi Louis II menaklukkan Brindisi & menumpas bangsa Arab di Bari tahun 871, namun kemudian jatuh tertawan Aghlabids. Sebagai gantinya, Byzantium menaklikkan Taranto tahun 880. Sejumlah kecil benteng Arab di selatan bertahan hinggan tahun 885, contohnya Santa Severina Crotone di Calabria. Tahun 882, bangsa Muslim dijumpai di mulut Sungai Garigliano antara Naples & Roma basis baru jauh di utara, yg bersatu dgn Gaeta, & menyerbu Campania seperti Sabinia di Lazio. Seratus tahun kemudian, Byzantium disebut bangsa Arab Sicilia sbg pendukung melawan kempanye kaisar Jerman Otto II. Mereka mengalahkan Otto di Taranto tahun 982 dalam pertempuran di Crotone & dalam 200 tahun berikutnya sebagian besar digantikan dalam mencegah penggantinya sejak memasuki Italia selatan.
Tahun 1002, Bari dikuasai lagi oleh bangsa Arab, namun kemudian dikuasai lagi oleh Byzantium. Melus (Melo), Emir Bari 1009-1019, melawan Byzantium & dijuluki oleh orang Normandia sbg penyelamat. Melus, berasal dari Lombard-Arabi, digambarkan sbg Ismail dalam sulaman emas “Sternenmantel”, yg diberikan kaisar Jerman Henry II.

Setelah Aghlabids dikalahkan di Ifriqiya, Sicily jatuh di abad ke-10 kpd pengganti Bani Fatimiyah mereka, namun mengklaim kemerdekaan setelah pertempuran antara Islam Sunni & Islam Syi’ah dibawah Kalbids.
Setelah mereka menguasai kekaisaran Visigoth di Spanyol, bangsa Arab & Barbar 729-765 dari Septimania & Narbonne melakukan pengepungan di Italia utara, & tahun 793 menyerbu lagi Perancis selatan (Nice 813, 859 & 880). Tahun 888 Muslim Andalusia mengubah pasukan baru di Fraxinet dekat Frejus di Provinsi Perancis, dari dimana mereka mengawali pengepungan sepanjang pesisir & di dalam Perancis.
Tahun 915, setelah Pertempuran Garigliano, bangsa Muslim kehilangan pasukan mereka di selatan Lazio. Tahun 926 Raja Hugh dari Italia memerintah bangsa Arab utk bertempur mempertahankan Italia utara yg direbut miliknya. Tahun 934 & 935 Genua & La Spezia diserang, diikuti oleh Nice di tahun 942. Di Piedmont, bangsa Muslim menempuh sejauh Asti & Novi, yg bergerak ke utara sepanjang lembah Rhône & bagian barat Alps. Setelah kekalahan Pasukan Burgundy, Tahun 942-964 mereka menguasai Savoy & menduduki sebagian Switzerland (952-960). Kota Swiss seperti Saratz tetap menggunakan lambang keberadaan Arab di wilayah itu. Untuk melawan bangsa Arab, Kaisar Berengar I, sainggan Hugh, memerintah bangsa Hungaria, dimana dalam pergerakannya, mereka menghancurkan utara Italia. Dibawah tekanan Raja Jerman, Fraxinet harus menyerah di tahun 972, namun 3 puluh tahun kemudian, di tahun 1002, Genoa diserbu, & di tahun 1004 Pisa.

Pisa & Genoa bergabung utk mengakhiri aturan Muslim hingga Corsica (Islam 810/850-930/1020) & Sardinia. Sejak 1015 Sardinia dilindungi oleh armada Emir Andalusia Dénia di Spanyol, yg dikalahkan oleh persatuan bangsa Italia tahun 1016 & kemudian setelah invasinya tahun 1022. Hanya di tahun 1027 bangsa Italia berhasil dalam mengalahkan Muslim Sardinia; pergolahakan Muslim terakhir berakhir tahun 1050.
Budaya & perekonomian di Sicily yg berawal di bawah Kalbid terhambat oleh pertempuran dalam, yg diikuti dgn intervensi, tahun 1027, oleh Zirids Tunisia, & oleh Pisa (1030-1035) & Byzantium. Sicily Timur (Messina, Syracuse & Taormina) dikuasai oleh Byzantium tahun 1038-1042. Tahun 1059 kemudian bangsa Normandia dari Italia selatan, dipimpin oleh Roger I, bergabung dalam pertempuran. Bangsa Normandia menduduki Reggio di tahun 1060 (tahun 1027 merebut dari Arab oleh Byzantium). Tahun 1061 Messina jatuh ke tangan Normandia; sebuah invasi oleh Hammadid Algeria utk memelihara peraturan Islam yg terhambat di tahun 1063 oleh armada Genoa & Pisa. Kekalahan Palermo tahun 1072 & Syracuse tahun 1088 tdk dpt dicegah. Noto & pertahanan Muslim terakhir di Sicily jatuh di tahun 1091. Tahun 1090-91 bangsa Normandia juga menduduki Malta; Pantelleria jatuh di tahun 1123.

Populasi Muslim penting tersisa di Sicily dibawah Normandia. Roger II yg menjadi tuan rumah di wilayahnya, bersama yg lain, geografer terkenal Muhammad al-Idrisi & penyair Muhammad bin Zafar. Saat pertama, umat Muslim bertoleransi dgn bangsa Normandia, namun kemudian tekanan dari Paus menjadikan diskriminasi terhadap mereka meningkat; byk masjid dihancurkan atau dijadikan gereja. Normandia Sisilia pertama tdk ambil bagian dalam Perang Salib, namun mereka segera melakukan sejumlah invasi & pemberontakan di Ifriqiya, sebelum mereka dikalahkan disanan setelah tahun 1157 oleh Almohad.

Kehidupan tenang bersama di Sicily akhirnya berakhir dgn kematian Raja William II tahun 1189. Orang Muslim terpilih bermigrasi saat itu. Pengetahuan medis mereka dipertahankan di Schola Medica Salernitana; simbiosis Arabi-Byzantium-Normandia dalam seni & arsitektur diabadikan sbg Gaya Arsitektur Roma Sisilia. Pelarian Muslim yg tersisa, menjadi contoh Caltagirone di Sicily, atau bersembunyi dalam gunung & lanjutan penentangan terhadap Dinasti Hohenstaufen, yg mengatur pulau dari tahun 1194. Dalam tanah kebanggan pulau, Muslim dilafalkan oleh Ibnu Abbad, Emir Sicily terakhir.

Untuk mengakhiri pergolakan ini, kaisar Frederick II, pengikut Perang Salib, manghasut kebijakan “pembersihan” etnis & agama, berkaitan dgn tekanan Papal namun juga dalam perintah utk menjadikan kemampuan pasukan loyal yg tdk dpt terpengaruh oleh saingan Kristen (baron lokal & raja asing, seperti Paus). Tahun 1224-1239 dia mendeportasi 20.000-30.000 Muslim dari Sicily menuju koloni dibawah kendali militer di Lucera di Apulia, kira-kira 20 kilometer barat laut Foggia & 150 kilometer barat laut Bari. Dia menjadikan koloni otonomi & mendukung mereka, dgn demikian membantu kebudayaan Muslim di Italia utk terakhir kalinya. Tahun 1249 dia menolak Muslim dari Malta. Frederick memiliki pasukan pengaman Muslim, berbahasa Arab & mengenakan Mantel Penobatan yg dibuat oleh penjahit Arab, menyebabkan paus membuangnya sbg “Sultan Lucera”. Saat kematian Frederick, menururt dugaan 60.000 Muslim tinggal di Lucera. Setelah kejatuhan Hohenstaufen dalam Pertempuran Benevento (1266), Muslim bertempur berdampingan dgn Staufer Sisilia, & pengikut Perang Salib yg kalah pd tahun 1291. Lucera akhirnya dpt dikalahkan tahun 1300 karena hasutan Paus oleh Raja Charles II dari Naples. Populasi Muslim, yg berjumlah kira-kira 100.000, dibunuh & diperbudak.
Apulia termasuk dalam Kerajaan Naples & berdiri dibawah peraturan Spanyol sejak pertengahan abad ke-15. Orang Spanyol telah memulai serangan terakhir dalam pendudukan Granada tahun 1481. Tumpuan Islam terakhir di Spanyol menyebabkan keputusasaan utk dpt membantu semua negara Islam Mediterania.
Kekaisaran Ottoman, di tahun 1453 dibawah Sultan Mehmed II telah memduduki Konstantinopel & Galata, tahun 1475 tumpuan terakhir Genuas di Laut Hitam & tahun 1479 Koloni Venetian Euboea di Yunani, tahun 1480 menyelesaikan serangan pengalih keraguan di teritorial Spanyol di Italia selatan, setelah tahun 1479 pasukan Turki telah memasuki Friuli di Italia utara (dan kemudian 1499-1503). Kota pelabuhan Apulia dari Otranto, berlokasi sekitar 100 kilometer tenggara Brindisi, dikuasai & diubah utk digunakan sbg kepala jembatan bangsa Turks, namun diserahkan lagi tahun 1481, ketika Mehmed meninggal & Konstantinopel menyaksikan peperangan utk tahta.

Cem, orang yg mendapat tahta Ottoman, dikalahkan disamping dukungan paus; dia melarikan diri dgn keluarganya Kerajaan Naples, dimana keturunan laki-lakinya dianugrahkan dgn sebutan Principe de Sayd oleh Paus tahun 1492. Mereka tinggal di Naples hingga abad ke-17 & di Sisilia hingga 1668 sebelum merelokasi ke Malta.

Hal ini menjadi perdebatan jika Otranto bermaksud utk menjadikan pasukan dalam pertempuran berikutnya. Sultan Ottoman tdk pernah menyerahkan ambisi mereka utk mengakhiri Kristen di Roma & menerapkan kedaulatan Islam.

Setelah pendudukan Ragusa (Dubrovnik) & Hungaria tahun 1526 & kekalahan pasukan Turki di Vienna tahun 1529, pasukan Turki menyerang kembali Italia selatan. Tahun 1512/1526 Ottoman menduduki Reggio & tahun 1537 bagian Calabria & di tahun 1538 mengalahkan Pasukan Venesia. Tahun 1539 Nice dikepung oleh bangsa Barbaria (Pengepungan Nice), namun percobaan penguasaan Turki di Sisilia gagal, seperti percobaan pendudukan Pantelleria tahun 1553 & pengepungan Malta tahun 1565.
Spanyol, penyumbang terbesar utk kejayaan Kristen „Persaingan Suci“ dalam pertempuran Lepanto tahun 1571 dibuat oleh Republik Venice, antara 1423 (dan khususnya sejak 1463) & 1718 memerangi delapan perang pantai terhadap Kekaisaran Ottoman.
from wikipedia.com

Masuk Islamnya Pendeta Italia Setelah Menyaksikan Jenazah Raja Fahd

Hidayah Allah datangnya tidak bisa diraba-raba. Apabila Allah menghendaki maka ia akan mendatangi hamba yang berbahagia itu. Demikianlah kisah seorang pendeta asal Italia.
Seorang pendeta terkenal di Italia mengumumkan masuk Islam setelah menyaksikan jenazah raja Arab Saudi, Fahd bin Abdul Aziz, untuk kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat. Hal itu terjadi setelah ia melihat betapa sederhananya prosesi pemakaman jenazah yang jauh dari pengeluaran biaya yang mahal dan berlebihan.

Sang mantan pendeta telah mengikuti secara seksama prosesi pemakaman sang Raja yang bersamaan waktunya dengan jenazah yang lain. Ia melihat tidak ada perbedaan sama sekali antara kedua jenazah tersebut. Keduanya sama-sama dishalatkan dalam waktu yang bersamaan.
Pemandangan ini meninggalkan kesan mendalam tersendiri pada dirinya sehingga gambaran persamaan di dalam Islam dan betapa sederhananya prosesi pemakaman yang disaksikan oleh seluruh dunia di pekuburan ‘el-oud’ itu membuatnya masuk Islam dan merubah kehidupannya. Tidak ada perbedaan sama sekali antara kuburan seorang raja dan penguasa besar dengan kuburan rakyat jelata. Karena itulah, ia langsung mengumumkan masuk Islam.

Salah seorang pengamat masalah dakwah Islam mengatakan, kisah masuk Islamnya sang pendeta tersebut setelah sekian lama perjalanan yang ditempuh mengingatkan pada upaya besar yang telah dikerahkan di dalam mengenalkan Islam kepada sebagian orang-orang Barat. Ada seorang Da’i yang terus berusaha sepanjang 15 tahun untuk berdiskusi dengan pendeta ini dan mengajaknya masuk Islam. Tetapi usaha itu tidak membuahkan hasil hingga ia sendiri menyaksikan prosesi pemakaman Raja Fahd yang merupakan pemimpin yang dikagumi dan brilian. Baru setelah itu, sang pendeta masuk Islam.

Sang Muslim baru yang mengumumkan keislamannya itu pada hari prosesi pemakaman jenazah pernah berkata kepada Dr al-Malik, “Buku-buku yang kalian tulis, surat-surat kalian serta diskusi dan debat yang kalian gelar tidak bisa mengguncangkanku seperti pemandangan yang aku lihat pada pemakaman jenazah raja Fahd yang demikian sederhana dan penuh toleransi ini.”
Ia menambahkan, “Pemandangan para hari Selasa itu akan membekas pada jiwa banyak orang yang mengikuti prosesi itu dari awal seperti saya ini.”
Ia meminta agar kaum Muslimin antusias untuk menyebarkan lebih banyak lagi gambaran toleransi Islam dan keadilannya agar dapat membekas pada jiwa orang lain. Ia menegaskan, dirinya telah berjanji akan mengerahkan segenap daya dan upaya dari sisa usianya yang 62 tahun in untuk menyebarkan gambaran Islam yang begitu ideal. Semoga Allah menjadikan keislamannya berkah bagi alam semesta.

Perkembangan Islam di Inggris


Di Inggris, Muslim masih menjadi minoritas. Namun pelan tapi pasti, eksistensi mereka di negara Tiga Singa ini begitu kokoh, berkembang pesat, dan terus berkembang pesat. Bahkan seorang uskup di Inggris mengatakan kepada kaum Kristen di negaranya untuk belajar masalah eksistensi terhadap orang Islam.
Adalah usukup Nick Baines yang mengatakan hal itu. Ia adalah uskup dari Bradford, Inggris.
“Kami sering bertanya kepada umat Islam untuk mempelajari apa artinya menjadi seorang Muslim sebagai budaya minoritas,” kata Baines.

Inggris adalah rumah bagi minoritas Muslim yang cukup besar hampir 2 juta orang. Di antara Muslim-muslim di berbagai negara di Eropa, dan dibandingkan dengan umat beragama lainnya, Muslim di Inggris adalah komunitas yang paling dalam berintegrasi dengan masyarakat sekitar secara umum.

Dalam satu dekade terakhir ini misalnya, Inggris memimpin pertumbuhan pesat kaum Muslim di Eropa. Dari sensus penduduk yang dilakukan sejak 2001, jumlah Muslim di negara Ratu Elizabeth ini meningkat sekitar 74 persen. Suatu jumlah yang fantastis tentunya, mengingat 2001 adalah kali pertama didengungkan sloga Islam sebagai teroris buah dari peristiwa pemboman dua menara kembar di New York, Amerika.
Dilansir dari telegraph.co.uk,The Pew Forum on Religion and Public Life memperkirakan hingga saat ini ada sekitar 2.869.000 muslim di Inggris atau 4,6 persen dari total populasi. Angka ini melonjak jauh dari sensus 2001 yang hanya mencatat ada1.647.000 pemeluk Islam di negeri itu.

Namun, jumlah itu jika dibandingkan dengan Muslim di seluruh dataran Eropa masihlah relatif kecil. Bahkan Inggris berada di posisi ketiga setelah Jerman yang mencatat ada 4.119.000 Muslim (5 persen). Disusul Prancis yang mempunyai 3.574.000 penduduk Muslim. Namun perkembangan Islam di dua negara itu tidak sepesat di Inggris.
Pertumbuhan umat muslim ini, menurut survei UK Labour Force karena tingkat kelahiran dan jumlah migrasi warga Muslim Inggris yang sangat besar ke berbagai daerah di Eropa. Hal ini juga dicermati survei surat kabar The Times di Inggris yang dilakukan oleh Labor Force Survey, populasi penduduk muslim di Inggris meningkat sebanyak 500 ribu dalam jangka waktu empat tahun terakhir. Pertumbuhan muslim pada periode 2004-2008 itu, menurut data dari kantor statistik Inggris, adalah 10 kali lipat jika dibandingkan dengan agama-agama lain.

Islam sendiri telah ada di Inggris sejak pembentukan negara ini pada tahun 1707, meskipun secara hukum tidak diakui sampai UU Trinitarian pada tahun 1812.
Meningkatnya jumlah Muslim di Inggris telah juga diiringi dengan banyaknya pembangungan lebih dari 1.500 masjid dengan mayoritas masjid Sunni. Namun selain Sunni, Syiah—yang celakanya dianggap sebagai salah satu bagian dari Islam—juga cukup banyak di Inggris. Mayoritas Muslim Inggris berasal dari Pakistan dan Bangladesh, kemudian Gujarat, sedikit orang Arab, dan entitas Turki dan Somalia.

Ada sejumlah organisasi Islam di Inggris, termasuk; Forum Muslim Inggris, Asosiasi Muslim Inggris, Asosiasi Muslim Inggris Ahmadiyah, Islamic Society of Britain, Dewan Muslim Inggris, Misi Islam Inggris (UKIM), Dewan Muslim Sufi, Imam Masjid & Dewan Penasehat Nasional, Minhaj-ul-Quran Inggris, Muslim Public Komite Urusan Inggris, Parlemen Muslim Inggris Raya dan Pendidikan Muslim Terpercaya.
Sebuah survei tahun 2009 sikap Muslim Inggris masih sangat konservatif terhadap isyu-isyu yang memang sensitif dalam Islam homoseksualitas dan hukuman mati.

Sebagian besar Muslim di Inggris tinggal di Inggris dan Wales: dari 1.591.000 Muslim yang tercatat pada sensus tahun 2001, sebanyak 1.536.015 tinggal di Inggris dan Wales, di mana mereka membentuk 3% dari populasi pada tahun 2001; sebanyak 42.557 tinggal di Skotlandia, membentuk 0,84% populasi; dan sebanyak 1.943 tinggal di Irlandia Utara. (sa/onislam/republika/Wikipedia)
dikutip dari eramuslim.com

Perkembangan Islam di Jerman


Pembicaraan mengenai Islam dan komunitas Muslim di negara-negara Barat kini menjadi salah satu topik me- narik. Hal ini tidak hanya karena perkembangnya yang cukup signifikan tapi juga karena memberi dampak terhadap kehidupan sosial politik negara- negara tersebut.

Di sebagian besar negara-negara Eropa Islam kini telah menjadi agama terbesar kedua dan keberadaanya saat ini mulai diperhitungkan sebagai agama yang “diakui” pemerintah. Salah satu negara Eropa yang memiliki penduduk Muslim yang besar adalah Jerman, dengan jumlah berkisar 3.7 juta jiwa.

Tulisan ini mencoba memaparkan sekilas tentang perkembangan Islam di Jerman, yang sebagian berasal dari pengalaman penulis selama enam tahun berada di negeri tersebut.

Komunitas Muslim di Jerman
Keberadaaan orang-orang Islam pertama sekali di negeri Jerman tidak terlepas dari masuknya bangsa Turki ke wilayah tersebut di akhir abad ke 17 yang merupakan respons perlawanan terhadap kolonialisme Barat. Mereka menetap dan berketurunan di wilayah tersebut. Ketika bangkitnya industri-industri di Eropa, banyak warga Muslim dari Turki dan Timur Tengah melakukan migrasi untuk mencari pekerjaan ke Eropa termasuk Jerman.

Tahun 1961, 1963, dan 1965 orang-orang keturunan Turki, Maroko, dan Tunisia direkrut sebagai pekerja di Jerman atas persetujuan antara pemerintah Jerman dengan negara-negara bersangkutan. Belakangan warga Muslim dari Libanon, Palestina, Afghanistan, Aljazair, Iran, Iran dan Bosnia juga datang ke Jerman mengungsi karena negara mereka dilanda perang.

Karena merupakan negara maju, Jerman juga menjadi target bisnis dan pendidikan. Banyak para profesional, pebisnis, pekerja dan mahasiswa Muslim dari India, Pakistan, dan Asia Tenggara datang dan sebagian menetap di sana. Jumlah penduduk Muslim di Jerman saat ini berkisar 3,7 juta jiwa. Mayoritas adalah keturunan Turki dengan jumlah lebih dari 2 juta orang.

Menurut statistik tahun 1999, komposisi kaum Muslim di negeri ini adalah sbb: Turki 2.053.564, Bosnia 167.690, Iran 116.446, Marokko 81.450, Afghanistan 71.955, Libanon 54.063, Pakistan 36.924, Tunisia 26.396, Syria 19.055, Aljazair 17.705, Irak 16.745, Mesir 13.455, Yordania 12.249, Albania 10.528, Indonesia 9.470, Somalia 8.248, Bangladesh 7.156, Sudan 4.615, Malaysia 3.084, Senegal, 2.509, Gambia 2.371, Libya 1.898, Kirgistan 1.662, Azerbaijan 1.399, Guinea 1.287, Usbekistan 1.249, Yaman 1.083.

Tidak jelas berapa jumlah Muslim yang berasal dari Jerman sendiri. Satu laporan dari Lembaga Statistik Khusus umat Islam di Jerman menyebutkan sedikitnya 18.000-an orang, namun ada dugaan menyebutkan sekitar 40.000 orang.

Konversi agama ke Islam
Satu fenomena yang menarik belakangan bahwa tingkat konversi orang-orang Jerman ke Islam cukup tinggi. Majalah ternama Jerman Der Spiegel pernah menyebutkan bahwa antara Juli 2004 dan Juni 2005 saja terdapat sekitar 4000 orang di Jerman masuk Islam (lihat juga laporan RTL: http://www.youtube. com/watch?v= mhMdTjL Xo). Kebanyakan para muallaf berasal dari kalangan terpelajar.

Menariknya, fenomena ini terjadi justru disaat media-media Barat gencar mengaitkan Islam dengan terorisme. Apa motivasi masuknya orang orang Jerman ke Islam? Monika Wohlrab- Sahr dari Institut für Kulturwissenschaften Universitas Leipzig dalam studinya menyatakan “viele auf der Suche nach dem “Andersartigen” (banyak yang sedang mencari “bentuk lain”).

Dalam banyak kasus, katanya. “..die Konvertiten meist aus einer vorangegangenen Lebenskrise heraus den Islam entdeckten und nicht, wie oft im Nachhinein geschildert werde, ein tatsächlicher Vergleich mit anderen Religionen stattgefunden habe. (Banyak pelaku konversi tersebut mengalami problematika kehidupan dan menemukan solusi dalam Islam, bukan karena membanding-bandingkannya dengan agama lain, sebagaimana yang kerap digambarkan).

Monika menyebutkan bahwa penekanan terhadap kedisiplinan dan kepatuhan dalam Islam lebih kuat. Salah seorang muallaf menyebutkan tertarik pada Islam karena ajaran ini paling jelas merinci tuntunan hidup bagi umatnya. Ada juga yang mengakui meski Islam saat mundur dari peradaban Barat, namun ajarannya tetap relevan hingga saat ini.

Kebebasan beragama

Di Jerman, kebebasan beragama dijamin oleh Undang-Undang. Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Dasar Jerman (Grundgesetz) menyebutkan Die Freiheit des Glaubens, des Gewissens und die Freiheit des religiösen und weltanschaulichen Bekenntnisses sind unverletzlich. (Kebebasan beragama dan memiliki pandangan filosofis hidup tidak boleh diganggu).

Memang belakangan terdapat beberapa kasus di mana warga Muslim mendapat diskriminasi di Jerman misalnya dalam masalah jilbab. Namun hal ini bukanlah kasus yang fenomenal dan tidak merubah kebijakan pemerintah Jerman terhadap umat Islam.

Secara umum, masyarakat Jerman sangat menghargai kebebasan beragama. Sebuah survey yang pernah dilakukan Stiftung Konrad Adenauer menunjukkan bahwa dua pertiga peserta polling percaya bahwa umat Islam harus diberikan kebebasan untuk melaksanakan ajaran agama mereka. Organisasi-organisasi Islam di Jerman umumnya berafilisasi kepada kelompok- kelompok cultural seperti tersebut diatas.

Namun belakangan ada upaya-upaya penyatuan dengan membuat lembaga yang berfungsi sebagai mediator dan pemersatu berbagai organisasi yang ada.

Pendidikan Islam formal
Berbeda dengan kebanyakan negara- negara lain di Eropah, Jerman dalam perkembangan terakhir, mulai memperbolehkan pelajaran agama Islam bagi para pelajar Muslim di sekolah-sekolah umum. Biasanya pelajaran agama ilakukan orang-orang Islam secara nonformal di mesjid-mesjid atau kelompokkelompok masyarakat.

Kebijakan baru yang merupakan hasil dari penggodokan bersama antara pemerintah Jerman dan komunitas Muslim di Jerman ini adalah salah satu upaya mendukung proses integrasi sosial Muslim di Jerman. Menurut Wolfgang Schrauber, Menteri Dalam Negeri Jerman, kebijakan tersebut dapat menjembatani perbedaan yang kerap timbul.

Tidak hanya di level sekolah, pendidikan Islam juga mulai diperkenalkan pada tingkat akademik dengan membuka Jurusan Teologi Islam di perguruan tinggi di Jerman. Pendidikan pada tingkat akademik ini dianggap dapat memberi solusi terhadap masalah kehidupan Muslim dalam keragaman dan juga dapat mengangkat isu partisipasi mereka dalam diskursus politik di negara tersebut.

Masjid sebagai pusat pembinaan
Karena tidak adanya infrastruktur keagamaan formal, masjid-masjid di Jerman memiliki peran yang sangat penting dalam pembinaan komunitas Muslim. Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tapi juga sebagai tempat pendidikan/pengajaran, pertemuan sosial keagamaan, acara perkawinan, dan pusat bisnis.

Karenanya tidak sedikit masjid yang memiliki toko, restoran, perpustakaan, dan ruang pertemuan. Saat ini jumlah masjid di Jerman berkisar 2000, namun sebagian besar tidak dalam bentuknya yang umum, melainkan ruko-ruko yang dekat pusat bisnis dan perumahan kaum Muslim. Tuntutan kaum Muslimin untuk membangun masjid dalam bentuknya yang umum selalu kandas di tingkat parlemen setempat.

Namun sejak tahun 1990-an, banyak masjid yang utuh dan megah dibangun. Satu laporan menyebut sekitar 200 telah terbangun dan lebih dari 30 dalam proses pembangunan. Sebagai catatan akhir, dapat dikatakan bahwa perkembangan Islam dan komunitas Muslim di Jerman tampak memberi dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat Jerman. Penerimaan Islam oleh masyarakat Jerman sendiri menunjukkan agama ini memberikan alternatif bagi pemecahan masalah kehidupan mereka.

Islam tidak lagi diidentikkan sebagai agama para imigran melainkan agama yang terintegral dari kehidupan mereka sendiri. Integrasi Islam dan kultur mereka inilah yang akan membangun apa yang dikenal sebagai “Euro Islam”.

Perkembangan Islam di Belanda

Lebih dari 500 orang menghadiri konferensi tahunan "hari kembali Belanda" ke-3 yang diadakan di masjid besar Omar Al Farouk di kota Utreceht pada hari Ahad malam lalu a(31/1). Acara ini diselenggarakan oleh yayasan OntdekIslam dan Platform Nasional Belanda untuk Muslim baru (LPNM).

Waleed Duisters, ketua LPNM kepada Kuwait News Agency (Kuna) menyatakan bahwa angka yang dikeluarkan pada tahun 2007 menunjukkan ada 12.000 orang Belanda yang memeluk agama Islam, dan menambahkan bahwa mungkin masih banyak lagi.

Dia menjelaskan bahwa sangat sulit untuk memberikan angka yang tepat dari orang Belanda yang memeluk agama Islam karena di Belanda tidak ada pendaftaran orang yang berdasarkan agama. "Kami mempunyai banyak anggota yang merupakan warga Belanda yang memeluk agama Islam, sehingga tujuan konferensi ini adalah mencoba membantu mereka untuk menemukan jalan terbaik di dalam masyarakat Islam khususnya dan masyarakat Belanda secara umum," kata Dusiters yang dirinya telah masuk Islam sepuluh tahun yang lalu.

Dia mencatat bahwa kadang-kadang menjadi mualaf baru akan menghadapi banyak masalah dengan keluarga mereka dan masyarakat Islam Belanda tidak tahu bagaimana menangani para mualaf baru tersebut.

"Dalam masyarakat Belanda ada orang-orang yang skeptis terhadap Islam dan kadang-kadang kita punya kasus para mualaf baru banyak yang menghadapi masalah besar dengan keluarga mereka. Kami ingin membantu mereka untuk menjalani hidup tanpa masalah," kata Duisters.

Pertemuan besar warga Belanda yang masuk Islam dengan umat Islam dari Turki, dunia Arab dan Suriname, di isi dengan mendengarkan ceramah oleh pembicara internasional yang terkenal seperti Hussein Ye dari Malaysia dan Pierre Vogel dari Jerman - dikombinasikan dengan pembicara anak-anak muda Belanda yaitu Ali al Khattab dan Elsa van de Loo yang juga merupakan perwakilan pemuda Belanda untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Tujuh warga Belanda termasuk tiga wanita masuk Islam selama konferensi berlangsung pada hari Ahad lalu (31/1).

Duisters berkata: "Islam memperkaya hidup saya. Sekarang saya punya kehidupan yang stabil. Saya tahu apa yang harus saya ajarkan kepada anak-anak saya untuk menjadi Muslim yang baik tetapi juga menjadi warga negara Belanda yang baik."

Dia mencatat bahwa jumlah umat Islam di Eropa tumbuh dengan pesat. Banyak orang yang masuk Islam karena mereka banyak mendengar tentang Islam sehingga mereka ingin tahu tentang Islam dan mulai membaca Quran dan Hadits.

Tapi ia juga menyalahkan umat Islam, karena tidak melakukan penjelasan yang cukup untuk menjelaskan Islam.

"Kaum Muslimin di Belanda punya banyak kesempatan untuk memberikan gambaran yang baik tentang Islam tetapi sebagian besar waktu mereka gagal," keluhnya.

"Ada juga masalah lain yaitu umat Muslim yang tidak bisa terintegrasi ke dalam masyarakat Belanda," katanya.

"Kita harus hidup sebagai Muslim di Belanda tetapi juga bagian dari masyarakat Belanda. Kita jangan menjadi kelompok yang aneh. Kami menyarankan umat Islam untuk terlibat dalam kehidupan masyarakat Belanda," katanya.

Marck Reuvers, yang bertanggung jawab terhadap media pada konferensi tersebut dan dirinya sendiri seorang jurnalis, mengatakan kepada Kuna bahwa "ini adalah hari yang sangat istimewa. Hal inilah yang disebut mengubah hari di Belanda."

"Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk menunjukkan bahwa warga Belanda yang memeluk agama Islam juga merupakan bagian dari umat yang lebih besar," kata Reuvers yang masuk Islam pada tahun 2007. "

Saya sedang mencari sesuatu yang membuat hidup saya lebih bermakna. Setelah menjadi seorang Muslim saya memiliki tujuan dalam hidup. Saya merasa sangat bahagia dan nyaman, "katanya.

Abdel Karim masuk Islam pada tahun 2008 dan saat ini dirinya sedang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang pekerja sosial.

"Saya butuh Tuhan dalam hidupku. Saya suka cerita tentang nabi Ibrahim, Musa, Yesus, tapi saya tidak menyukai foto di dalam Gereja dengan Tuhan berkulit putih," katanya.


"Tapi saya sangat mengasihi Yesus dan saya juga sangat mencintai Musa dan saya menyayangi mereka dalam Islam. Aturan dalam Islam jauh lebih murni. Tidak ada rasisme dalam Islam," kata anak muda muslim Belanda berjenggot ini kepada kuna.

Dia mengatakan orang harus melakukan memberikan banyak penjelasan kepada masyarakat Belanda setelah mereka masuk Islam. "Anda berhenti minum minuman keras, Anda berhenti merokok, Anda berhenti berbicara berghibah. Jadi orang-orang di sekitar anda akan bertanya mengapa Anda tidak minum, kenapa Anda memiliki jenggot", katanya.

Van der Putten Malleen juga seorang jurnalis yang bekerja untuk sebuah siaran Islam Belanda memiliki cerita yang unik dari masuk Islam dirinya. Dia masuk Islam enam tahun lalu. Van der Putten mengatakan "suatu hari ia berkata beberapa hal buruk untuk seorang Muslim. Kemudian dia berkata pada dirinya sendiri mengapa saya berkata hal-hal buruk tentang Islam sedangkan saya tidak tahu apa-apa tentang Islam."

Dia akhirnya pergi ke sebuah toko dan membeli beberapa buku Islam, membaca dan membaca sehingga kemudian secara bertahap ia masuk Islam.

Dia mengatakan umat Islam seharusnya berbicara dengan banyak orang, berbicara dengan tetangga untuk menjelaskan Islam yang benar dan harus ada lebih banyak interaksi dengan orang lain.

Elsa van de Loo, wakil pemuda dari Belanda di Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatakan kepada Kuna bahwa dia masuk Islam satu setengah tahun yang lalu.

Ayahnya dari Belanda dan ibunya dari Republik Dominika.

"Saya dibesarkan sebagai seorang Katolik namun tidak mempraktikkan agama kristen," katanya.

Namun kemudian saya mulai membaca Quran dalam bahasa Belanda.

"Pada awalnya sulit bagi saya untuk memahami dan saya tidak tahu banyak umat Islam yang akan menjelaskan kepada saya. Kemudian pada suatu hari saya bertemu dengan seorang gadis Muslim asal Maroko yang mulai menjelaskan Al-Quran dan Islam," katanya.

"Banyak hal yang sedang saya cari jawabannya, saya temukan hal itu dalam Islam.

Saya merasa sangat baik .. Islam memberi saya kedamaian. Di masa lalu saya selalu gelisah saya tidak tahu Apa yang harus saya lakukan dalam hidup. kemana saya akan pergi. Sekarang saya punya jawabannya, "katanya kepada kuna.

Dia mengatakan dia tidak pernah menghadapi masalah dengan pemerintah Belanda karena memakai Hijab tetapi beberapa kritikus mengatakan bagaimana dirinya bisa mewakili Belanda di PBB dengan mengenakan Hijab.

"Saya memberitahu mereka bahwa pekerjaan saya terpisah dari agama saya. Ketika saya dalam pekerjaan saya, saya mewakili semua orang di Belanda ," kata Elsa van de Loo.

Perkembangan dan Masuknya Islam di Andalusia

Andalusia atau Spanyol yang kita kenal sekarang, semula  disebut Vandal, yang kemudian oleh bangsa Arab disebut Andalusia. Andalusia pada abad ke-2 sampai dengan abad ke-5 M menjadi wilayah kekuasaan Romawi, tetapi kemudian ditaklukkan oleh bangsa Vandal pada awal abad ke-5 M. Selanjutnya datanglah bangsa Gothia Barat, memerangi dan mengusir bangsa Vandal ke Afrika.

Pada  awalnya kerajaan bangsa Gothia ini kuat sekali, tetapi kemudian timbul perpecahan di kalangan bangsa itu sendiri hingga pada akhirnya kejayaan kerajaan itu memudar dan mengalamikemunduran. Setelah Raja Gothia meninggal pada tahun 710 M, dia  digantikan oleh Roderick. Tetapi kenaikan Roderick sebagai raja tidak disukai oleh para puteri Witiza. Untuk merebut kekuasaan dari tangan Roderick, mereka bekerja sama dengan Graff  Yulian yang sama-sama memusuhi Roderick. Kemudian Graff Yulian meminta bantuan dari Musa bin Nushair, gubernur Muawiyah di Afrika.

Musa bin Nushair memohon izin kepada Khalifah Walid bin Abdul Malik, yang setuju dengan memerintahkan kepada Musa untuk mengirim pasukan khusus sebanyak 4.000 tentara biasa dan 1.000 tentara berkuda. Mereka berangkat dengan kapal yang telah disediakan oleh Graff Yulian di bawah pimpinan Thariq  bin Ziad.
Keberhasilan ekspedisi pertama membuat Musa bin Nushair merasa yakin bahwa kemenangan akan diperoleh kaum muslimin jika mereka menyerbu Andalus. Maka pada bulan Sya’ban 92 H / April 711 M. Musa mempersiapkan pasukannya sebanyak 7.000 orang di bawah pimpinan Thariq  bin Ziyad.

Setibanya  di Selat  yang kemudian hari disebut selat Jabal Thariq (Gibraltar), Thariq membakar semua kapal pengangkut pasukan, agar pasukannya tidak ingat pulang. Thariq terus melakukan gerakannya ke daerah yang dikuasai kerajaan Gothia dan  berhasil menduduki benteng yang amat kuat. Dari sana ia terus melanjutkan ke Toledo, ibu kota kerajaan Gothia Barat. Roderick tidak dapat membendung kekuatan pasukan Thariq dan pada akhirnya  Thariq  dapat menguasai Cordova, Malaga dan Granada. Di daerah yang dikuasainya  Thariq memerintahkan kepada pasukannya untuk tidak mengganggu kehidupan beragama masyarakat Kristen dan Yahudi.

Perluasan Wilayah
Keberhasilan Thariq bin Ziyad  membuat Musa bin Nushair bergabung dengan Thariq. Bergabungnya dua tokoh ini semakin menambah luas kekuasaan Islam di Eropa. Dengan kekuatan  yang  hebat Musa dan Thariq dapat menguasai Aragon, Cicilia, Katalonia,  Saragossa dan Barcelona. Dengan demikian sempurnalah usaha Daulah Umayyah dalam memperluas wilayah kekua­saannya di wilayah Andalusia.
Selama pemerintahan Daulah Umayah terdapat enam orang gubernur yang bertugas mewakili pemerintahan Umayah di Damaskus. Mereka itu adalah  Abdul Aziz bin Musa bin Nushair, Ayub bin Habib, Al Harun bin Abdurrahman Al Tsaqifi,  Saman bin Malik Al Khaulani, Anbasah  dan  Abdul Rahman Al Ghafiqi.

Daulah Umaiyah di Andalusia
Ketika menguasai kekhalifahan Islam, Abul Abbas Assafah mengadakan pembersihan keluarga Bani Umaiyah. Namun salah satu keturunan Umaiyah, Abduurahman, berhasil melololskan diri ke Andalusia. Di Andalusia Abdurrahman berhasil menegakkan kekhalifahan yang terlepas dari Bagdad. Atas keberhasilannya itu Abdurrahman diberi gelar Addakhil (penakluk). Bahkan musuhnya,  Abu Jakfar Al Manshur,  menggelarinya Saqar Al Quraisy  atau Rajawali Quraisy.

Hampir seluruh masa pemerintahan Abdurrahman dipakai untuk memperkuat kerajaannya, baik dalam negeri maupun luar negeri. Namun dia juga sempat membangun masjid Alhamra di Kordoba, yang diselesaikan oleh anaknya Hisyam. Abdurrahman mengambil gelar Al Amir.

Selama memerintah Andalusia, terdapat    orang  amir, yaitu: Abdurrahman Addakhil, Hisyam bin Abdurrahman, Al Hakam Bin Hisyam, Abdurrahman II,  Abdullah, Abdurrahman  III (911-961 M), Al Hakam (961-976M) dan  Hisyam II  (976-1009M).

Pengganti  Abdurrahman,  Hisyam,  dikenal sebagai seorang pemimpin yang saleh dan adil.Peningkatan pembangunan dan kesejahteraan rakyat semakin tinggi, bahkan menjadi kiblat kemajuan Eropa. Diantara jasa-jasanya adalah menyelesaikan pembangunan masjid Kordoba, pembangunan irigasi yang dapat dinikmati sampai zaman modern  dan peningkatan peranan bahasa Arab sehingga  menjadi  bahasa ilmiah di Andalusia dan sebagian besar Eropa. Hisyam merupakan pelindung dan pengembang Mazhab Maliki.
Amir ketiga Al Hakam merupakan amir yang kurang disukai oleh rakyat, karena sikapnya yang menyukai foya-foya dan  melakukan kemungkaran. Walaupun masa pemerintahannya selama 26 tahun, namun tidak banyak membawa kemajuan bagi Andalusia. Pengganti Al Hakam, yaitu putranya Abdurrahman II, sangat berbeda dengan ayahnya, adalah penguasa yang dicintai rakyat. Mempunyai kemampuan yang keras dan berwawasan ke depan.

Diantara keberhasilan Abdurrahman II adalah memadamkan berbagai pemeberontakan dan penyerangan dari  Perancis yang dipimpin oleh Alfonso II, sehingga masa  pemerintahannya  menjadi  aman dan makmur. Dengan stabilitas pemerintahannya, pembangunan kota-kota seperti Lusitania, Valencia dan Castille dapat dilaksanakan.
 
Pada masa Abdurrahman II, kaum kristen berbondong-bondong masuk  Islam, walaupun kebebasan beragama dijamin sepenuhnya. Demikian juga berbagai ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Diantara filosuf yang terkenal adalah Ibnu Arabi. Bahkan perguruan tinggi  Cordoba bukan hanya tempat belajar kaum muslimin, tetapi juga para intelektual di seluruh Eropa.

Amir ke-8 adalah Abdurrahman III, ia mendapatkan gelar Al-Nashir karena kemampuanya memimpin pemerintahan, sehingga   negara aman  dan sejahtera. Membangun kota Cordoba sehingga menjadi kota terhebat di dunia masa itu dan jembatan Wail Kabir. Dalam masa pemerintahannya Andalusia mencapai puncak kemajuannya dalam bidang pertanian, pertukangan, kesenian dan berbagai ilmu pengetahuan. Dalam memperkuat kedudukannya ia memakai gelar khalifah, untuk mempertegas perbedaannya di khalifah Bagdad.

Pengganti Abdurrahman III adalah khalifah Al Hakam, yang menggantikannya pada usia 45 tahun. Beliau lebih mementingkan perdamaian daripada peperangan, dan memajukan ilmu pengetahuan dalam masa pemerintahannya.

Pada masa pemerintahannya, ia telah menyelesaikan pembangunan Madinatuzzahra dan memperluas masjid Cordoba, serta mendirikan universitas yang merupakan pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Disamping itu, ia mendirikan perpustakaan  dan mengirimkan utusan ke timur seperti Mesir, Syiria dan Irak untuk mengumpulkan buku-buku. Perpustakaan Cordoba berhasil mengumpulkan lebih dari 400.000 jilid, sehingga menjadi tempat studi bagi penuntut ilmu dari seluruh dunia.

Sebenarnya pengganti Al Hakam adalah putranya Hisyam II. Namun karena masih kanak-kanak, pemerintahan dijabat oleh pamannya Al Mughirah, yang kemudian diganti oleh Al Mansur, karena  dibunuh orang. Al Mansur adalah penggemar karya-karya keagamaan. Menghormati para sarjana dan ulama, namun dia  adalah seorang yang ambisius, dan  berusaha keras menyingkirkan khalifah.
Pada tahun 368 H Al Mansur  berhasil  menjadi khalifah dan memindahkan ibukota ke Al Zahiriah. Al  Mansur meninggal dan digantikan oleh puteranya Al Malik  Al Muzhir yang  memerintah   sampai tahun 421 H.  Setelah masa Al Malik Al Munzhir, Andalusia terpecah-pecah menjadi kerajaan kecil atau Muluk Al Thawaif.

Silsilah Sejarah Pernikahan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam

Silsilah Sejarah Pernikahan Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam

Sebelum kita menelusuri sebagian kehidupan rumah tangga Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam bersama istri-istrinya maka sebaiknya kita mengenal terlebih dahulu siapakah para ummahatul mukminin tersebut. Bagaimanakah silsilah sejarah pernikahan Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam dengan mereka, sehingga kita memiliki sedikit gambaran tentang kehidupan rumah tangga Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam.

1) Khadijah binti Khuwailid
Istri pertama Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad. dan umur beliau shalallahu  ‘alaihi wa sallam tatkala menikahi Khadijah adalah dua puluh lima tahun, sedangkan Khadijah berumur dua puluh delapan tahun. Khadijah adalah istri Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam yang paling dekat nasabnya dengan Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam. Semua anak-anak Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam dilahirkan dari rahim Khadijah kecuali Ibrohim. Khadijah adalah seorang wanita yang kaya, cantik, serta memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat, sehingga banyak orang Quraisy yang ingin menikahinya akan tetapi hatinya terpikat pada sosok seorang pemuda yang tidak memiliki harta namun memiliki budi pekerti yang luhur dan tinggi. Dialah Muhammad shalallahu  ‘alaihi wa sallam. Khadijah telah mengorbankan harta dan jiwanya untuk membela risalah kenabian. Ia lah wanita yang selalu menenangkan sang kekasih dikala dirundung duka dan gelisah. Ia menguntaikan mutiara-mutiara kata yang indah sebagai penyejuk di kala susah, penenang di kala bimbang, dan membakar semangat di kala lesu dan kecewa. Kata-kata indahnya telah diriwayatkan dan dicatat oleh perawi dan penulis, sebagai ibrah bagi para istri dan wanita yang hendak meneladani sang kekasih penghulu manusia.
Tatkala Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya “Aku mengkhawatirkan diriku”, Khadijah pun menanggapi curhatan sang kekasih dengan mengatakan,
“Tidak demikian, bergembiralah, Demi Allah sesungguhnya Allah selamanya tidak akan pernah menghinakanmu. Demi Allah, sungguh engkau telah menyambung tali silaturahmi, jujur dalam berkata, membantu orang yang tidak bisa, engkau menolong orang miskin, memuliakan tamu, dan menolong orang-orang yang tak berdaya ditimpa musibah.”
Demikianlah ia menghibur sang suami yang kala itu khawatir sesuatu yang buruk akan menimpa dirinya. Ia memotivasi, memuji, dan member kabar gembira.

Tidak heran Rasulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam sangat mencintainya, selalu menyebut namanya, kemuliaannya, dan jasa-jasanya, meski ia telah tiada. sampai-sampai Aisyah berkata,
“Aku tidak pernah cemburu pada seorang pun dari istri-istri Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam seperti kecemburuanku pada Khadijah. aku tidak pernah melihanya, akan tetapi Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam selalu menyebut namanya. Terkadang Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam menyembelih seekor kambing kemudian mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Ada kalanya aku berkata kepadanya, “Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita bagi Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam kecuali Khadijah”, lalu Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia itu wanita yang demikian dan demikian dan aku dahulu memiliki seorang putra darinya…’” Aisyah cemburu kepada Khadijah padahal Khadijah telah meninggal dunia.
Khadijah wafat tiga tahun sebelum hijrah. Pada hari wafatnya Khadijah. Rasulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam merasakan kesedihan yang sangat dalam hingga tahun wafatnya disebut dengan “Tahun Kesedihan”.
selanjutnya marilah kita cermati perkataan Ibnul Qoyim rhimahullah yang menceritakan silsilah sejarah pernikahan Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam. beliau berkata,

2) Kemudian beberapa hari setelah itu beliau menikahi Saudah binti Zam’ah Al-Qurosyiah, dia lah yang telah menghadiahkan hari gilirannya (giliran menginap Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam di rumahnya) untuk Aisyah.

3) Setelah menkahi Saudah, beliau menikah dengan Ummu Abdillah Aisyah Ash-Siddiqoh binti Ash-Shiddiq yang telah dinyatakan kesuciannya oleh Allah dari atas langit ketujuh. kekasih Rasulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam, putri Abu bakar Ash-Shiddqi, malaikat telah menampakkan Aisyah kepada Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam sebelum menikah dengannya. Dalam mimpi beliau shalallahu  ‘alaihi wa sallam melihat Aisyah tertutup wajahnya dengan selembar kain dari sutra lalu malaikat itu berkata, “Inilah istrimu (bukalah kain penutup wajahnya)”. Rasulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam menikahinya pada bulan Syawal dan umur Aisyah kala itu adalah enam tahun. Rasulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam menggaulinya pada Syawwal pada tahun pertama hijrah ketika umurnya sembilan tahun. Beliau tidak menikahi seorang perawan  pun selainnya. Tidak pernah ada wahyu yang turun ketika nabi berselimut bersama salah seorang di antara istrinya kecuali Aisyah. Ia merupakan wanita yang paling dicintai nabi. Allah pun mencintainya dan membela serta menyucikan namanya dari tuduhan dusta. Telah turun wahyu dari langit menjelaskan terbebasnya Aisyah dari tuduhan zina dan umat sepakat akan kafirnya orang yang menduduh Aisyah berzina. Dia adalah istri Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam yang paling paham agama dan yang paling pandai, bahkan terpandai di antara para wanita umat ini secara mutlak. Tokoh-tokokh para sahabat pun menjadikan pendapatnya sebagai landasan beragama dan mereka sering meminta fatwa keadanya. Ada sebuah kabar yang menyatakan bahwa beliau pernah mengalami keguguran, namun pendapat ini tidak benar sama sekali.

4) istri Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam yang keempat adalah Hafshah binti Umar bin Al-Khattab. Abu Dawud menyebutkan bahwa Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam pernah menceraikannya kemudian ruju’ (kembali) lagi kepadanya.

5) Kemudian Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam menikahi Zainab binti Khuzaimah bin Al-Harits Al-Qurosyiah dari bani Hilal bin Amir. dan beliau wafat di sisi Rasulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam setelah tinggal bersama selama dua bulan.

6) kemudian beliau menikah dengan Ummu Salamah Hind binti Abi Umayyah Al-Qurosyiah Al-Makhzumiah, nama Abu Umayyah adalah Hudzaifah bin Al-Mughiroh. Ummu Salamah merupakan istri Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam yang paling terakhir wafatnya menurut sebagian ulama, ada pula yang berpendapat Shafiah yang terakhir wafat di antara istri-istri  Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang lain.

7) Kemudian beliau menikahi Zainab binti Jahsy dari bani Asad bin Khuzaimah dan dia adalah anak Umayyah bibi Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam. Allah telah menurunkan firman-Nya berkaitan dengan dirinya,
“Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia.” (Q.s. Al-Ahzab: 37)

Peristiwa Allah langsung yang menikahkannya dengan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadi kebanggan tersendiri bagi Zainab binti Jahsy. Bagaimana tidak, Allah telah menjadi wali nikahnya, tentunya wajar apabila ia berbangga. Ia pun sering membanggakannya di hadapan istri-istri Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam yang lain. Ia berkata, “Kalian dinikahkan oleh keluarga kalian, adapaun aku dinikahkan oleh Allah dari atas langit yang ke tujuh.” Oleh karena itu, di antara keistimewaannya adalah Allah lah yang telah menikahkannya dengna Rasulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam. Ia wafat di awal kekhalifahan Umar bin Al-Khatthab. Dahulunya ia adalah istri Zaid bin Haritsah dan Rasulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam mengangkat Zaid sebagai anak angkatnya. tatkala Zaid menceraikannya maka Allah pun menikahkannya dengan Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam agar umat Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam bisa mencontohnya atau agar anggapan haramnya menikahi istri anak angkat tidaklah menjadi isu yang benar, pendapat-itu hanya merupakan warisan budaya jahiliyah.

8) Kemudian Rasulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam menikahi Juwairiyah binti Al-Harits bin Abi Dhiror Al-Mushtoliqiah. Awalnya  ia merupakan seorang tawanan bani Mushtholiq (Kabilah Yahudi) lalu ia pun datang menemui Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam meminta agar Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam membantu penebusannya. Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam kemudian menebusnya dan menikahinya.

9) Kemudian Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam menikahi Ummu Habibah , namanya adalah Romlah binti Abi Sufyan Sokhr bin Harb Al-Qurosyiah Al-Umawiah. Ada pula yang mengatakan namanya adalah Hindun. Rasulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam menikahinya pada saat Ummu Habibah sedang berada di negeri Habasyah karena berhijrah dari Mekah ke negeri Habasyah. Najasyi memberikan mahar atas nama Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam kepada Ummu Habibah sebanyak empat ratus dinar. Lalu ia dibawa dari Habasyah kepada Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam (di Madinah). Ummu Habibah meninggal di masa pemerintahan saudaranya, Mu’awiyah.

10) Kemudian Rasulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam menikahi Shafiyah binti Huyai bin Akhtab pemimpin bani Nadhir dari keturunan harun bin Imron saudara Musa. Ia adalah putri (keturunan) Nabi (Harun) dan istri Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam. Ia termasuk wanita tercantik di dunia. Dahulu ia merupakan tawanan atau seorang budak Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam kemudian Nabi memerdekakannya dan menjadikan pembebasannya sebagai maharnya.

11) Kemudian Rasulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam menikahi Maimunah binti Al-Haritsah Al-Hilaiah dan ia adalah wanita terakhr yang dinikahi oleh Rasulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam. Rasulullah Shalallahu  ‘alaihi wa sallam menikahinya di Mekah pada waktu Umroh Al-Qadha setelah ia bertahallul -menurut pendapat yang benar-, Maimunah wafat pada masa pemerintahan Mu’awiyah.

12) Ada pula yang memasukkan nama Raihanah binti Zaid An-Nasraniah di antara istri-istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Raihanah binti Zaid An-Nasraniah ada juga yang menyatakan Al-Qurazhiah yakni dari kalangan Yahudi bukan Nasrani. Ia merupakan tawanan pada waktu perang Bani Quraizhah. Saat itu ia adalah tawanan Rasulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam kemudian Rasulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam memerdekakannya dan menikahinya. Rasulullah menceraikannya sekali kemudian ruju (kembali) kepadanya. Sebagian ulama berpendapat bahwa Raihanah adalah budak Rasulullah yang digauli oleh beliau dan terus menjadi budaknya hingga Rasulullah shalallahu  ‘alaihi wa sallam wafat. Oleh Karena itu, dia terhitung termasuk budak-budak Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam dan bukan termasuk istri-istrinya. Al-Waqidi lebih cenderung kepada pendapat yang pertama, yakni ia merupakan istri nabi. Pendapatnya disetujui oleh Syarifuddin Ad-Dimyathi. Ia mengatakan bahwa pendapat inilah yang lebih kuat meurut para ahli ilmu. Namun, perkataannya itu perlu dicek kembali karena yang dikenal bahwasanya Raihanah termasuk budak-budak Nabi shalallahu  ‘alaihi wa sallam.
Sumber: Suami Idaman Istri Pilihan, Firanda, Pustaka Muslim dengan perubahan bahasa seperlunya.