Selamat Berkunjung

Selamat Berkunjung !
Diharap komentarnya agar lebih bermanfaat, menambah wawasan dan hikmah

Senin, 25 Juni 2012

Demi Menemukan Islam, Anna Stamou Rela Jadi "Pasien" Para Filsuf

Anna Stamou
Salah satu penghargaan terkemuka Muslim internasional di Eropa baru-baru ini diberikan kepada seorang wanita Yunani. Manajer humas dari Asosiasi Muslim Yunani, Anna Stamou, dianggap sebagai satu dari 10 wanita Muslim dengan pengaruh yang besar dan yang paling positif di Eropa.
Penggagas penghargaan, adalah European Muslim Professionals Network (CEDAR), yang didukung oleh Institute of Strategic Dialogue, atau dikenal juga dengan nama “Three Club”. Seremonial pemberian penghargaan dilakukan akhir tahun lalu di Madrid, Spanyol.
Tak banyak yang tahu, enam tahun yang lalu ia adalah seorang mualaf. Ia menemukan Islam setelah bergulat dengan kegelisahan dirinya.
“Pencarian saya telah lama, saya selalu mencari jawaban. Dalam pencarian saya tentang kebenaran, aku tidak bisa mendapatkan jawaban yang memuaskan,” ujarnya, tentang perjalanan batinnya.
Sejak sekolah menengah, Anna punya minat yang tinggi di bidang sains. Dalam mata pelajaran ini, dia selalu unggul. Imbasnya, dalam menemukan jawaban atas kegamangan batinnya, ia bermain logika.
“Jadi, saya berkonsultasi ke beberapa sekolah filsafat, bertemu banyak filsuf. Saya ditangani mendalam dengan Pythagoras,” ia tersenyum menjelaskan.
Selama pencarian ini, ia bertemu dengan suaminya sekarang. Saat itu, mereka sama-sama bergabung sebagai sukarelawan organisasi Doctors of the World, selama perang di Irak. Dari pria inilah, ia banyak menemukan pengetahuan tentang Islam.
Namun, ia tak menerima mentah-mentah omongannya. Anna mulai meneliti lebih dalam ajaran-ajarannya. “Saya pikir ini karena ilmu yang saya peroleh dari sekolah bahwa Islam adalah sebuah agama inferior dan terdistorsi. Islam meskipun telah memberi saya jawaban, saya berkata pada diri sendiri bahwa saya harus belajar lebih banyak tentang agama ini,” katanya.
Di Yunani, Islam kerap rancu dengan Turki. Pasalnya, kebanyakan Muslim di Yunani berasal dari Turki. Buku-buku keislaman, umumnya menggunakan bahasa mereka. “Meskipun ada ribuan Muslim Yunani, saya tidak mengerti mengapa tidak ada buku yang diterbitkan dalam bahasa Yunani,” ujarnya. Ia mempelajari Islam dari buku-buku berbahasa Inggris dan Prancis.
Dia beruntung mengalami transisi dari agama lamanya menuju Islam didampingi oleh penerimaan dari sisi keluarga dan teman-temannya. “Saya belum bertemu reaksi negatif. Beberapa orang mungkin memiliki pertanyaan, tapi tak pernah ada tendensi negatif,” ujarnya, yang mengaku dengan senang hati akan menjelaskan agama barunya.
Di sisi lain, ia juga menjaga hubungan dengan mereka yang beda agama secara baik, termasuk keluarganya. “Kini saya mengenakan jilbab, dan tak masalah bagi mereka,” katanya. Ia juga akan hadir di tengah keluarganya saat mereka merayakan hari besar agama.
“Jilbab adalah bagian dari iman. Ingat, hanya bagian, Anda dapat memilih untuk mengikuti atau tidak. Ini adalah pilihan Anda,” katanya. Ia menyatakan, adalah salah anggapan publik Barat yang menyamakan jilbab sebagai simbol penindasan atas kaum perempuan. “Jilbab adalah masalah pilihan. Saya mendukung mereka yang memperjuangkan hak mereka untuk memakainya.”
Ia mengatakan, dasar dari semua masalah adalah hidup berdampingan secara damai dan toleransi. “Selama Ramadhan, kami makan bersama dengan teman-teman Kristen kami, ini adalah sesuatu yang tidak mudah ditemukan di Eropa. Selain itu, putri saya mencintai dan bersemangat untuk Natal. Mereka juga ada di acara Paskah keluarga,” tambahnya.
Saat Idul Fitri, hal sama dilakukan padanya. Bahkan, para mahasiswanya bergantian menyalami dan memeluknya. “Saya beruntung menjadi bagian Yunani. Demokrasi ada di sini,” ujar dosen kimia di dua perguruan tinggi Yunani ini.

Ahli psikoterapi Atheis kenamaan India menyatakan dirinya masuk Islam


Seorang ahli psikoterapi terkenal India India menyatakan dirinya masuk Islam pada hari Kamis lalu.
Dr. Periyadarshan yang merupakan ahli psikoterapi dan seorang atheis, setelah memeluk agama Islam, ia mengganti namanya menjadi Abdullah, seperti dilaporkan Arab News pada hari Jumat.

Dr. Abdullah mengatakan dalam salah satu pernyataannya bahwa agama Islam adalah satu-satunya agama di dunia yang mengikuti kitab suci yang langsung diwahyukan dari Allah SWT.
Dia mengatakan bahwa sebagai orang yang mempelajari perbandingan agama, ia meyakini bahwa kitab-kitab suci dari agama lain tidak secara langsung di wahyukan Allah kepada manusia. Dia menambahkan bahwa hanya Al-Quran lah kitab suci yang masih dalam format yang sama seperti yang di wahyukan kepada nabi Muhammad SAW dari Allah SWT.
Dr. Abdullah adalah seorang dosen tamu di Universitas California Los Angeles. Dia juga sempat bermain dalam film Tamil terkenal berjudul “Karuthamma”, sebuah film yang berkisah tentang peristiwa pembunuhan bayi perempuan yang baru lahir yang banyak terjadi di beberapa desa-desa terpencil di India.
“Saya terkenal di India sebagai seseorang yang berteologi Atheis dan saya kemudian menjadi sadar bahwa hanya agamalah satu-satunya jalan keluar bagi umat manusia baik di dunia maupun di akhirat,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Dr. Abdullah direncanakan Sabtu kemarin (13/3) akan melaksanakan ibadah umroh pertamanya ke kota-kota suci Makkah dan Madinah.

Tong Sam Cong masuk Islam

Ternyata Ulama Tong Sam Cong yang yang hidup di zaman Dinasti Tong (618-907 M) setelah Nabi Muhammad saw (570-633 M) adalah seorang muslim/Islam, bukan pengikut Budha/Nabi Gautama seperti anggapan sebagian orang.

Minimal ada 3 alasan yang menguatkan argumen bahwa beliau adalah seorang muslim yang taat lagi saleh, sehingga sela bersusah payah selama 17 tahun mengembara untuk menjemput kitab suci di Barat setelah mendengar berita dari para pedagang jalur sutera (jalur perdagangan sutera telah berlangsung sebelum Masehi).

Pertama : Wilayah Barat/She Thien itu Arab, sedangkan India /Thien Tok itu Selatan dan perjalanan 17 tahun mencari kitab suci itu dari Timur (Propinsi Zhe Jiang) ke Barat lewat Ta Li Muk Phen Ti/Se Chou Ce Lu/Jalur Sutera (Xin Jiang di wilayah Barat daratan Cina). Perjalanan ini dilakukan setelah pemuda alim tersebut mendapatkan kabar berita dari para pedagang lintas benua/para pedagang jalur sutera membawa berita bahwa di Barat sama telah atau baru turun kitab suci, maka berangkatlah beliau dari tanah kelahirannya, Propinsi Zhe Jiang (Cina bagian Timur) menuju Barat (tanah Arab). Lewat Gansu lalu ke Xin Jiang, disitu ada Fo Yen San/Flamming Mountain/gunung api bagian Barat Cina, yang kita ketahui bersama bahwa 99,99% penduduk Propinsi Xin Jiang (sekarang) beragama Islam.

Kedua : Jarak Ulama Tong (abad ke 7 M) dan Budha Sidharta Gautama (5 abad SM) +- 1200 tahun, jadi tidak bisa dikatakan baru lagi sebab sudah lebih dari seribu tahun.

Ketiga : Ajaran Budha Gautama sudah masuk ke daratan Cina sebelum Tat Mo Co Su/Bodhi Dharma/Zen yang juga dari India, bukti Tat Mo Co Su ada di kuil Shaolin gunung Shiong San Propinsi Henan. Berarti jalur Cina - India sudah ada sebelum perjalanan Tong, yaitu dari arah Selatan negeri Cina. Jadi untuk apa memutar begitu jauh lewat Utara baru ke Selatan sedangkan alat transportasi dahulu hanya unta, kuda atau keledai.
Apakah Tong begitu bodoh?
Saya tidak percaya itu.

Adapun hari ini kita membaca atau menonton kisah Kera Sakti pada perjalanan Tong Sam Cong itu hanyalah kisah fiktif yang disuguhkan oleh penulis yang bertujuan untuk menentang atau menyindir pemerintahan bangsa Mancuria pada saat itu yang sedang memerintah Cina.

Jadi pada cerita Kera Sakti ada monyet, babi dan kerbau itu sebenarnya tidak ada sama sekali/bohong besar dan ingat, di Jepang cerita ini menjadi Son Goku atau Dragon Ball.
Sekarang malah cerita Kera Sakti di ceritakan di Amerika. Ingat, salah satu cara/bentuk penjajahan kebudayaan atau sejarah adalah lewat cerita/komik.

Seperti Sisingamangaraja XII dan Pattimura yang beragama Islam/muslim tapi selalu di gembar-gemborkan bukan muslim, demikian juga dengan perlawanan Wong Fei Hung yang muslim dkk melawan penindasan Mancuria pada bangsa Han di Cina, ini bisa terjadi juga karena kesalahan kita umat muslim yang tidak peduli dengan saudaranya yang lain. Ini disebabkan pendapat yang salah antara suku dan agama (Assobiah dan Tauhid).

Di akhir cerita Kera Sakti tidak diceritakan kitab apa yang diambil atau di peroleh, sebab kalau produser mau menceritakan sejarah yang sebenarnya, maka akan bubarlah keyakinan non Islam dari agamanya yang sekarang dan cerita/film tersebut tidak akan lalu terjual sehingga produser film tidak akan dapat memperoleh keuntungan alias rugi.

Sebab umumnya orang Han/orang keturunan Cina tidak akan tertarik menontonnya karena tidak sesuai dengan kepercayaannya dan umat Islam pun belum tentu akan tertarik menontonya karena masih ada masalah kesukuan/assobiah sebab datang dari daerah Timur/Cina bukan dari Barat/Arab serta masalah ilmu Tauhidologi.

Inilah 5 Rekomendasi 'Gila' Komnas Ham yang Diskriminasikan Islam


Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) setidaknya telah mensahkan lima rekomendasi yang dianggap gila, oleh Komisioner Komnas HAM Saharuddin Daming.  Hal itu dinyatakannya kepada media terkait rekomendasi naskah akademik Komnas HAM untuk pengayaan Pansus RUU Kerukunan Umat Beragama Komisi VIII DPR RI.

“Komnas HAM sebagai salah satu yang ikut diminta untuk pengayaan oleh Pansus tetapi saya lihat itu isinya bukan pengayaan tetapi pemutarbalikan kebenaran dengan kebatilan,” ungkap Daming kepada media, Kamis (8/3) di Jakarta.
Sehingga, Daming menjadi satu-satunya komisioner dari sepuluh komisioner yang menyatakan dissenting opinion (penolakan) Sidang Paripurna Pengesahan Naskah Akademik RUU Kerukunan Umat Beragama yang berlangsung kemarin di Kantor Komnas HAM Jl Latuharhary Jakarta Pusat.

Dalam sidang yang dipimpin langsung oleh Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim, Daming menyatakan keberatannya dengan rekomendasi yang dianggapnya sangat diskriminatif dan melanggar HAM mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam ini.

Setidaknya ada lima rekomendasi gila Komnas HAM yang dianggap Daming sebagai bentuk kesungguhan dari Komnas HAM untuk menyingkirkan dan mendiskriminasi hak-hak beragama khususnya umat Islam yang secara rasional itu memiliki hak untuk mempertahankan identitas dan kesucian agamanya.
Pertama, tidak sahnya pernikahan lantaran beda agama seperti yang diatur dalam UU No 1 Tahun 1974 harus dihapuskan.
“Dengan usulan seperti itu, menunjukan bahwa penggagasnya yang kemudian dilegitimasi oleh mayoritas komisioner  Komnas HAM telah memporak-porandakan  sendi-sendi dasar ideologi kesakralan kita ketika berbicara mengenai agama dan ketuhanan,” ungkap Daming.
Kedua,pencantuman agama dalam berbagai atribut kependudukan termasuk dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) seperti yang diatur dalam UU No 23 Tahun 2006  harus dihapuskan.
Menurut Daming, rekomendasi kedua juga tidak dapat diterima karena yang namanya cacatan sipil itu haruslah mendata identitas warga negara, mulai dari nama, umur, tempat tanggal lahir, pekerjaan, status menikah, jumlah anak, tingkat pendidikan dan juga agamanya.
Begitu pula dengan KTP. “Bila di dalamnya tidak ada isian agama lantas dengan cara apa orang yang meninggal secara mendadak di suatu tempat yang memerlukan pemakaman secara cepat karena darurat? Kita ini bukan mau memakamkan binatang yang bisa dikuburkan begitu saja, ini harus jelas identitasnya,” ungkap Daming.
Belum lagi kalau warga mau menikah dalam tradisi masyarakat Indonesia yang agamis. Seseorang itu harus konkrit, mempunyai identitas, latar belakang keagamaannya. “Karena juga dalam hal pengamanan, orang itu juga harus diketahui siapa dia, kalau agamanya tidak jelas, saya kira orang tua Indonesia yang masih memegang teguh pada risalah nabinya harus berani menolak dong. Ya makanya saya tidak setuju dengan rekomendasi yang kaya begitu,” beber Daming.
Ketiga, rekomendasi ini pun menyoal UU No 1 PNPS Tahun 1965 tentang Perlindungan Agama dari Penodaan karena UU tersebut dianggap membatasi kebebasan beragama warga negara dengan mencap sesat orang yang berbeda keyakinan dengan mainstream.
“Jadi saya menolak sekeras-kerasnya, alasan apapun jika kebebasan beragama mencakup juga merusak kebebasan beragama orang lain sebagaimana yang dilakkukan oleh Lia Eden, Ahmadiyah, Ahmad Musadeq, dan berbagai aliran sesat itu. Bagi saya sesat dan tidak sesat itu sudah clear, sangat jelas. Kalau masih ada orang Muslim yang meragukan tentang kriteria sesat, saya minta belajar dulu deh. Karena itu rekomendasi ini gila, harus saya tolak,” tegas Daming.
Keempat, rekomendasi itu pun mempersoalkan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No 9 Tahun 2006 ( yang populer disebut SKB 2 Menteri). Menurut rekomendasi tersebut SKB 2 Menteri itu menghambat kebebasan mendirikan rumah ibadah khususnya gereja GKI Yasmin Bogor.
Daming menegaskan Komnas HAM perlu introspeksi dan bertindak lebih objektif terhadap toleransi dan intoleransi. Menurutnya,  selama ini umat Islam selalu dianggap intoleran, ketika berhadapan dengan itu, tetapi tidak pernah diperhatikan bagaimana umat Islam di tempat-tempat yang minoritas itu berhadap dengan intoleransi.
“Saya bilang, saya ingin persoalan ini ditinjau secara komprehensif,  dulu saya terima pengaduan ada masjid dibakar. Itu juga kan umat Islam tidak meributkannya dan Komnas HAM diam saja, kemudian ada juga masyarakat Islam yang tidak diberikan izin untuk mendirikan masjid di Bali dan di Papua. Kita juga tidak meributkannya, kita juga maklum karena dia minoritas. Kenapa kasus yang ada di Bogor, Bekasi yang nyata-nyata itu merupakan wilayah yang memang tidak memungkinkan orang untuk membangun gereja di situ tapi kenapa ko kita sangat getol membelanya, ada apa ini?” ungkapnya panjang lebar.
Kelima,rekomendasi itu pun menginginkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan yang mengharuskan peserta didik mendapatkan pelajaran agama dan guru agama yang beragama sama dengan agama peserta didik dihapus.
“Coba, apa yang problem dengan UU tersebut ? Saya kira di manapun itu orang akan menerimanya dengan logika berfikir yang sangat demokrastis ini, tetapi kok kenapa ini menjadi problem Komnas HAM? Memangnya kalau orang sekolah itu  harus menerima pelajaran yang agama dicampur aduk? Bukan agama yang diyakini? Kan lebih salah lagi itu. Lebih-lebih kalau sekolah tidak mau mengajarkan agama sama sekali,” tegas Daming.
Rekomendasi ini, lanjut Daming,  seolah-olah ingin menghapus pelajaran agama di sekolah, pelajaran agama diserahkan saja kepada orang tua siswa masing-masing. “Wah kalau begini pengertiannya berarti kedepan itu memang Komnas HAM itu menjadi pabrik sekularisme kelas kakap di Indonesia ini!” tudingnya.
Sumber : http://www.berita-muslim.com/

Nourdeen Wildeman: Islam Agama Rasional

Nourdeen Wildeman, 26 tahun, adalah warga Belanda yang “resmi” masuk Islam pada 9 Desember 2007. Meskipun baru menjadi mualaf, ia telah aktif dalam dakwah Islam. Saat ini, ia sedang mempersiapkan peluncuran program dakwah yang sedang berlangsung dengan tema, “Temukan masjid yang menyajikan terbaik buat Anda.”
Program tersebut bertujuan untuk mendata profil masjid-masjid di Belanda. Lewat program ini, diharapkan setiap Muslim dapat mengetahui segala hal tentang masjid; semua informasi yang berkenaan dengan setiap masjid.

Program ini menyajikan secara lengkap profil setiap masjid, seperti latar belakang etnisnya, alamat, kode pos, nomor telepon, alamat e-mail, gambar masjid, bahasa yang digunakan dalam khotbah Jumat, toko buku, kapasitas muat masjid untuk laki-laki dan perempuan, ketersediaan kamar mandi dan tempat wudlu baik untuk laki-laki atau perempuan, dan tak ketinggalan beberapa kondisi umum, seperti bangunan tua, tidak ada parkir, pelajaran khusus, kelengkapan, dan juga jadwal shalat sesuai dengan lokasi tertentu.




Awal Mengenal Islam

Nourdeen mengaku tidak tahu kapan persisnya ia benar-benar menjadi seorang Muslim. Perkenalannya dengan Islam dimulai empat atau lima tahun sebelum ia resmi mengucapakan dua kalimat syahadat. Semua dimulai dari keingintahuannya tentang Islam yang waktu itu sedang hangat-hangatnya dibicarakan di media Eropa, pasca tragedi 11 September.
“Buku pertama yang saya baca tentang Islam sangat akademis dan sangat sulit dipahami. Karenanya saya memutuskan untuk mencari buku lain agar saya dapat lebih mudah memahami Islam, dan saya tetap membaca dan lebih banyak lagi,” kenang Nourdeen.
“Setelah membaca banyak buku, saya menemukan bahwa Islam tidak seperti anggapan saya selama ini. Justru banyak ajaran Islam yang sesuai dengan apa yang saya percayai secara natural,” tambahnya.
Menurut Nourdeen, Sebagian besar pencitraan media terhadap Islam sepenuhnya salah. Anggapan media Barat bahwa Islam adalah agama penindas hak perempuan merupakan kekeliruan besar. Islam juga bukan agama kekerasan dan teroris. Baginya, Islam bukan hanya agama damai namun juga agama yang menghormati akal.
“Saya menemukan Islam sebagai agama yang sangat rasional. Agama yang mendukung ilmu pengetahuan. Ia mendorong manusia untuk memahami dan menafakkuri segala sesuatu di sekitarnya. Sebuah agama yang mengajak umatnya untuk berfikir kritis,” paparnya.
“Sebelum mendalami Islam, saya selalu berpikir bahwa menjadi seorang atheist mungkin lebih mudah dan enak, saya bisa bebas melakukan apa pun yang saya inginkan, namun hati kecil saya selalu mengkritik gaya hidup seperti itu, dan akhirnya saya mencapai kesadaran tentang Tuhan. Inilah kebenaran yang saya rasakan dalam Alquran dan hadis,” akunya.
Respons Keluarga dan Lingkungan
Nourdeen lahir dan besar dalam keluarga dengan multikepercayaan, ayahnya seorang atheist, sementara ibunya penganut agamanya Kristen Protestan. Keputusannya untuk menjadi mualaf tidak mendapat penentangan yang berarti dari keluarganya.
Keinginan Nourdeen untuk menjadi Muslim memang tidak langsung ia ceritakan kepada kedua orangtuanya. Nourdeen hanya beruhasa memancing reaksi mereka dengan bertanya kepada mereka jika ia beralih ke agama lain seperti Islam, mereka menyatakan bahwa itu adalah pilihan hidupmu, selama tidak mengganggu siapa pun, ia bebas menentukannya.
Meskipun begitu ibu Nourdeen sempat menasihatinya bahwa menjadi Kristen itu lebih mudah. Nourdeen pun menjawab, “saya tidak sedang mencari agama yang paling mudah, tetapi palaing benar.”
Berbeda dengan ibunya, ayahnya justru memberi dukungan penuh kepada keputusannya tersebut. “Saya sangat bahagiaakarena ayah bersedia mendampingi saya di saat saya mengucapkan dua kalimat syahadat, dan ini terekam oleh kamera video. Ia mendukung saya karena saya merupakan bagian dari dia, dan Islam akan menjadi bagian dari saya, maka dia akan menerima saya dengan keislaman saya,” papar Nourdeen.
Kebebasan yang diberikan keluarganya ini diakui Nourdeen sebagai anugrah besar. Karena menurutnya, tak sedikit teman-teman mualaf yang menghadapi masalah yang cukup serius akibat dari penentangan pihak keluarga.
“Kenyataannya, memang banyak dari mualaf yang menghadapi masalah keluarga ketika mereka menyatakan diri sebagai Muslim. Rata-rata yang mengahadapi problem seperti ini adalah perempuan,” ujarnya.
“Saya sangat menghormati perempuan di negara ini yang menjadi mualaf, karena kondisi yang mereka hadapi lebih sulit, belum lagi problem pakaian yang mereka kenakan. Bahkan ada yang diusir dari rumah mereka dan keluarga mereka tidak mau menerima mereka lagi. Karenanya, saya sangat beruntung, alhamdulillah, dengan keluarga saya.
Respons positif pun Nourdeen dapatkan dari atasan kerjanya. Setelah resmi menjadi Muslim, Nourdeen kemudian mengirim e-mail kepada atasannya untuk memberitahu atasanya tersebut bahwa ia telah menjadi seorang Muslim.
“Namun, alhamdulillah, saya tidak kena damprat. Justru saya mendapat bonus pada akhir tahun berdasarkan evaluasi kerja saya. Atasan saya mengatakan bahwa di samping saya memeliki kinerja yang baik, saya juga mampu membuat pilihan yang sulit ketika saya memilih menjadi seorang Muslim. Dia mengatakan bahwa saya memiliki keberanian untuk mengambil pilihan yang sulit di samping saya mampu bekerja dengan baik,” paparnya.
Mendalami Islam
Setelah resmi masuk Islam, Nourdeen masih terus bersemangat dalam mempelajari Islam. Ia juga sering berdiskusi dengan umat Islam yang lebih senior, namun kegemarannya melahap buku-buku Islam justu menjadikannya lebih banyak tahu tentang Islam dibanding mereka.
“Saya membaca buku karangan Tariq Ramadan berjudul In the Footsteps of the Prophet (Jejak-jejak Nabi). Buku ini banyak membantu saya sebagai Muslim Eropa karena ditulis dengan cara yang cocok bagi orang Barat. Metode Arab dalam penulisan cerita berbeda dengan metode Barat, tetapi Tariq Ramadan mampu menyampaikan pesannya dengan menggunakan pendekatan Barat,” ujar Nourdeen.
“Saat ini, saya juga mempelajari Alquran di Dar al-’Ilm di Belanda. Tempat ini menyediakan kajian Alquran secara menyeluruh dari A hingga Z berdasarkan Tafsir Ibnu Kathir,” imbuhnya.
Menanggapi perkembangan isu keislaman dan perbedaan kultur dan kondisi antara Barat dan Timur, Nourdeen mengatakan bahwa beberapa fatwa yang dikeluarkan di banyak negara-negara Muslim tidak dapat dilaksanakan secara keseluruhan di negara-negara Muslim minoritas. Beberapa modifikasi harus dilakukan agar sesuai dengan kondisi Barat.-taq[republika.co.id]

Dr. Hamid Marcus (Jerman)

Ahli Pengetahuan, Pengarang dan Wartawan
Sejak saya masih kanak-kanak, saya merasa ada dorongan dalam jiwa saya untuk mempelajari Islam. Akan tetapi kesempatan atau jalan untuk itu tidak saya temui. Saya membaca naskah terjemahan Al-Qur'an yang saya dapati di Perpustakaan kota kelahiran saya, yang bertanggal tahun 1750, suatu naskah yang telah memberikan kepada Goethe pengetahuan tentang Islam.
Saya sungguh kagum demi melihat susunan yang rasional, sekaligus memberikan kerangka komposisi ajaran-ajaran Islam. Saya juga sangat tertarik dengan dasar revolusi kejiwaan yang telah dialami kaum Muslimin dahulu kala berkat ajaran-ajaran ini.
Kemudian di Berlin saya berkesempatan untuk bekerjasama dengan kaum Muslimin sambil mendengarkan dengan antusias segala komentar tentang Al-Qur'an yang diberikan oleh pendiri Jam'iyyah Islam di Berlin dan pembangun Mesjid Berlin. Sesudah beberapa tahun aktif bekerja-sama dengan pribadi yang penting dan tenaga rohaniwan ini, saya langsung memeluk Islam, karena dasar-dasarnya yang tinggi mengatasi sejarah pemikiran manusia telah melengkapi pikiran-pikiran saya sendiri.
Percaya atau iman kepada Allah adalah akidah pokok dalam agama Islam. Akan tetapi Islam tidak memberikan ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan modem, sehingga tidak ada pertentangan antara keduanya. Inilah salah satu keistimewaan besar tersendiri dalam pandangan orang yang turut serta dengan sepenuh kernampuannya dalam penyelidikan ilmu pengetahuan.
Keistimewaan lainnya lagi ialah bahwa ajaran-ajaran Islam itu tidak idealistis buta yang mengesampingkan kewaspadaan terhadap kenyataan-kenyataan hidup. Islam menyerukan system yang aktual meliputi segala segi kehidupan manusia. Syari'at Islam bukanlah hukum paksaan yang mengekang kebebasan pribadi, tapi merupakan bimbingan dan petunjuk yang mengarah kepada kebebasan pribadi yang teratur.
Bersamaan dengan berlalunya waktu dari tahun ke tahun, saya bertambah erat memegang dalil-dalil yang jelas bagi saya menunjukkan bahwa Islam menempuh jalan yang paling lurus dalam keseimbangan antara kepribadian perseorangan dan kepribadian masyarakat, serta mempersatukannya dengan tali hubungan yang kuat.
Sesungguhnya Islam itu adalah agama lurus dan toleran. Islam selalu menyerukan kebaikan, menganjurkannya dan mempertinggi derajatnya dalam segala hal dan segala kesempatan.

Tentang Pengarang: Dr. Hamid Marcus

Dr. Hamid Marcus adalah seorang redaktur majalah Mosleimche Revue di Berlin.

sumber :

Mengapa Kami Memilih Islam
Oleh Rabithah Alam Islamy Mekah
Alih bahasa: Bachtiar Affandie
Cetakan Ketiga 1981
Penerbit: PT. Alma'arif, Bandung

Ilmuwan yang "islamkan" 5 Mahasiswa sebelum menjadi Muslim

''Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.'' (QS. An-Nisa: 56)

Bagi sebagian besar umat Islam, ayat di atas terdengar seperti ayat-ayat serupa dalam Alquran yang menjelaskan pedihnya siksa neraka bagi orang-orang yang tidak beriman. Namun tidak demikian bagi Tagatat Tejasen, seorang ilmuwan Thailand di bidang anatomi. Baginya, ayat itu adalah sebuah keajaiban.

                                                                    
                                                                        ***

Konferensi Kedokteran Saudi ke-6 di Jeddah yang diikuti Tejasen pada Maret 1981 menjadi awal kisah pertemuannya dengan keajaiban itu. Dalam konferensi yang berlangsung selama lima hari itu, sejumlah ilmuan Muslim menyodori Tejasen beberapa ayat Alquran yang berhubungan dengan anatomi.

Tejasen yang beragama Buddha kemudian mengatakan bahwa agamanya juga memiliki bukti-bukti serupa yang secara akurat menjelaskan tahap-tahap perkembangan embrio. Para ilmuan Muslim yang tertarik mempelajarinya meminta profesor asal Thailand itu untuk menunjukkan ayat-ayat tersebut pada mereka.

Setahun kemudian, Mei 1982, Tejasen menghadiri konferensi kedokteran yang sama di Dammam, Arab Saudi. Saat ditanya tentang ayat-ayat anatomi yang pernah dijanjikannya, Tejasen justru meminta maaf dan mengatakan bahwa ia telah menyampaikan pernyataan tersebut sebelum mempelajarinya. Ia telah memeriksa kitabnya, dan memastikan bahwa tidak ada referensi darinya yang dapat dijadikan bahan penelitian.

Ia kemudian menerima saran para ilmuan Muslim untuk membaca sebuah makalah penelitian karya Keith Moore, seorang profesor bidang anatomi asal Kanada. Makalah itu berbicara tentang kecocokan antara embriologi modern dengan apa yang disebutkan dalam Alquran.

Tejasen tercengang saat membacanya. Sebagai ilmuwan di bidang anatomi, ia menguasai dermatologi (ilmu tentang kulit). Dalam tinjauan anatomi, lapisan kulit manusia terdiri dari tiga lapisan global, yakni Epidermis, Dermis, dan Sub Cutis. Pada lapisan yang terakhirlah, Sub Cutis, terdapat ujung-ujung pembuluh darah dan syaraf.

Penemuan modern di bidang anatomi menunjukkan bahwa luka bakar yang terlalu dalam akan mematikan syaraf-syaraf yang mengatur sensasi. Saat terjadi Combustio grade III (luka bakar yang telah menembus Sub Cutis), seseorang tidak akan merasakan nyeri. Hal itu disebabkan tidak berfungsinya ujung-ujung serabut syaraf afferent dan efferent pengatur sensasi yang rusak oleh luka bakar tersebut.

Makalah itu tidak saja menunjukkan keberhasilan teknologi kedokteran dan perkembangan ilmu anatomi, namun juga membuktikan kebenaran Alquran. Ayat 56 surah An-Nisa’ mengatakan bahwa Allah akan memasukkan orang-orang kafir ke dalam neraka, dan mengganti kulit mereka dengan kulit yang baru setiap kali kulit itu hangus terbakar, agar mereka merasakan pedihnya azab Allah.

Jantung Tejasen berdebar. “Bagaimana mungkin Alquran yang diturunkan 14 abad yang lalu telah mengetahui fakta kedokteran ini?”

                                                                               ***

Sebelum berhasil mengatasi keterkejutannya, Tejasen disodori pertanyaan oleh para ilmuan Muslim yang mendampinginya, “Mungkinkah ayat Alquran ini bersumber dari manusia?”

Ketua Jurusan Anatomi Universitas Chiang Mai Thailand itu sontak menjawab, “Tidak, kitab itu tidak mungkin berasal dari manusia. Ia kemudian termangu dan melanjutkan responsnya, “Lalu dari mana kiranya Muhammad menerimanya?”

Mereka memberitahu Tejasen bahwa Tuhan itu adalah Allah, yang membuat Tejasen semakin ingin tahu. “Lalu, siapakah Allah itu?” tanyanya.

Dari para ilmuan Muslim tersebut, Tejasen mendapatkan keterangan tentang Allah, Sang Pencipta yang dari-Nya bersumber segala kebenaran dan kesempurnaan. Dan Tejasen tak membantah semua jawaban yang diterimanya. Ia membenarkannya.

Profesor yang pernah menjadi dekan Fakultas Kedokteran Universitas Chiang Mai lalu itu kembali ke negaranya, tempat ia menyampaikan sejumlah kuliah tentang pengetahuan dan penemuan barunya itu. Informasi yang dikutip oleh laman special.worlofislam.info menyebutkan bahwa kuliah-kuliah profesor yang masih beragama Buddha itu, di luar dugaan, telah mengislamkan lima mahasiswanya.

Hingga akhirnya, pada Konferensi Kedokteran Saudi ke-8 yang diselenggarakan di Riyadh, Tejasen kembali hadir dan mengikuti serangkaian pidato tentang bukti-bukti Qurani yang berhubungan dengan ilmu medis. Dalam konferensi yang berlangsung selama lima hari itu, Tejasen banyak mendiskusikan dalil-dalil tersebut bersama para sarjana Muslim dan non-Muslim.

Di akhir konferensi, 3 November 1983, Tejasen maju dan berdiri di podium. Di hadapan seluruh peserta konferensi, ia menceritakan awal ketertarikannya pada Alquran, juga kekagumannya pada makalah Keith Moore yang membuatnya meyakini kebenaran Islam.

“Segala yang terekam dalam Alquran 1.400 tahun yang lalu pastilah kebenaran, yang bisa dibuktikan oleh sains. Nabi Muhammad yang tidak bisa membaca dan menulis pastilah menerimanya sebagai cahaya yang diwahyukan oleh Yang Maha Pencipta,” katanya. Tejasen lalu menutup pidatonya dengan mengucap dua kalimat syahadat.[REPUBLIKA]