Terkait dengan
fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya akan
takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan
berfikirnya memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi dan
perencanaan yang canggih. Akan tetapi, setelah diusahakan realisasinya tidak
selalu sesuai dengan harapan. Oleh karena itulah manusia hanya tahu takdirnya
setelah terjadi.
Demikianlah,
jika seseorang ditakdirkan sebagai seorang ilmuwan, maka ia tidak akan memperolehnya
kecuali dengan usaha dan kesungguhan belajar dan memenuhi unsur-unsur yang
mendukungnya mencapai hal itu. Demikian juga jika ditakdirkan baginya mengolah
sebidang tanah, maka ia tidak akan mendapatkannya kecuali dengan melalui
sebab-sebab yang mengantarkannya kepada bercocok tanam. Jika ia ditakdirkan
kenyang, maka ia tidak akan merasakannya kecuali dengan makan dan minum.
Demikian itulah wujud dan keadaan hidup dan penghidupan.
Dengan
demikian, orang yang tidak mau berbuat dan berusaha serta hanya bersandar pada
takdir tersebut, maka kedudukannya sama dengan orang yang tidak makan, minum,
dan bergerak karena bersandar pada takdir yang telah ditetapkan baginya.
Jika manusia
menginginkan perubahan kondisi dalam kehidupannya, maka diperintah oleh Allah untuk
merubahnya dengan terus berusaha dan berdoa. Usaha perubahan yang dilakukan
oleh manusia itu, kalau berhasil seperti yang diharapkannya maka Allah
melarangnya untuk menepuk dada sebagai hasil usahanya sendiri. Bahkan kalau
usahanya itu dinilainya gagal dan manusia itu sedih bermuram durja menganggap
dirinya sumber kegagalan, maka Allah juga menganggap hal itu sebagai
kesombongan yang dilarang.
“(Kami jelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari
kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan
diri,” (QS. Al-Hadiid (57) : 23)
Oleh karena manusia
itu lemah, maka diwajibkan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh demi mencapai
tujuan hidupnya yaitu beribadah kepada Allah. Seperti kata ungkapan yang sering
kita dengar “Manusia hanya bisa berdo’a dan berusaha, Tuhanlah yang menentukan.”
Atas pilihan dan usahanya itulah kelak manusia akan dimintai pertanggungjawabannya
dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. (by Kalman Aani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar