Selamat Berkunjung

Selamat Berkunjung !
Diharap komentarnya agar lebih bermanfaat, menambah wawasan dan hikmah

Rabu, 15 Februari 2012

Umar ibn Khattab dalam Perkembangan Dakwah Islam

Umar bin Khattab terlahir sebagai seorang juara, berbadan tegap, tubuh menjulang tinggi dan memiliki tenaga yang sangat kuat. Masa muda Umar dihabiskan untuk bersenang-senang, bertarung dan minum-minuman sampai mabuk. Meskipun suka menenggak minuman keras, kekuatan Umar tidak terpengaruh. Dia adalah juara gulat di pasar Ukaz yang telah menumbangkan banyak sekali pemuda kuat dari seluruh kabilah Arab. Masyarakat Quraish sangat menghormati Umar bin Khattab karena prestasinya di medan gulat pasar Ukaz.

Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza terlahir dari kabilah Adi, salah satu rumpun Quraish Mekkah. Ayahnya Khattab bin Nufail dan ibunya Hantamah bin Hasyim bukanlah saudagar kaya, mereka hidup dari hasil mengembala. Meskipun demikian Umar bin Khattab pandai membaca dan menulis bahkan dia mendapat anugerah yang diwariskan oleh kabilahnya yaitu kepandaian dalam berbicara dan bernegosiasi.

Ketika Rasulullah saw menyeru penduduk Mekkah untuk meninggalkan penyembahan terhadap berhala, Umar bin Khattab termasuk kelompok Quraish yang menentang. Bahkan Umar bin Khattab sempat bersumpah akan membunuh Rasulullah saw. Suatu hari Umar berjalan cepat sambil menghunus pedang. Ketika ditanya oleh Nu’aim bin Abdullah, dengan tegas Umar menjawab akan membunuh Muhammad. Nu’aim yang telah menjadi muslim memberitahukan Umar bahwa adik perempuannya telah masuk Islam agar Umar menggugurkan niatnya membunuh nabi.

Umar bin Khattab menjadi sangat marah mendengar adiknya sendiri masuk Islam. Dia bergegas menuju rumah adiknya, dan ketika dilihat adiknya sedang membaca Al-Qur’an Umar langsung naik pitam, menghajar adik perempuanya sampai darah menetes dari hidungnya. Melihat adiknya berdarah hati Umar tersentuh, dia merasa menyesal. Umar kemudian meminta bacaan yang sedang di pegang adiknya. Al-Qur’an surat Thoha membuka pintu hidayah kepada Umar bin Khattab seorang pemuda Quraish yang menetang Islam dan pernah berniat membunuh Rasulullah.

Sesungguhnya keislaman Umar bin Khattab merupakan jawaban dari doa Rasulullah saw yang meminta kepada Allah agar menguatkan Islam dengan salah satu dari dua orang; Umar bin Khattab atau Amr bin Hisyam (Abu Jahl). Allah swt memilih Umar bin Khattab sebagai orang yang akan memperkuat umat Islam sebagaimana doa Rasulullah. Harapan Rasulullah saw Umar bin Khattab akan membuat umat Islam kuat menjadi kenyataan. Keislaman Umar bin Khattab membuat gentar para pemuka Quraish yang sering menganiaya muslimin. Umar bin Khattab dengan keberanian dan kekuatannya menjadi tameng bagi muslimin mula-mula yang mayoritas dari kelompok hamba sahaya.
Keras dan tegas adalah sifat alamiah Umar bin Khattab. Jika ketika masih menjadi kafir dia gunakan kekerasanya untuk menghantam para jago gulat di pasar Ukaz dan menyiksa muslimin, setelah menjadi muslim  Umar bin Khattab menggunakan kekerasan dan ketegasan untuk melawan musuh-musuh Allah. Ketegasan Umar dalam membela yang haq dan memerangi yang bathil mendapat apresiasi dari Rasulullah saw. Beliau saw memberi Umar bin Khattab gelar Al-Faruq yang berarti pembeda.

Meskipun penampilan fisiknya menyiratkan kekerasan namun Umar bin Khattab pada sejatinya memiliki hati yang lembut. Sering kali Umar bin Khattab menangis dalam kesendirian. Ketika ditanya oleh sahabat perihal tangisannya, Umar bin Khattab menceritakan tentang kekejamannya pada masa Jahiliah. Umar sebagaimana orang Quraish yang tidak pernah mengharapkan memiliki anak perempuan, pernah mengubur anak perempuannya hidup-hidup. Dia sendiri menggali lubang untuk mengubur anak perempuannya yang sudah bisa menunggang kuda. Setiap mengingat peristiwa tersebut, Umar bin Khattab yang terkenal garang tidak kuasa membendung air mata.

Calon Pemimpin yang Dibenci dan Pemimpin yang Dicintai

Pada saat Khalifah Abu Bakr merasakan bahwa sakitnya bertambah parah, beliau memanggil para sahabat untuk berdiskusi seputar calon pemimpin umat Islam setelah kepergiannya. Khalifah memiliki pandangan bahwa Umar bin Khattab merupakan calon pengganti yang paling tepat diantara semua sahabat nabi yang masih hidup. Pendapat Khalifah Abu Bakr mendapat tantangan dari sebagian sahabat nabi yang tidak setuju atas pencalonan Umar bin Khattab.

Para sahabat nabi yang tidak setuju atas pencalonan Umar bin Khattab sepakat untuk mendatangi khalifah untuk menyatakan keberatan mereka. Umar bin Khattab yang terkenal dengan perangai kerasnya membuat para sahabat khawatir jika beliau menjadi khalifah akan bertindak semena-mena dan tentunya hal tersebut sangat merugikan seluruh umat Islam. Talhah bin Ubaidillah selaku juru bicara kelompok yang tidak setuju pencalonan Umar bin Khattab menyatakan keberatannya kepada Abu Bakr, “Apa yang akan kau katakan kepada Allah kalau kau ditanya tentang keputusanmu menunjuk Umar sebagai pengganti yang akan memimpin kami. Sudah kau lihat bagaimana dia menghadapi orang padahal kau ada di sampingnya. Bagaimana pula kalau sudah kau tinggalkan?!”

Abu Bakr yang waktu itu masih berbaring karena sakitnya mendadak marah dan meminta untuk didudukkan. Setelah duduk Khalifah berkata, “Untuk urusan Allah kalian mengancam aku!. Akan kecewalah orang menyuruh kalian berbuat kedzaliman! Aku berkata Allahumma ya Allah, untuk memimpin hamba-hambaMu, aku telah menunjuk seorang hamba-Mu yang terbaik”

Pro-kontra pencalonan Umar bin Khattab sebagai khalifah ditutup dengan keputusan Abu Bakr Ash-Shidiq meminta Utsman bin Affan menuliskan surat penunjukan Umar bin Khattab sebagai Khalifah kedua. Di dalam surat tersebut tertulis, “Aku menunjuk penggantiku yang akan memimpin kalian adalah Umar bin Khattab. Patuhi dan taatilah dia”

Sehari setelah penguburan jenazah Khalifah Abu Bakr Ash-Shidiq, Umar bin Khattab dibai’at sebagai khalifah kedua. Di atas mimbar Khalifah kedua Umar bin Khattab menyampaikan pidato pertamanya, “Saudara-saudara, saya hanya seorang dari kalian. Kalau tidak karena segan menolak tawaran Khalifah Rasulullah saya pun akan enggan memikul tanggung jawab ini,” setelah mengucapkan itu, Umar bin Khattab menengadahkan wajahnya ke langit, “Allahumma ya Allah, aku ini sungguh keras, kasar maka lunakkanlah hatiku, Allahumma ya Allah, aku sangat lemah maka berilah aku kekuatan. Allahumma ya Allah, aku ini kikir, jadikanlah aku dermawan bermurah hati,”

Umar bin Khattab khalifah kedua segera melaksanakan amanah pendahulunya dengan meneruskan penyerbuan di Syria yang pada saat itu masih dikuasai oleh Romawi. Di sebuah medan tempur bernama Yarmuk, pasukan Islam yang dipimpin oleh Abu Ubaidah dan Khalid bin Walid menyerang tanpa takut pasukan Romawi yang jumlahnya berkali-kali lipat. Pada peperangan yang menurut beberapa ahli sejarah sebagai salah satu pertempuran penting dalam sejarah dunia, pasukan Islam berhasil mengalahkan pasukan Romawi yang dipimpin oleh Theodore.

Kemenangan di Yarmuk menular secara berturut-turut ke pertempuran di beberapa kota yang dikuasai oleh pasukan Romawi. Damuskus salah satu kota terbesar di Syria berhasil ditaklukan pada tahun ke-14 Hijriah kemudian menyusul Hims, Kinasirin dan Antokia. Penaklukan yang dilakukan oleh tentara Islam di Syria membuat Heraclius terdesak. Kaisar Romawi tersebut mengumpulkan pasukannya untuk melakukan perjalanan pulang ke Konstantinopel. Dia segera mengucapkan selamat tinggal kepada Syria karena sudah tidak mungkin lagi mempertahankan kekuasaannya di sana dari serbuan tentara Islam yang tidak mengenal rasa takut.

Sementara pasukan Muslimin yang dipimpin oleh Abu Ubaidah dan Khalid bin Walid berhasil memaksa Heraclius angkat kaki dari Syria, pasukan muslimin dibawah komando Amr bin Ash dan Syurahbil berhasil menaklukan Jerusalem. Tanah suci tiga Agama samawi tersebut berhasil tunduk setelah dilakukan perjanjian damai antara penduduk Jerusalem dan Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Isi perjanjian tersebut adalah; kebebasan beribadah bagi penduduk Jerusalem yang mayoritas beragama Kristen di gereja-gereja mereka dan kewajiban penduduk Jerusalem membayar jizyah kepada pasukan Muslimin sebagai jaminan keselamatan.

Keberhasilan pasukan Muslimin di Syria disusul oleh keberhasilan pasukan Muslimin di Persia. Dimulai dengan penaklukan Iraq kemudian berlanjut ke Kadisiah, Hirah, Ahwaz dan akhirnya tentara Muslimin yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqos sampai di depan ibu kota Persia, Madain. Di kota Madain Raja Persia beserta keluarga tinggal di dalam istana megah yang dijuluki ‘Istana Putih’ karena warnanya putih bersih. Sesunguhnya kota Madain dilindungi oleh letak geografisnya yang berada di sebuah lembah dan dibatasi dengan sebuah sungai besar bernama Tigris.

Di tepi sungai Tigris tentara Muslimin termenung memikirkan cara memasuki kota Madain. Karena tidak menemukan solusi lain, akhirnya pasukan berkuda Muslimin nekat menerobos arus deras sungai Tigris yang sewaktu-waktu bisa menyeret mereka ke kematian. Berkat kenekatan yang didasari oleh keyakinan kepada Allah Sang Pencipta, tentara Muslimin berhasil menaklukan ibu kota Persia tersebut.

Panaklukan Madain memberikan rampasan perang yang berlimpah kepada tentara Islam. Sa’ad bin Abi Waqos membagikan harta rampasan perang tersebut kepada tentaranya dengan adil kemudian sisanya dia kirimkan kepada Khalifah di Madinah. Umar bin Khattab ketika menerima harta yang demikian banyak memanggil rakyatnya untuk menyaksikan anugerah Allah tersebut. Saat semua orang yang melihat menjadi takjub dan kagum karena seumur hidup mereka belum pernah melihat kekayaan yang sedemikian banyak, Khalifah Umar bin Khattab menengadahkan wajahnya sambil berkata. “Allahumma ya Allah, engkau telah menghindarkan semua ini dari Rasul-Mu dan Nabi-Mu, padahal dia lebih Engkau cintai dari pada aku, lebih Engkau muliakan daripada Aku. Juga Engkau telah menghindarkannya dari Abu Bakr, yang lebih Engkau cintai daripada aku, lebih Engkau muliakan daripada Aku. Maka jika semua ini Engkau berikan kepadaku, aku berlindung kepada-Mu ya Allah, juga jangan sampai Engkau berikan kepadaku untuk memuliakan aku”

Peristiwa penaklukan Madain menjadi kunci utama pembebasan tanah Persia dari kerajaan yang beragama Majusi. Setelah itu tentara Islam berhasil menaklukan Nehawand, benteng pertahanan terakhir pasuakn Persia. Dengan jatuhnya benteng Nehawand ke tangan pasukan Islam berarti penaklukan Persia selesai. Penaklukan yang berlangsung selama tujuh tahun tersebut menjadi jawaban atas doa Rasulullah yang memohon kepada Allah agar mencabik-cabik kerajaan Persia sebagaimana raja mereka mencabik-cabik surat nabi yang bersisi ajakan memeluk Islam.

Setelah Syria dan Persia jatuh ke tangan pasukan Islam, Umar bin Khattab memerintahkan panglima Islam yang telah menaklukan Jerusalem, Amr bin Ash meneruskan usaha perluasan wilayah ke Mesir. Negeri Fir’aun yang pada saat itu berada dibawah kekuasaan Romawi diperintah oleh seorang penguasa lalim bernama Maqukas. Penduduk Mesir sangat tersiksa dengan kebijakan Maqukas yang mewajibkan pajak tinggi.

Kedatangan pasukan Islam ke Mesir disambut dengan antusias oleh penduduk Mesir. Mereka berharap pasukan Muslimin dapat mengalahkan rezim Maqukas yang otoriter. Bantuan moril rakyat Mesir membuat tentara Islam berhasil mengalahkan pasukan Maqukas. Mesir pun jatuh ke pangkuan negara Islam yang berpusat di Madinah.

Kemenangan demi kemenangan yang diraih pasukan Muslimin menjadikan Negara Islam yang berpusat di Madinah menjadi penguasa tunggal Timur Tengah. Penduduk Madinah dan Mekkah yang pada masa lalu dianggap sebagai masyarakat pedalaman, kini menjelma menjadi pusat peradaban. Rakyat hidup makmur dan tentram dengan jaminan kesejahteraan dan keamanan dari pemerintah.

Khalifah Umar bin Khattab yang tadinya disangsikan bisa memimpin umat Islam kini menjadi kesayangan. Dalam masa pemerintahan beliau negara Islam terbentang dari padang sahara Arab ke Timur Persia sampai ke Afrika Utara. Berkat keberhasilannya memperluas daerah kekuasaan Islam, Khalifah Umar bin Khattab mendapat gelar Amirul Mukminin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar