Selamat Berkunjung

Selamat Berkunjung !
Diharap komentarnya agar lebih bermanfaat, menambah wawasan dan hikmah

Senin, 12 Desember 2011

Sumaiyah Orang yang Pertama Mati Syahid dalam Islam


Sabar adalah salah sifat terpuji yang telah ditanamkan Islam kedalam hati para wanita mukminah dari kalangan para shahabiyat, dan menumbuhkannya dalam sanubari mereka, sehingga salah seorang diantara mereka pada saat menghadapi berbagai cobaan dan musibah bagaikan gunung yang kokoh tak bergerak, dan bagaikan singa di sarangnya, ia tidak takut dan tidak ragu.
Mereka telah mengalami berbagai siksaan lahir dan batin, mengalami sakit parah, kemiskinan yang mencekik, kehilangan orang-orang yang dicinati. Namun itu semua tidak menggoyahkan keimanan mereka, tidak membunuh semangat mereka, tidak menjadikan mereka berkeluh kesah, lemah dan gelisah.
Diantara shahabiyat yang mendapat anugerah tersebut adalah Sumaiyah, seorang wanita yang pertama kali mendapatkan syahid dalam Islam. Berikut kisahnya,….
Dalam ketegaran menghadapi siksaan, tampak sekali sikap Sumaiyah binti Khabbat, ibu Ammar bin Yasir radhiallahu ‘anhu, sebagai contoh terdepan dan bukti yang sangat tepat dalam hal ini.
Abu Jahal, panglima kezhaliman memakaikan baju besi pada Sumaiyah, kemudian menjemurnya dibawah terik panas matahari yang membakar. Walaupun begitu ia bersabar dan mengharap pahala, ia tidak berharap sesuatu kecuali Allah dan Hari Akhir. Ketika sikap beliau ini mematahkan kesombongan Abu Jahal, dan mengobarkan kemarahan di hatinya, Abu Jahal melakukan apa yang dilakukan oleh para penguasa zhalim lagi jahat ketika tak mampu berbuat apa-apa. Karena ketegaran Sumaiyah radhiallahu ‘anha dalam agamanya, Abu Jahal mendekatinya, kemudian menusuknya dengan tombak hingga meninggal dunia.
Dalam kitab ‘Usdhu al-ghabah’, al-Hafizh Ibnu hajar mengatakan, “Abu Jahal menusuk sumaiyah dengan tombak yang ada ditangannya pada kehormatannya hingga meninggal dunia. Beliau adalah orang yang mati syahid pertama dalam Islam, beliau dibunuh sebelum hijrah, dan beliau termasuk diantara orang yang memperlihatkan keislamannya secara terang-terangan pada awal datangnya Islam.”
Ini adalah merupakan pelajaran bagi setiap mukminah yang diinginkan oleh orang-orang yang berbuat dosa untuk dicopot dari agamanya, hendaknya ia meneladani ketegaran, keteguhan dan kesabaran Sumaiyah. Semboyannya adalah perkataan Abu Athiyah:
“Bersabarlah dalam kebenaran, engkau akan merasakan manisnya
Kesabaran demi kebenaran terkadang harus melalui kepedihan”.
Hal ini juga menunjukkan bahwa sabar itu tidaklah ada batasnya, sampai Allah mendatangkan keputusan dan ketetapan-Nya.
Sumber: Durus min Hayat ash-Shahabiyat, karya Abdul Hamid bin Abdurrahman as-Suhaibani.

Kejujuran Gadis Penjual Susu



 Khalifah Umar bin Khattab sering melakukan ronda malam sendirian. Sepanjang malam ia memeriksa keadaan rakyatnya langsung dari dekat. Ketika melewati sebuah gubuk, Khalifah Umar merasa curiga melihat lampu yang masih menyala.
Di dalamnya terdengar suara orang berbisik-bisik. Khalifah Umar menghentikan langkahnya. Ia penasaran ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Dari balik bilik Kalifah umar mengintipnya. Tampaklah seorang ibu dan anak perempuannya sedang sibuk mewadahi susu.
“Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini,” kata anak perempuan itu. “Mungkin karena musim kemarau, air susu kambing kita jadi sedikit.” “Benar anakku,” kata ibunya. “Tapi jika padang rumput mulai menghijau lagi pasti kambing-kambing kita akan gemuk. Kita bisa memerah susu sangat banyak,” harap anaknya.
“Hmmm….., sejak ayahmu meninggal penghasilan kita sangat menurun. Bahkan dari hari ke hari rasanya semakin berat saja. Aku khawatir kita akan kelaparan,” kata ibunya.
Anak perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah terisi susu. “Nak,” bisik ibunya seraya mendekat. “Kita campur saja susu itu dengan air. Supaya penghasilan kita cepat bertambah.” Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah ibu yang keriput. Ah, wajah itu begitu lelah dan letih menghadapi tekanan hidup yang amat berat. Ada rasa sayang yang begitu besar di hatinya. Namun, ia segera menolak keinginan ibunya.
“Tidak, bu!” katanya cepat. “Khalifah melarang keras semua penjual susu mencampur susu dengan air.” Ia teringat sanksi yang akan dijatuhkan kepada siapa saja yang berbuat curang kepada pembeli.
“Ah! Kenapa kau dengarkan Khalifah itu? Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan berubah kalau tidak melakukan sesuatu,” gerutu ibunya kesal. “Ibu, hanya karena kita ingin mendapat keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang pada pembeli?”
“Tapi, tidak akan ada yang tahu kita mencampur susu dengan air! Tengah malam begini tak ada yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita,” kata ibunya tetap memaksa.
“Ayolah, Nak, mumpung tengah malam. Tak ada yang melihat kita!” “Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencampur susu dengan air, tapi Allah tetap melihat. Allah pasti mengetahui segala perbuatan kita serapi apa pun kita menyembunyikannya, “tegas anak itu. Ibunya hanya menarik nafas panjang.
Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti suruhannya. Namun, jauh di lubuk hatinya ia begitu kagum akan kejujuran anaknya. “Aku tidak mau melakukan ketidak jujuran pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin Allah tetap selalu mengawasi apa yang kita lakukan setiap saat,”kata anak itu.
Tanpa berkata apa-apa, ibunya pergi ke kamar. Sedangkan anak perempuannya menyelesaikan pekerjaannya hingga beres.
Di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan itu. ” Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!” gumam khalifah Umar. Khalifah Umar beranjak meniggalkan gubuk itu.Kemudian ia cepat-cepat pulang ke rumahnya.
Keesokan paginya, khalifah Umar memanggil putranya, Ashim bin Umar. Diceritakannya tentang gadis jujur penjual susu itu.
” Anakku, menikahlah dengan gadis itu. Ayah menyukai kejujurannya, ” kata khalifah Umar. ” Di zaman sekarang, jarang sekali kita jumpai gadis jujur seperti dia. Ia bukan takut pada manusia. Tapi takut pada Allah yang Maha Melihat.”
Ashim bin Umar menyetujuinya. Beberapa hari kemudian Ashim melamar gadis itu. Betapa terkejut ibu dan anak perempuan itu dengan kedatangan putra khalifah. Mereka mengkhawatirkan akan di tangkap karena suatu kesalahan.
” Tuan, saya dan anak saya tidak pernah melakukan kecurangan dalam menjual susu. Tuan jangan tangkap kami….,” sahut ibu tua ketakutan.
Putra khalifah hanya tersenyum. Lalu mengutarakan maksud kedatangannya hendak menyunting anak gadisnya.
“Bagaimana mungkin? Tuan adalah seorang putra khalifah , tidak selayaknya menikahi gadis miskin seperti anakku?” tanya seorang ibu dengan perasaan ragu. ” Khalifah adalah orang yang tidak ,membedakan manusia. Sebab, hanya ketawakalanlah yang meninggikan derajad seseorang disisi Allah,” kata Ashim sambil tersenyum.
” Ya. Aku lihat anakmu sangat jujur,” kata Khalifah Umar. Anak gadis itu saling berpandangan dengan ibunya. Bagaimana khalifah tahu? Bukankah selama ini ia belum pernah mengenal mereka. ” Setiap malam aku suka berkeliling memeriksa rakyatku. Malam itu aku mendengar pembicaraan kalian…,” jelas khalifah Umar. Ibu itu bahagia sekali. Khalifah Umar ternyata sangat bijaksana. Menilai seseorang bukan dari kekayaan tapi dari kejujurannya.

Sesudah Ashim menikah dengan gadis itu, kehidupan mereka sangat bahagia. Keduanya membahagiakan orangtuanya dengan penuh kasih sayang. Bebrapa tahun kemudian mereka dikaruniai anak dan cucu yang kelak akan menjadi orang besar dan memimpin bangsa Arab yaitu Umar bin Abdul-Aziz.

Informasi Pendaftaran Jalur Undangan UI 2012/2013


Manusia Hanya Tahu Takdirnya Setelah Terjadi


Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berfikirnya memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi dan perencanaan yang canggih. Akan tetapi, setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan harapan. Oleh karena itulah manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi.
Demikianlah, jika seseorang ditakdirkan sebagai seorang ilmuwan, maka ia tidak akan memperolehnya kecuali dengan usaha dan kesungguhan belajar dan memenuhi unsur-unsur yang mendukungnya mencapai hal itu. Demikian juga jika ditakdirkan baginya mengolah sebidang tanah, maka ia tidak akan mendapatkannya kecuali dengan melalui sebab-sebab yang mengantarkannya kepada bercocok tanam. Jika ia ditakdirkan kenyang, maka ia tidak akan merasakannya kecuali dengan makan dan minum. Demikian itulah wujud dan keadaan hidup dan penghidupan.
Dengan demikian, orang yang tidak mau berbuat dan berusaha serta hanya bersandar pada takdir tersebut, maka kedudukannya sama dengan orang yang tidak makan, minum, dan bergerak karena bersandar pada takdir yang telah ditetapkan baginya.
Jika manusia menginginkan perubahan kondisi dalam kehidupannya, maka diperintah oleh Allah untuk merubahnya dengan terus berusaha dan berdoa. Usaha perubahan yang dilakukan oleh manusia itu, kalau berhasil seperti yang diharapkannya maka Allah melarangnya untuk menepuk dada sebagai hasil usahanya sendiri. Bahkan kalau usahanya itu dinilainya gagal dan manusia itu sedih bermuram durja menganggap dirinya sumber kegagalan, maka Allah juga menganggap hal itu sebagai kesombongan yang dilarang.
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,”  (QS. Al-Hadiid (57) : 23)
Oleh karena manusia itu lemah, maka diwajibkan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh demi mencapai tujuan hidupnya yaitu beribadah kepada Allah. Seperti kata ungkapan yang sering kita dengar “Manusia hanya bisa berdo’a dan berusaha, Tuhanlah yang menentukan.” Atas pilihan dan usahanya itulah kelak manusia akan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. (by Kalman Aani)

Minggu, 11 Desember 2011

Tumbuhan Saja Bertasbih


Disebutkan bahwa tumbuhan merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah dengan berbagai macam jenis mulai dari jenis tumbuhan tingkat rendah sampai dengan jenis tumbuhan tingkat tinggi.
Dalam rantai makanan, tumbuhan digolongkan sebagai produsen karena dapat memproduksi makanan sendiri yang bermanfaat sebagai makanan bagi manusia dan hewan. Tumbuhan tidak pernah berkeluh kesah misalnya setahun istirahat untuk tidak menghasilkan buah-buahan, biji-bijian dan umbi-umbian. Tapi ia selalu tunduk dan patuh pada Tuhan yang menciptakannya. Pada hakekatnya tumbuhan menghasilkan buah, biji, umbi dan sebagainya itu bukan atas kehendak dirinya tapi atas kehendak Allah swt.
“Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.” (QS. Ar-Rahman (55) : 6)
Sebuah riwayat dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa seorang laki-laki datang, lalu bertanya : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya tadi malam aku bermimpi dalam tidurku melihat diriku seakan-akan sedang shalat di balik sebuah pohon. Ketika aku sujud, pohon itu ikut sujud bersamaku, dan aku dengar pohon itu mengucapkan do’a berikut :
“Ya Allah, catatkanlah sujudku ini untukku di sisi Engkau sebagai suatu pahala, dan hapuskanlah dariku karenanya suatu dosa, dan jadikanlah sujudku ini sebagai suatu simpanan di sisi Engkau bagiku, dan terimalah sujudku ini dariku sebagaimana Engkau telah menerimanya dari hamba-Mu Daud”
Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, “Lalu Rasulullah saw. membaca ayat sajadah dan bersujud, dan ternyata saya dengar beliau mengucapkan do’a seperti do’a yang telah diceritakan oleh lelaki itu tentang ucapan pohon tersebut.” (HR. Imam Turmudzi, Imam Ibnu Majah dan Imam Ibnu Hibban)
Demikian pula Majalah Qiblati edisi no. 11 tahun 2006 memuat hasil penelitian ilmiah yang diberitakan oleh sebuah majalah sains terkenal, Journal of plant Molecular Biologist, menyebutkan bahwa sekelompok ilmuwan yang mengadakan penelitian mendapatkan suara halus yang keluar dari sebagian tumbuhan yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa. Suara tersebut berhasil disimpan dan direkam dengan sebuah alat perekam tercanggih yang pernah ada.
Selama hampir 3 tahun para ilmuwan meneliti fenomena yang mencengangkan ini dan berhasil menganalisis denyutan atau detak suara tersebut sehingga menjadi isyarat-isyarat yang bersifat cahaya elektrik  dengan sebuah alat yang bernama Oscilloscope. Akhirnya para ilmuwan tersebut bisa menyaksikan denyutan cahaya elektrik itu berulang lebih dari 1000 kali dalam satu detik.
Prof. William Brown yang memimpin para pakar sains berhasil mengkaji fenomena tersebut yang mengisyaratkan bahwasanya tidak ada penafsiran ilmiah atas fenomena tersebut. Padahal diakui oleh sang professor bahwa pihaknya telah menyerahkan hasil penelitian mereka kepada universitas-universitas serta pusat-pusat kajian di Amerika dan Eropa, akan tetapi semuanya tidak sanggup menafsirkan fenomena itu bahkan semuanya tercengang tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Pada kesempatan terakhir, fenomena tersebut dihadapkan dan dikaji oleh para pakar dari Britania, dan di antara mereka ada seorang ilmuwan Muslim asal India. Setelah 5 hari mengadakan penelitian dan pengkajian ternyata para ilmuwan dari Inggris tersebut angkat tangan. Sang ilmuwan muslim tersebut mengatakan: “Kami umat Islam tahu tafsir dan makna dari fenomena ini, bahkan semenjak 1400 tahun yang lalu”. Maka para ilmuwan yang hadir pun tersentak dengan pernyataan tersebut, dan meminta dengan sangat untuk menunjukkan tafsir dan makna dari kejadian itu. Sang ilmuwan muslim segera menyitir firman Allah :
“…Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Israa’ (17) : 44)
Tidaklah suara denyutan itu melainkan lafadz jalalah (nama Allah Azza wa Jalla) sebagaimana tampak dalam layar (Oscilloscope). Maka keheningan dan keheranan luar biasa menghiasi aula dimana para ilmuwan muslim tersebut berbicara. Subhanallaah, Maha Suci Allah! Ini adalah salah satu mukjizat dari sekian banyak mukjizat agama yang haq ini! Segala sesuatu bertasbih menggunakan nama Allah Azza wa Jalla.
Pada akhirnya orang yang bertanggungjawab terhadap penelitian ini, yaitu Prof. William Brown menemui sang ilmuwan muslim untuk mendiskusikan tentang agama yang dibawa oleh seorang Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) sebelum 1400 tahun lalu tentang fenomena ini. Maka ilmuwan tersebut pun menerangkan kepadanya tentang Islam, setelah itu ia menghadiahkan Al-Qur’an dan terjemahnya kepada sang professor.
Selang beberapa hari setelah itu, professor William mengadakan ceramah di universitas Carnich–Miloun, ia mengatakan:
“Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan ada di dalam Al-Qur’an. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq melainkan Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya’.”
Sang professor ini pun telah mengumumkan keislamanya dihadapan para hadirin yang sedang terperangah. Allahu Akbar !! Kemuliaan hanyalah bagi Islam, ketika seorang ilmuwan sadar dari kelalaiannya dan mengetahui bahwa agama yang haq ini adalah Dinul Islam.
“Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Qur’an setelah beberapa waktu lagi.” (QS. Shaad (38) : 88)
“Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.” (QS. Al-An’aam (6) : 67)
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesunguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Fushshilat (41) : 53)
Dalam Al-Qur’an, masih banyak ayat seperti di atas yang menyebut tentang tanaman dan pepohonan bertasbih dan bersujud kepada Allah. Selama ini, ayat-ayat tersebut ditafsirkan hanya sebagai kiasan. Artinya, tumbuhan bersujud dan bertasbih dengan cara tunduk pada hukum alam (sunnatullah).
Tumbuhan dianggap makhluk tak berjiwa. Mereka yang meyakini tanaman berjiwa akan dicap sebagai penganut animisme atau dinamisme yang musyrik. Sayang sekali, padahal hal itu (konsepsi pohon berjiwa) mengandung isyarat ilmu. Akhirnya, ilmuwan non-muslimlah yang berhasil menemukan fakta ilmiah tumbuhan yang mempunyai jiwa dan kecerdasan.
Richard Karban, ahli ekologi University of California, dalam makalahnya yang berjudul Ecology Letter di tahun 2008 membuktikan bahwa tumbuhan bisa merespon situasi lingkungannya. Mereka bisa berkomunikasi satu sama lain, bahkan juga saling memperebutkan mangsa. Mereka bisa bereaksi sama terhadap stimulus yang pernah dialami. Ini artinya mereka mempunyai memori.
Tanaman pemangsa bisa bergerak secepat 1/30 detik menangkap serangga. Bahkan bunga Morus Alba dapat menyergap mangsa dengan kecepatan kilat Mach 0.5. Tanaman lain bisa bergerak melingkar lebih lambat dalam hitungan beberapa jam.
Tanaman juga ‘berburu’ di bawah tanah dengan akarnya. Long Li, ilmuwan dari China Agricultural University (Beijing), meneliti respon akar kacang yang menyemburkan zat kimia asam untuk mengejar dan menangkap cairan fosfor (yang ia perlukan) di dalam tanah. Ketika serangga jenis tertentu memakan atau melubangi daunnya, tanaman tersebut mengeluarkan berbagai jenis zat kimia yang dapat ‘memanggil’ serangga jenis lain yang merupakan musuh serangga pertama. Bukan hanya itu, tanaman di sekitarnya juga ikut ‘berteriak’ dan membuat pertahanan.
Anthony Trewavas dari University of Edinburgh dalam bukunya mengatakan bahwa tanaman punya kemampuan problem solving. Ini berarti bahwa mereka memiliki kecerdasan. Pada bulan Mei 2009, para peneliti plant neurobiology berkumpul untuk kelima kalinya di Florence (Italia) untuk membahas keberadaan otak pada tumbuhan. Consuelo M De Moraes dari Penn State University menemukan bahwa tanaman bisa membedakan dirinya dari tanaman sejenis. Ini mengindikasikan bahwa tanaman mempunyai kepribadian khas yang membedakannya dengan tanaman (sejenis) lain. (by Kalman Aani)

Sabtu, 10 Desember 2011

Keajaiban Ilmiah Lebah Madu Dalam Al-Qur'an



 
"Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia." (QS. An-Nahl, 16:68)

Lebah madu membuat tempat penyimpanan madu dengan bentuk heksagonal. Sebuah bentuk penyimpanan yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk geometris lain. Lebah menggunakan bentuk yang memungkinkan mereka menyimpan madu dalam jumlah maksimal dengan menggunakan material yang paling sedikit. 

Para ahli matematika merasa kagum ketika mengetahui perhitungan lebah yang sangat cermat. Aspek lain yang mengagumkan adalah cara komunikasi antar lebah yang sulit untuk dipercaya. Setelah menemukan sumber makanan, lebah pemadu yang bertugas mencari bunga untuk pembuatan madu terbang lurus ke sarangnya. Ia memberitahukan kepada lebah-lebah yang lain arah sudut dan jarak sumber makanan dari sarang dengan sebuah tarian khusus. Setelah memperhatikan dengan seksama isyarat gerak dalam tarian tersebut, akhirnya lebah-lebah yang lainnya mengetahui posisi sumber makanan tersebut dan mampu menemukannya tanpa kesulitan.

Lebah menggunakan cara yang sangat menarik ketika membangun sarang. Mereka memulai membangun sel-sel tempat penyimpanan madu dari sudut-sudut yang berbeda, seterusnya hingga pada akhirnya mereka bertemu di tengah. Setelah pekerjaan usai, tidak nampak adanya ketidakserasian ataupun tambal sulam pada sel-sel tersebut. Manusia tak mampu membuat perancangan yang sempurna ini tanpa perhitungan geometris yang rumit; akan tetapi lebah melakukannya dengan sangat mudah. Fenomena ini membuktikan bahwa lebah diberi petunjuk melalui “ilham” dari Allah swt sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 68 di atas.

Sejak jutaan tahun yang lalu lebah telah menghasilkan madu sepuluh kali lebih banyak dari yang mereka butuhkan. Satu-satunya alasan mengapa binatang yang melakukan segala perhitungan secara terinci ini memproduksi madu secara berlebihan adalah agar manusia dapat memperoleh manfaat dari madu yang mengandung “obat bagi manusia” tersebut. Allah menyatakan tugas lebah ini dalam Al-Qur'an:

“Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl, 16: 69)

Tahukah anda tentang manfaat madu sebagai salah satu sumber makanan yang Allah sediakan untuk manusia melalui serangga yang mungil ini?


Madu tersusun atas beberapa molekul gula seperti glukosa dan fruktosa serta sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, potasium, sodium, klorin, sulfur, besi dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kualitas madu bunga dan serbuk sari yang dikonsumsi lebah. Di samping itu di dalam madu terdapat pula tembaga, yodium dan seng dalam jumlah yang kecil, juga beberapa jenis hormon.

Sebagaimana firman Allah, madu adalah “obat yang menyembuhkan bagi manusia”. Fakta ilmiah ini telah dibenarkan oleh para ilmuwan yang bertemu pada Konferensi Apikultur Sedunia (World Apiculture Conference) yang diselenggarakan pada tanggal 20-26 September 1993 di Cina. Dalam konferensi tersebut didiskusikan pengobatan dengan menggunakan ramuan yang berasal dari madu. 

Para ilmuwan Amerika mengatakan bahwa madu, royal jelly, serbuk sari dan propolis (getah lebah) dapat mengobati berbagai penyakit. Seorang dokter asal Rumania mengatakan bahwa ia mencoba menggunakan madu untuk mengobati pasien katarak, dan 2002 dari 2094 pasiennya sembuh sama sekali. Para dokter asal Polandia juga mengatakan dalam konferensi tersebut bahwa getah lebah (bee resin) dapat membantu menyembuhkan banyak penyakit seperti bawasir, penyakit kulit, penyakit ginekologis dan berbagai penyakit lainnya. (by Kalman)

Jika Allah Menampakkah Wajah dan Kebesaran-Nya Tanpa Hijab


Kata Pengantar

Bismillahirrahmaanirrahim
Assalamu ’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan semesta alam yang telah memberi rezki kenikmatan, kemudahan, kesempatan, kesehatan, hidayah, dan taufik kepada penulis dalam menyusun buku ini.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah atas Rasul-Nya yang mulia Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sebagai rahmat bagi seluruh alam yang telah membawa cahaya Islam ke seluruh penjuru dunia hingga kita rasakan pada masa sekarang sampai hari kiamat.
Akhir-akhir ini, usaha-usaha untuk mengungkap isi kandungan Al-Qur’an dan hadits berdasarkan realitas sains semakin giat dilakukan oleh para ilmuwan dan peneliti muslim. Bahkan tidak sedikit ilmuwan-ilmuwan barat telah menghabiskan waktunya untuk meneliti dan mengkajinya berdasarkan disiplin ilmu mereka.
Melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, banyak hal baru yang ditemukan dalam sains padahal kebenarannya telah dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam 15 abad yang lalu. Hal ini seperti diungkap oleh Allah dalam firman-Nya :   
“Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Qur’an setelah beberapa waktu lagi.” (QS. Shaad (38) : 88)
Bermula dari niat “Iqra’ Bismi Rabbikalladzi Khalaq”, yaitu perintah membaca dengan menyebut nama Allah yang menciptakan. Maka banyak fenomena alam semesta yang terungkap melalui pemaparan sains modern, baik yang tersirat di hamparan alam semesta maupun yang tersurat dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Satu hal yang membuat kepada siapapun takjub tentang keajaiban di dalam Al-Qur’an, karena inilah mukjizat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang dapat disaksikan oleh semua manusia hingga hari kiamat. Betapa tidak, satu ayat saja yang dibaca tentang kebesaran Allah maka rentetannya kepada ayat-ayat lain yang saling menjelaskan dan menguatkan.
Dari sinilah penulis terinspirasi untuk menyusun menjadi sebuah buku tentang apa yang dibaca dari tanda-tanda alam semesta yang merupakan kekuasaan dan kebesaran-Nya yang tanpa batas.
Mengungkap kebesaran Allah dalam Al-Qur’an ini sungguh sangat luas. Ratusan bahkan ribuan jilid ensiklopedia tidak akan mencukupi. Pada mulanya penulis hanya menentukan satu topik untuk satu buku, ternyata dalam perkembangannya satu topik ini harus dipisah menjadi beberapa buku bahkan puluhan buku, karena kandungannya yang menarik dan mendetail.
Oleh karena itu, buku yang ada di tangan pembaca ini merupakan buku pertama penulis yang diberi judul “Jika Allah Menampakkan Wajah dan Kebesaran-Nya Tanpa Hijab”.
Pada dasarnya lahirnya buku ini karena dorongan dan kemauan penulis untuk menyelesaikannya begitu besar. Terhitung sejak  tahun 2005, penulis mulai melakukan investasi waktu, energi, pikiran dan materi untuk mewujudkannya.
Tersusunnya buku ini juga merupakan akumulasi dari pertanyaan dalam benak penulis sejak kecil, dan juga karena terbatasnya buku dan referensi tentang ilmu pengetahuan Islam yang menyangkut fenomena dan keajaiban penciptaan makhluk yang ada dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Buku yang ada di tangan pembaca ini memuat berbagai informasi penting, menarik, menggugah semangat, membangkitkan kesadaran akan keberadaan kita sebagai hamba Allah di alam semesta.  Tidak lupa pula penulis memuat kisah-kisah inspiratif, motivasi, nasehat dan informasi-informasi ilmiah terbaru yang ada dalam Al-Qur’an, hadits, pendapat para ulama, dan sains modern.
Pada hakikatnya, mengungkap ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an dapat mengajak kita untuk merenung dan tafakur terhadap fenomena dan keajaiban di alam semesta, sehingga menambah keyakinan dan khasanah ilmu pengetahuan kita.
Sebagaimana disebutkan bahwa tafakur sesaat di jalan Allah adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya. Walaupun kita sibuk dengan aktivitas keduniaan kita. Yang petani sibuk di ladangnya, yang pedagang sibuk di pasar dan tokonya, yang pegawai sibuk di kantornya, tetapi masih ada ruang dan waktu untuk selalu tafakur tentang diri kita dan alam semesta.
Sungguh untuk menulis semua kalimat Allah ini sangatlah banyak, bahkan kita tidak akan sanggup untuk menulis dan menghitungnya. Pengetahuan kita pada hakikatnya tidak lebih dari setes air di lautan yang luas.
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Luqman (31) : 27).
Katakanlah : “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (QS. Al-Kahfi (18) :109).
Tersusunnya buku ini juga tidak terlepas dari peran dan perhatian seorang ibu yang sudah mulai memutih rambutnya. Motivasi yang diberikannya begitu besar. Dialah seorang ibu yang sabar, tangguh dan pekerja keras yang melahirkan, mendidik dan memberi perhatian kepada penulis sejak kecil sehingga menjadi insan sebegaimana adanya. Olehnya itu, buku ini kupersembahkan kepada ibu penulis (Aiba) sebagai budi baik penulis kepadanya.
Olehnya itu, penulis hanyalah manusia biasa, yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga dengan adanya buku ini dapat memberikan hikmah dan manfaat dalam kehidupan kita semua. Dan hanya kepada Allah-lah semua urusan dikembalikan, dan semoga kita senantiasa diberikan petunjuk dan hidayah di jalan-Nya yang lurus. Amin.


Surabaya, 30 Desember 2011


Penulis