Selamat Berkunjung

Selamat Berkunjung !
Diharap komentarnya agar lebih bermanfaat, menambah wawasan dan hikmah

Minggu, 04 Maret 2012

Ka'bah Sebagai Pusat Bumi

Dari penelitiannya, Dr Husain Kamaluddin, ilmuwan asal Mesir menyatakan, Makkah Al-Mukarramah merupakan pusat daratan bumi. Dengan begitu, waktu dunia seharusnya tidak lagi berpusat di Greenwich. Namun, meski sudah digulirkan sejak 1997, bukti ilmiah ini tidak serta merta membuat jam Hijriah dijadikan rujukan penentu waktu.

Husain Kamaluddin mendasarkan teorinya dengan pendekatan matematika dan kaidah yang disebut spherical triangle. Dengan perkiraan itu, maka kedudukan Makkah berada tepat di pusat daratan bumi. Husain juga menggambarkan proyeksi peta menggunakan program komputer tentang arah kiblat, dan hasilnya menunjukkan Makkah merupakan pusat dari suatu lingkaran yang melintasi semua benua.

Penelitian ini sekaligus membantah asumsi selama lebih seratus tahun bahwa Greenwich, kota kecil di pinggiran London, Inggris, berada di garis bujur nol derajat. Penasbihan Greenwich sebagai pusat dunia tercantum secara resmi pada resolusi kedua Konperensi Garis Bujur Internasional di Washington DC pada Oktober 1884.

"Jika para pemegang otoritas memang meyakini Makkah sebagai pusat daratan dunia, maka mestinya ada penyesuaian waktu yang sejak 1884 sudah digunakan umat Islam di dunia," kata Iwan Nurdaya Djafar. Iwan menjelaskan, dengan kesepakatan di Washington DC, sejak itu waktu di Indonesia mundur 28 jam.

Fakta ini juga memunculkan gagasan untuk membuat dan menerapkan jam Hijriah. "Kalau jam Hijriah ditetapkan, dan Makkah sebagai pusatnya berada di titik nol derajat, maka ibadah shaum Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri bisa berlangsung di hari yang sama di seluruh dunia.

Namun, komentar pun bermunculan bahwa persoalan tentu tidak sesederhana itu. Jika jam Hijriah diterapkan, maka waktu-waktu ibadah yang selama ini merujuk jam konvensional, harus disesuaikan. Mulai dari waktu salat wajib, salat Jumat, salat-salat sunah, hingga waktu puasa, baik puasa wajib maupun puasa sunah seperti puasa Senin-Kamis.

Selama ini, waktu Jakarta lebih cepat empat jam daripada Makkah. Dengan menempatkan Makkah di titik nol derajat, maka posisi Jakarta menjadi 19 jam 36 menit di belakang Kota Makkah.

Tokoh organisasi di Indonesia mengatakan, penerapan jam Hijriah sebaiknya jangan terlalu tergesa-gesa. Selain cukup sensitif, hal ini juga dapat membingungkan umat muslim di dunia, terutama terkait penyesuaian waktu ibadah.

Komentar-komentar lain mengatakan bahwa penerapan jam Hijriah memerlukan pengkajian lebih lanjut dan harus berhati-hati. Menurut para pengamat selama ini Indonesia sudah tidak asing dengan penanggalan Hijriah, di samping sistem Masehi. Bahkan ada yang mengartikan "Makkah sebagai pusat bumi, tidak mesti hanya bermakna fisik. Hati dan pikiran kita yang dipusatkan ke Makkah."


Sebagian kelompok mengatakan bahwa penggunaan jam hijriyah sebagai patokan waktu melakukan Shalat dan ibadah lainnya dianggap mendesak, sebagai penyeimbang atas pemberlakuan satuan waktu konvensional masehi, yang selama ini sudah dilakukan.

Karena pemberlakuan jam hijriyah dengan penghitungan satuan waktu yang berbeda dibandingkan waktu masehi dapat menjadi jawaban atas ketidakkompakan umat Islam Indonesia dalam menentukan waktu Idul Fitri dan Idul Adha yang berlangsung selama ini.

Penerjemah buku Kabah pusat dunia dalam versi bahasa Indonesia itu dalam suatu bedah buku  mengatakan, almanak dan satuan waktu konvensional telah menyebabkan kekacauan jadwal shalat dan ibadah mahdhah.

Seperti dilansir Antara bahwa selama ini satuan waktu berpatokan pada GMT, sementara hasil riset terbaru sejumlah ilmuwan menyatakan, Kabah adalah pusat bumi yang artinya merupakan titik 0 (nol) derajat garis bujur dan patokan waktu dunia.

Dan penemuan tersebut akan mengkalibrasi ulang satuan waktu dunia, termasuk Indonesia, yang berdasarkan perhitungan garis bujur dengan Kabah sebagai titik 0 (nol), maka Indonesia berada pada 20 jam sebelum waktu Mekkah.

Berdasarkan temuan tersebut, Mekkah berada pada titik 0 derajat, dan Jakarta 294 derajat bujur Mekkah, kata dia.

Meski demikian, menurut para pengkaji, dibutuhkan upaya panjang, untuk membawa hasil temuan Saad Muhammad AL Marsafy itu ke dalam ranah syariat, dan merevolusi jadwal ibadah umat Islam di Indonesia.

Di samping itu, harus ada pembicaraan di kalangan ulama, dan pihak yang berkompeten, namun paling tidak temuan itu membuka mata kita, bahwa peran Kabah lebih dari sekedar kiblat yang selama ini kita pahami, namun juga pusat bumi.

Buku yang berjudul asli Al Kabah Markaz AL Alam itu dibuat oleh Saad Muhammad Al Marsafy pada 2000, dan sebelumnya sempat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Hadeer refat Abo El Nagah.

Dalam buku tersebut diungkap berbagai temuan baru para pemikir dan ilmuwan muslim, termasuk penggambaran peta terbaru dengan Kabah sebagai pusat bumi, berikut metode penelitian yang digunakan.
Penggambaran peta bumi terbaru dengan Mekkah sebagai pusatnya itu digambarkan oleh Professor Kamal El Din.

Menurutnya Mekkah adalah suatu pusat dari lingkaran yang menggabungkan semua benua, dan ini sesuai dengan surah Asy Syura dalam Al Quran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar