Mikroba terdapat dimana-mana di
sekitar kita ada yang menghuni tanah, air, dan udara. Studi tentang
mikroba yang ada di lingkungan alamiahnya disebut ekologi mikroba.
Ekologi merupakan bagian biologi yang berkenaan dengan studi mengenai
hubungan organism atau kelompok organisme dengan lingkungannya.
Ekologi mikroba sangat berperan membantu
memperbaiki kualitas lingkungan. Bagian dari mikrobiologi yang
mempelajari tentang peranan mikroorganisme di dalam lingkungan adalah
mikrobiologi lingkungan. Lingkungan yang dimaksud terutama terdiri dari
air, udara, dan tanah. Mikrobiologi air adalah mikrobiologi yang
mempelajari kehidupan dan peranan mikroorganisme di dalam lingkungan
air. Peranan mikroba dalam air dapat dipakai dalam bidang kesehatan,
bidang pertanian, bidang peternakan, bidang industri, bidang pengairan,
bidang pengolahan air. Mikrobiologi tanah adalah bagian disiplin
mikrobiologi yang mempelajari kehidupan, aktivitas, dan peranan
mikroorganisme di dalam tanah.
Perananan mikroba dalam lingkungan hidup
pada saat sekarang adalah sebagai jasad yang secara langsung atau
secara tidak langsung mempengaruhi lingkungan; dan juga baik jasad yang
secara langsung maupun secara tidak langsung dipengaruhi oleh
lingkungan.
NITROBACTER
Unsur nitrogen di alam terdapat dalam bentuk gas, sedangkan di tanah
jumlahnya sangat sedikit,namun sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dalam
jumlah banyak. Nitrogen bersenyawa membentuk urea, protein, asam nukleat
atau sebagai senyawa anorganik seperti amoniak, nitrit dan nitrat.
Meskipun kebutuhan N2 sangat
penting, namun hanya sedikit organisme yang dapat mengikat N2 dari
udara, yaitu jenis bakteri dan gangang bersel satu yang bersimbiosis
dengan tmbuhan tingkat tinggi melalui Fiksasi Nitrogen. Sedangkan
tumbuhan lainnya memperoleh senyawa nitrogen melalui suplai N2 atau daur
nitrogen. N2 diserap oleh tumbuhan dalam bentuk nitrat melalui proses
Nitrifikasi yang dibantu oleh bakteri Nitrosomonas, Nitrococus dan
Nitrobacter.
Bakteri yang mengoksidasi ammonia menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat disebut bakteri nitrifikasi. Sedangkan bakteri denitrifikasi
adalah bakteri mampu mengubah nitrit menjadi gas nitrogen yang nantinya
gas tersebut akan kembali lagi ke atmosfer dan siap untuk memulai daur
lagi.
Nitrobacter merupakan bakteri nitrifikasi karena merupakan bakteri
yang mengubah nitrit menjadi nitrat. Nitrobacter termasuk famili Nitrobacteraceae. Spesies nitrobacter meliputi Nitrobacter winogradskyi, Nitrobacter hamburgensis, Nitrobacter vulgaris, Nitrobacter alkalicus. Selain itu, nitrobacter juga merupakan sub-kelas dari Proteobacteria.Tidak
seperti pada tumbuhan, ketika transfer elektron pada fotosintesis
menyedisakan energi untuk fiksasi karbon, Nitrobakter menggunakan energi
dari oksidasi ion nitrit ( NO2¯ ) menjadi ion nitrat ( NO3¯ ) untuk memenuhi kebutuhan karbonnya.Nitrobacter memiliki pH optimum antara 7,3 dan 7,5 serta akan mati pada suhu 120°F (49°C) atau di bawah 32°F (0°C). Menurut Grundman, Nitrobacter tumbuh optimal pada suhu 38°C dan pH 7,9. Akantetapi, Holt menyatakan bahwa Nitrobacter tumbuh optimal pada suhu 28°C dan ph antara 5,8-8,5 dan memiliki pH optimal antara 7,6-7,8 (Grundman et. al. 2000, Holt, 1993). Nitrobakter termasuk bakteri aerob, pada umumnya berbentuk batang, seperti pir atau pleomorfhic dan berkembang biak dengan budding.
Nitrosomonas menguraikan ammonia menjadi Nitrit, yang merupakan senyawa beracun bagi koi. Nitrit menjadi makanan bakteri Nitrobacter dan menghasilkan senyawa Nitrat. Melihat keterkaitannya, lumrah bila kita menemukan kedua bakteri itu bersama dalam kolam. Walaupun berbahaya, koi masih mampu bertahan dengan kadar Nitrit dua kali kadar ammonia.
Inilah yang dimaksud siklus nitrogen atau lazim disebut proses nitrifikasi. Koi melakukan respirasi dan bersekresi membuang kotoran yang mengandung ammonia. Begitu juga sisa pakan, kotoran di dasar kolam, atau koti mati yang lama tidak diangkat. Semuanya memberikan kontribusi terhadap peningkatan kadar ammonia dalam kolam. Ammonia diuraikan nitrosomonas menjadi nitrit. Siklus berikutnya adalah nitrobacter yang mengkonversi nitrit menjadi nitrat. Pada bagian akhir, nitrat diserap tumbuhan air atau menguap setelah melalui proses oksidasi dipermukaan air.
Karakteristik
Nitrosomonas dan nitrobacter adalah
terminologi bakteri Lithotrophic. Mereka membutuhkan oksigen dan makanan
untuk hidup dan membangun koloni dimedia dengan permukaan yang keras
dan bersih. Kedua jenis bakteri tersebut termasuk lama dalam replikasi
dibanding bakteri lain yang ada. Pada kolam air tawar, bakteri
membutuhkan waktu setiap 8 jam untuk bereplika, sedangkan untuk air laut
lebih lama lagi, sekitar 24 jam.
Proses pengolahan air limbah secara biologis aerobic adalah dengan
memanfaatkan aktifitas mikroba aerob, untuk menguraikan zat organik yang
terdapat dalam air limbah, menjadi zat norganik yang stabil dan tidak
memberikan dampak pencemaran terhadap lingkungan. Mikroba aerob ini
sebenarnya sudah terdapat di alam dalam jumlah yang tidak terbatas dan
selalu dapat diperoleh dengan sangat mudah.Dalam kapasitas yang terbatas
alam sendiri sudah mampu menetralisir zat organik yang ada dalam air
limbah. Sementara itu kemampuan air dalam menyerap oksigen di udara
sangat terbatas, walaupun keberadaan oksigen di udara tidak terbatas.
Pemenuhan oksigen dapat dibantu dengan peralatan mekanis (aerator),
aliran udara bertekanan atau pertumbuhan mikrobia itu sendiri (algae).Pengolahan Limbah
Bakteri
aerob dapat memecah gula menjadi air, karbondioksida (CO2), dan energi.
Oleh karena itu, saat ini, bakteri aerob banyak dimanfaatkan untuk
pengolahan limbah-limbah cair yang dihasilkan dari pabrik-pabrik. Dalam
pengolahan limbah ini, bakteri aerob memiliki beberapa karakteristik
sebagai berikut.
1. Bakteri aerob memerlukan suhu yang tinggi agar dapat bekerja
maksimal. Ia memerlukan temperatur lebih tinggi dari sebelumnya jika
ingin sampai pada reaksi yang diinginkan.2. Bakteri ini akan efektif bekerja pada kisaran pH 6,5 sampai dengan 8,5. Pada reaktor aerob, hal tesebut dikenal dengan istilah Completely Mixed Activated Sludge (CMAS). Pada proses tersebut, terjadi netralisasi asam dan basa sehingga tidak diperlukan lagi tambahan bahan kimia selama BOD-nya kurang dari 25mg/liter limbah.
3. Memiliki kebutuhan energi yang tinggi untuk prosesnya dengan tingkat pengolahan 60-90 persen.
4. Produksi lumpur yang akan dihasilkan untuk pengolahannya tinggi. Begitupun, stabilitas proses terhadap racun dari limbah dan perubahan bebannya dari sedang sampai tinggi.
5. Bakteri aerob memerlukan nutrien yang tinggi untuk beberapa limbah industri.
6. Tidak ada bau yang dihasilkan dari pengolahan limbahnya.
Tujuan utama pengolahan limbah air adalah untuk menguraikan BOD, partikel tercampur srta membunuh organisme pathogen. Berikut ini adalah beberapa kegiatan yang beasanya dipergunakan pada penglaman limbah air berikut beberapa tujuan dari kegiatan yang dilaksanakan
1. Kegiatan nitrifikasi atau denitrifikasi bertujuan untuk menghilangkan nitrat secara biologis.
2. Kegiatan air stripping tujuan untuk amoniak.
3. Desinfeksi tujuan untuk membunuh mikroorganisme.
4.Osmosis atau elektro dianalisis tujuan untuk menghilangkan zat terlarut.
Adapun secara garis besar kegiatan pengolahanair limbah dapat dikelompokkan menjadi 6 bagian antara lain:
1. Pengolahan pendahuluan (pre treatment)
2. Pengolahan pertama (primainy treatment)
3. Pengolahan kedua (secoundary treatment)
4. Pengolahan ketiga (tertiary treatment)
5. pengolahan kuman (desinfektion treatment)
6. pengolahan lanjutan (ultimate disposai)
Cara Pengolahaan Limbah Air
Bahan padat yang mudah mengenda adalah bahan yang kurang begitu penting pada pengolahan ini pengurangan kebutuhan akan oksigen dapat dilaksanakan dangan baik memulai pengendapan. Pengendapan pada tangki pertama menyebabkan pertama menyebabkan perubahan loktasa menjadi laktat secara cepat dan menyulitkan pengolahan terhadap keduanya.
Pengolahan dengan penggunaan oksidasi mempunyai dua fase yaitu:
1. Fase asimilasi
Pada fase ini air buangan susu segar masih berada dalam tangki aerasi.
2. Fase endogen
Bakteri tidak mempunyai makanan baru tetapi mencerna makanan selama proses asimilasi dan memerluukan oksigen dalam waktu yang lama
Langkah-langkah Pengolahan Air Limbah
Langkah awal proses pengolahan limbah adalah merubahnya menjadi air yang sudah dikurangi pencemarannya. Proses ini akan menyebabkan terbentuknya lumpur, bau, serta sedikit panas(energy).
Air Limbah → Air berkurang tercemarnya +lumpur + bau + panas
Cara pengolahannya :
- Aerobik
- Anaerobik
- Fakultatif
- Kimiawi lannya
- Cara Aerobik
- Bakteri aerob yang menguraikan air limbah.
- Bakteri aerob dapat hidup karena ada udara.
- Sehingga diperlukan unit tambahan “aerator”, atau kolam aerob.
- Prosesnya lebih cepat.
- Biaya lebih mahal karena harus mengoperasikan aerator.
- Contohnya pada terjunan/bending air sungai yang tercemar.
2. Cara anaerobic
Air limbah → Air limbah lebih aman + lumpur + bau + panas
- Bakteri anaerob yang menguraikan air limbah, dalam kedaan tanpa udara atau sedikit udara.
- Kelemahannya bau yang kuat.
- Proses pengolahannya lebih lama.
- Kelebihannya , tanpa aerator sehingga lebih murah.
- Biasanya di limbah yang berbentuk genangan atau kali yang relative tidak bergerak.
- Contohnya pada septic tank.
- Cara fakultatif
Fakultatif artinya sebagian waktu menggunakan cara aerob dan sebagian waktu lain menggunakan cara anaerob. Misalnya pada pengolahan cara aerob diperlukan waktu 10 jam untuk mengperasikan aerator, pada fakultatif mungkin aerator cukup dioperasikan 4jam/hari(aerator tidak hidup terus-menerus) dan sisa waktu yang lain menggunakan cara anaerob. Sehingga dicapai hasil yang optimum. Contohnya adalah IPAL (Instalasi pengolahan air limbah)
Aerasi Didalam Pengolahan Limbah Cair
Secara umum, aerasi merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan kontak antara udara dengan air. Pada prakteknya, proses aerasi terutama bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air limbah. Peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air ini akan memberikan berbagai manfaat dalam pengolahan limbah.
Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses pengolahan biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Dengan tersedianya oksigen yang mencukupi selama proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat bekerja dengan optimal. Hal ini akan bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau. Aerasi dapat dilakukan secara alami, difusi, maupun mekanik.
Aerasi alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena pergerakan air secara alami. Beberapa metode yang cukup populer digunakan untuk meningkatkan aerasi alami antara lain menggunakan cascade aerator, waterfalls, maupun cone tray aerator.
Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah melalui diffuser. Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk gelembung-gelembung (bubbles). Gelembung yang terbentuk dapat berupa gelembung halus (fine bubbles) atau kasar (coarse bubbles). Hal ini tergantung dari jenis diffuser yang digunakan.
Aerasi secara mekanik atau dikenal juga dengan istilah mechanical agitation menggunakan proses pengadukan dengan suatu alat sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara air dengan udara.
- Metode Lumpur Aktif Dalam Pengolahan Air Limbah
Pengaturan jumlah massa mikroba dalam sistem lumpur aktif dapat dilakukan dengan baik dan relatif mudah karena pertumbuhan mikroba dalam kondisi tersuspensi sehingga dapat terukur dengan baik melalui analisa laboratorium. Tetapi jika dibandingkan dengan sistem sebelumnya operasi sistem ini jauh lebih rumit. Khususnya untuk limbah industri dengan karakteristik khusus.
Permasalahan dalam lumpur aktif antara lain :
- Membutuhkan energi yang besar
- Membutuhkan operator yang terampil dan disiplin dalam mengatur jumlah massa mikroba dalam reaktor
- Membutuhkan penanganan lumpur lebih lanjut.
Proses lumpur aktif dalam pengolahan air
limbah tergantung pada pembentukan flok lumpur aktif yang terbentuk
oleh mikroorganisme (terutama bakteri), partikel inorganik, dan polimer
exoselular. Selama pengendapan flok, material yang terdispersi, seperti
sel bakteri dan flok kecil, menempel pada permukaan flok. Pembentukan
flok lumpur aktif dan penjernihan dengan pengendapan flok akibat
agregasi bakteri dan mekanisme adesi. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa
flokulasi dan sedimentasi flok tergantung pada hypobisitas internal dan
eksternal dari flok dan material exopolimer dalam flok, dan tegangan
permukaan larutan mempengaruhi hydropobisitas lumpur granular dari
reaktor lumpur anaerobik. limbah padat yang berasal dari suatu
instalasi pengolah air limbah industri tekstil dapat digolongkan ke
dalam limbah berbahaya karena mengandung logam berat.
Bakteri merupakan unsur utama dalam flok
lumpur aktif. Lebih dari 300 jenis bakteri yang dapat ditemukan dalam
lumpur aktif. Bakteri tersebut bertanggung jawab terhadap oksidasi
material organik dan tranformasi nutrien, dan bakteri menghasilkan
polisakarida dan material polimer yang membantu flokulasi biomassa
mikrobiologi. Genus yang umum dijumpai adalah : Zooglea,
Pseudomonas, Flavobacterium, Alcaligenes, Bacillus, Achromobacter,
Corynebacterium, Comomonas, Brevibacterium, dan Acinetobacter, disamping itu ada pula mikroorganisme berfilamen, yaitu Sphaerotilus dan Beggiatoa, Vitreoscilla yang dapat menyebabkan sludge bulking.
Jumlah total bakteri dalam lumpur aktif standard adalah 108 CFU/mg lumpur. Sebagian besar bakteri yang diisolasi diidentifikasi sebagai spesies-spesies Comamonas-Psudomonas. Caulobacter, bakteri
bertangkai umumnya ditemukan dalam air yang miskin bahan organik, dapat
diisolasi dari kebanyakan pengolahan limbah, khususnya lumpur aktif .
Zoogloea adalah bakteri yang
menghasilkan exopolysaccharide yang membentuk proyeksi khas seperti jari
tangan dan ditemukan dalam air limbah dan lingkungan yang kaya bahan
organik . Zoogloea diisolasi dengan menggunakan media yang mengandung m-butanol, pati, atau m-toluate
sebagai sumber karbon. Bakteri ini ditemukan dalam berbagai tahap
pengolahan limbah tetapi jumlahnya hanya 0,1-1% dari total bakteri dalam
mixed liqour (Williams dan Unz, 1983).
Flok lumpur aktif juga merupakan tempat berkumpulnya bakteri autotrofik seperti bakteri nitrit (Nitrosomonas, Nitrobacter),
yang dapat merubah amonia menjadi nitrat dan bakteri fototrofik seperti
bakteri ungu non sulfur (Rhodospilrillaceae), yang dapat dideteksi pada
konsentrasi sekitar 105 sel/ml. Bakteri ungu dan hijau
ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil. Barangkali, bakteri fototrofik
hanya sedikit berperan dalam penurunan nilai BOD dalam lumpur aktif .
TEKNIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN BIOREMEDIASI
Bioremediasi merupakan penggunaan
mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan. Saat bioremediasi
terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi
polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah
peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun
terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi
metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun.
Saat ini, bioremediasi telah berkembang
pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang
sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan
industri. Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain
logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik
terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain. Banyak
aplikasi-aplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi
polutan yang sedang diujicobakan. Bidang bioremediasi saat ini telah
didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana polutan
dapat didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikroba
yang baru dan bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi
melalui teknologi genetik. Teknologi genetik molekular sangat penting
untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada
bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat
meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana mikroba-mikroba
memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya.
Strain atau jenis mikroba rekombinan
yang diciptakan di laboratorium dapat lebih efisien dalam mengurangi
polutan. Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan pertama kali
dipatenkan adalah bakteri “pemakan minyak”. Bakteri ini dapat
mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak
bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan
bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang diciptakan di
laboratorium yang telah diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut
belum berhasil dikomersialkan karena strain rekombinan ini hanya dapat
mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Strain inipun
belum mampu untuk mendegradasi komponen-komponen molekular yang lebih
berat yang cenderung bertahan di lingkungan.
Cara bioremediasi air
Wastewater treatment (Pengolahan limbah cair)1. Air dari rumah tangga yang masuk ke dalam saluran air dipompa menuju fasilitas pengolahan di mana feses dan produk kertas dibuang ke tanah dan disaring menjadi partikel yang lebih kecil sehingga dihasilkan material berlumpur yang disebut sludge. Sedangkan air yang mengalir keluar disebut effluent yang digunakan untuk aerasi tangki karena bakteri aerobik dan mikroba lain akan mengkoksidasi bahan organik yang terdapat effluent.
3. Effluent dialirkan melalui system sludge dengan menggunakan tangki yang mengandung sejumlah besar mikroba pendegradasi sampah yang tumbuh pada lingkungan yang dikontrol
4. Effluent didesinfeksi dengan klorin sebelum air dialirkan ke sungai atau laut.
5. Sludge dialirkan ke dalam tangki pengolah anaerob yang mengandung bakteri anaerob yang akan mendegradasi sludge. Bakteri ini menghasilkan gas karbon dioksida dan metana. Gas metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan bakar untuk menjalankan peralatan pada pengolahan sampah dengan menggunakan tanaman. Cacing-cacing kecil yang sering muncul pada sludge, juga membantu menghancurkan sludge menjadi partikel-partikel kecil.
6. Sludge ini kemudian dikeringkan dan dapat digunakan sebagai lahan pertanian atau pupuk.
Groundwater clean-up
Kasus yang biasanya terjadi adalah tumpahan gasolin, dimana tumpahan tersebut mencemari air dalam tanah. Hal ini dapat ditangani dengan mengkombinasikan antara bioremidiasi ex situ (bagian atas permukaan tanah) dan bioremidiasi in-situ (di dalam tanah).
- Bioremidiasi ex situ. Minyak dan gas dipompa keluar ke permukaan tanah menggunakan bioreaktor à dalam bioreaktor terdapat bakteri yang tumbuh pada biofilm à bakteri ini mendegradasi polutan à pupuk/ nutrien dan oksigen ditambahkan pada bioreaktor
2. Bioremidiasi in-situ. Air bersih hasil dari bioreaktor yang terdiri atas pupuk, bakteri dan oksigen à dikembalikan lagi di dalam tanah (sebagai air tanah).
Turning wastes into energy
Pada waktu proses bioremidiasi, bakteri anaerobik menghasilkan soil nutrients dan metana. Gas metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan bakar, sedangkan soil nutrients digunakan sebagai pupuk.
Contoh. Bakteri anaerobik Desulfuromonas acetoxidans
merupakan bakteri anerobik laut yang menggunakan sulfur dan besi
sebagai penerima elektron untuk mengoksidasi molekul organik dalam
endapan dimana bisa menghasilkan energi. Karena bakteri ini menggunakan
reaksi redoks untuk mendegradasi molekul pada lapisan sedimen à elektron ditangkap oleh elektroda à elektroda ini berfungsi mentransfer elektron ke generatorà arus listrik.
Teknik
bioremediasi menciptakan lingkungan yang terkontrol untuk memproduksi
enzim yang sesuai bagi reaksi terkatalisis yang diinginkan. Kebutuhan
dasar dari proses biologis yaitu :
1. Kehadiran mikroorganisme dengan kemampuan untuk mendegradasi senyawa target.
2. Keberadaan substrat yang dikenali dan dapat digunakan sebagai sumber energi dan karbon.
3. Adanya pengumpanan yang menyebabkan terjadinya sintesa spesifik untuk senyawa target.
4. Keberadaan sistem penerima-donor elektron yang sesuai.
5. Kondisi lingkungan yang sesuai untuk reaksi terkatalisis enzim dengan kelembaban dan pH yang mendukung.
6. Ketersediaan nutrien untuk mendukung pertumbuhan sel mikroba dan produksi enzim.
7. Suhu yang mendukung aktivitas mikrobial dan reaksi terkatalisis.
8. Ketersediaan bahan atau substansi beracun terhadap mikroorganisme tersebut.
9. Kehadiran organisme untuk mendegradasi produk metabolit.
10. Kehadiran organisme untuk mencegah timbulnya racun antara.
11. Kondisi lingkungan yang meminimumkan organisme kompetitif bagi mikroorganisme pendegradasi.
Tanpa
adanya enzim yang mengkatalis reaksi degradasi, waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai keseimbangan lama. Enzim mempercepat proses tersebut
dengan cara menurunkan energi aktivasi, yaitu energi yang dibutuhkan
untuk memulai suatu reaksi. Tanpa adanya mikroba, proses penguraian di
lingkungan tidak akan berlangsung. Kotoran, sampah, hewan, dan tumbuhan
yang mati akan menutupi permukaan bumi, suatu kondisi yang tidak akan
pernah kita harapkan. Sebagai akibatnya, siklus nutrisi atau rantai
makanan akan terputus.1. Kehadiran mikroorganisme dengan kemampuan untuk mendegradasi senyawa target.
2. Keberadaan substrat yang dikenali dan dapat digunakan sebagai sumber energi dan karbon.
3. Adanya pengumpanan yang menyebabkan terjadinya sintesa spesifik untuk senyawa target.
4. Keberadaan sistem penerima-donor elektron yang sesuai.
5. Kondisi lingkungan yang sesuai untuk reaksi terkatalisis enzim dengan kelembaban dan pH yang mendukung.
6. Ketersediaan nutrien untuk mendukung pertumbuhan sel mikroba dan produksi enzim.
7. Suhu yang mendukung aktivitas mikrobial dan reaksi terkatalisis.
8. Ketersediaan bahan atau substansi beracun terhadap mikroorganisme tersebut.
9. Kehadiran organisme untuk mendegradasi produk metabolit.
10. Kehadiran organisme untuk mencegah timbulnya racun antara.
11. Kondisi lingkungan yang meminimumkan organisme kompetitif bagi mikroorganisme pendegradasi.
Lintasan
biodegradasi berbagai senyawa kimia yang berbahaya dapat dimengerti
berdasarkan lintasan mekanisme dari beberapa senyawa kimia alami seperti
hidrokarbon, lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Sebagian besar dari
prosesnya, terutama tahap akhir metabolisme, umumnya berlangsung melalui
proses yang sama.
B. OPTIMALISASI KONDISI DALAM BIOREMEDIASIKeberhasilan proses biodegradasi banyak ditentukan oleh aktivitas enzim. Dengan demikian mikroorganisme yang berpotensi menghasilkan enzim pendegradasi hidrokarbon, perlu dioptimalkan aktivitasnya dengan pengaturan kondisi dan penambahan suplemen yang sesuai. Dalam hal ini perlu diperhatikan faktor-faktor lingkungan yang meliputi kondisi lingkungan, temperature, oksigen, dan nutrient yang tersedia.
1. Lingkungan
Proses
biodegradasi memerlukan tipe tanah yang dapat mendukung kelancaran
aliran nutrient, enzm-enzim mikrobial dan air. Terhentinya aliran
tersebut akan mengakibatkan terbentuknya kondisi anaerob sehingga proses
biodegradasi aerobik menjadi tidak efektif. Karakteristik tanah yang
cocok untuk bioremediasi in situ adalah mengandung butiran pasir ataupun
kerikil kasar sehingga dispersi oksigen dan nutrient dapat berlangsung
dengan baik. Kelembaban tanah juga penting untuk menjamin kelancaran
sirkulasi nutrien dan substrat di dalam tanah.
2. Temperatur
Temperatur
yang optimal untuk degradasi hidrokaron adalah 30-40oC. Ladislao, et.
al. (2007) mengatakan bahwa temperatur yang digunakan pada suhu 38oC
bukan pilihan yang valid karena tidak sesuai dengan kondisi di Inggris
untuk mengontrol mikroorganisme pathogen. Pada temperatur yang rendah,
viskositas minyak akan meningkat mengakibatkan volatilitas alkana rantai
pendek yang bersifat toksik menurun dan kelarutannya di air akan
meningkat sehingga proses biodegradasi akan terhambat. Suhu sangat
berpengaruh terhadap lokasi tempat dilaksanakannya bioremediasi.
3. Oksigen
Langkah
awal katabolisme senyawa hidrokaron oleh bakteri maupun kapang adalah
oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidase, dengan demikian
tersedianya oksigen merupakan syarat keberhasilan degradasi hidrokarbon
minyak. Ketersediaan oksigen di tanah tergantung pada (a) kecepatan
konsumsi oleh mikroorganisme tanah, (b) tipe tanah dan (c) kehadiran
substrat lain yang juga bereaksi dengan oksigen. Terbatasnya oksigen,
merupakan salah satu faktor pembatas dalam biodegradasi hidrokarbon
minyak.
4. Nutrien
Mikroorganisme
memerlukan nutrisi sebagai sumber karbon, energy dan keseimbangan
metabolism sel. Dalam penanganan limbah minyak bumi biasanya dilakukan
penambahan nutrisi antara lain sumber nitrogen dan fosfor sehingga
proses degradasi oleh mikroorganisme berlangsung lebih cepat dan
pertumbuhannya meningkat.
5. Interaksi antar Polusi
Fenomena
lain yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam mengoptimalkan
aktivitas mikroorganisme untuk bioremediasi adalah interaksi antara
beberapa galur mikroorganisme di lingkungannya. Salah satu bentuknya
adalah kometabolisme. Kometabolisme merupakan proses transformasi
senyawa secara tidak langsung sehingga tidak ada energy yang dihasilkan.
C. BIOAUGMENTASI
Bioaugmentasi
adalah penambahan organisme atau enzim pada suatu bahan untuk
menyingkirkan bahan kimia yang tidak diinginkan. Bioaugmentasi digunakan
untuk menyingkirkan produk sampingan dari bahan mentah dan polutan
potensial dari limbah. Organisme yang biasa digunakan dalam proses ini
adalah bakteri. Namun banyak aplikasi yang berhasil menggunakan tumbuhan
untuk menyingkirkan kelebihan nutrien, logam dan bakteri pathogen.
Penggunaan tumbuhan ini biasa dikenal dengan istilah phytoremediasi.
Pemilihan metode bioremediasi yang cocok dengan kondisi lingkungan
diharapkan akan dapat meningkatkan kecepatan biodegradasi.
Dua metode yang biasa dilakukan untuk bioremediasi adalah : (1) dengan
menstimulasi populasi mikroorganisme eksogen (biostimulasi) dan (2)
dengan menambahkan mikroorganisme eksogen (bioaugmentasi). Bioaugmentasi
dipilih apabila kontaminan membutuhkan waktu degradasi
yang lama, bila lingkungan yang tercemar sulit dimodifikasi dalam
rangka mencapai kondisi optimal bagi pertumbuhan mikroorganisme, atau
bila tingginya konsentrasi kontaminan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme indogenus. Bioaugmentasi juga dilakukan untuk menurunkan
keragaman jalur degradasi hidrokarbon terutama untuk mempercepat proses
degradasi hidrokarbon poliaromatik. Keberhasilan aplikasi bioaugmentasi
diukur dari peningkatan jumlah mikroorganisme yang berperan dalam proses
degradasi serta daya tahan mikroorganisme eksogen pada lingkungan yang
tercemar. Walter (1997) menyatakan bahwa untuk memperoleh strain
mikroorganisme ataupun konsorsium mikroorganisme yang tepat bagi
aplikasi bioaugmentasi ada tiga pilihan metode yang bisa dilakukan,
yaitu : pengkayaan selektif, penggunaan produk mikroorganisme komersial
atau rekayasa genetika.
BIO TRENT LIMBAH
Adalah
kultur campuran berbagai mikroorganisme yang mampu mengurai berbagai
senyawa organik di dalam air limbah. Kandungan BIO-TRENT adalah :
Mikroorganisme seperti Lactobacillus, Actinomycetes, Bakteri
Nitrifikasi, Bakteri Pelarut Fosfat, Bakteri Fotosintetik, Zat
Penghilang Bau dan Jamur Fermentasi. Di samping itu, BIO-TRENT juga
dilengkapi dengan nutrisi seperti Glukosa, Fruktosa dan lainnya.
Keunggulan
1. Lebih cepat mengurai bahan-bahan organik
Bakteri
BIO-TRENT adalah bakteri pengurai yang dapat bekerja sendiri-sendiri
atau bersama-sama. Sifat bakteri yang mampu hidup dalam keadaan ekstrim,
membuat bakteri BIO-TRENT lebih cepat mengurai dibanding bakteri alami
yang ada di air limbah. Setiap bakteri mengurai dengan bantuan zat
(enzim) yang dihasilkan. Bakteri
BIO-TRENT yang beragam (kompleks) akan menghasilkan enzim pengurai yang
beragam pula, sehingga kemampuan penguraiannya lebih tinggi dibanding
bakteri lain.
2. Mencegah bau
Actinomycetes
adalah bakteri yang mampu menghasilkan zat penghilang bau tak sedap.
Dengan tumbuhnya bakteri ini di dalam sistem sudah dipastikan bau tak
sedap dapat dicegah. Instalasi air limbah banyak menggunakan bahan
terbuat dari logam. Seperti pompa dan blower. Logam bersifat mudah
terkorosi, apalagi terkena H2S dan CO2 agresif. H2S dalam bentuk tak terionisasi bersifat sangat toksik dan korosif. H2S dan CO2
dapat berasal dari dekomposisi bahan organik oleh bakteri tertentu.
Kerugian yang diderita perusahaan/instansi dengan kerusakan tersebut
sangatlah besar. Untuk mencegah korosi atau karat pada instalasi
pengolahan air limbah, dibutuhkan bakteri yang mampu mencegah terjadinya
proses penguraian yang menghasilkan H2S dan CO2 agresif. Bakteri tersebut ada di dalam produk BIO- TRENT.
3. Menghambat pertumbuhan bakteri patogen
Bakteri
patogen (penyebab penyakit) diantaranya E. coil (penyebab penyakit
diare), Legionella pneumophilla (penyebab penyakit pernapasan akut),
Leptospira (penyebab penyakit leptospirosis), Shigella (penyebab
penyakit disentri) Vibrio cholerae (penyebab penyakit kolera). Dan
bakteri penyebab penyakit lainnya. Untuk menghambat tumbuhnya
bakteri-bakteri tersebut di dalam air limbah, maka perlu kita hidupkan
bakteri BIO-TRENT di dalam system. Bakteri Lactobacillus di dalam
BIO-TRENT mampu menghasilkan antibiotik alami (zat) pembunuh bakteri
patogen.
PERKEMBANGAN TECHNOLOGI BIOREMEDIASI
Bioremediasi
didefinisikan sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik
polutan secara biologi dalam kondisi terkendali dengan tujuan
mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari
lingkungan. Kelebihan teknologi ini ditinjau dari aspek komersil adalah
relatif lebih ramah lingkungan, biaya penanganan yang relatif lebih
murah dan bersifat fleksibel. Teknik pengolahan limbah jenis B3 dengan
bioremediasi umumnya menggunakan mikroorganisme (khamir, fungi, dan
bakteri) sebagai agen bioremediator. Pendekatan umum yang dilakukan untuk meningkatkan kecepatan biotransformasi ataupun biodegradasi adalah dengan cara:
a. Seeding,
atau mengoptimalkan populasi dan aktivitas mikroba indigenous
(bioremediasi instrinsik) dan/atau penambahan mikroorganisme exogenous
(bioaugmentasi) dan
b. Feeding, atau dengan memodifikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi (biostimulasi) dan aerasi (bioventing).
Langkah-langkahnya
Air dari rumah tangga yang masuk ke dalam saluran air dipompa menuju
fasilitas pengolahan di mana feses dan produk kertas dibuang ke tanah
dan disaring menjadi partikel yang lebih kecil sehingga dihasilkan
material berlumpur yang disebut sludge.Sludge dialirkan ke dalam tangki
pengolah anaerob yang mengandung bakteri anaerob yang akan mendegradasi
sludge. Bakteri ini menghasilkan gas karbon dioksida dan metana. Gas
metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai
bahan bakar untuk menjalankan peralatan pada pengolahan sampah dengan
menggunakan tanaman. Cacing-cacing kecil yang sering muncul pada sludge,
juga membantu menghancurkan sludge menjadi partikel-partikel kecil.
Sludge ini kemudian dikeringkan dan dapat digunakan sebagai lahan
pertanian atau pupuk. Ilmuwan telah menemukan bakteri yang disebut
Candidatus Brocadia Anammoxidans yang memiliki kemampuan untuk
mendegradasi ammonium pada suasana anaerob (sebagian besar produk yang
terdapat dalam urin). Penting sekali untuk menghilangkan amonium dalam
limbah cair sebelum air dialirkan ke sungai atau laut karena kadar
ammonium yang terlalu tinggi memberikan dampak negatif bagi lingkungan.
Tanah
dan air yang terkontaminasi minyak tersebut dapat merusak lingkungan
serta menurunkan estetika. Lebih dari itu tanah dan air yang
terkontaminasi limbah minyak dikategorikan sebagai limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) sesuai dengan Kep. MenLH 128
Tahun 2003. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan dan pengolahan
terhadap tanah yang terkontaminasi minyak. Hal ini dilakukan untuk
mencegah penyebaran dan penyerapan minyak kedalam tanah.
Upaya
pengolahan limbah B3 baik di darat (tanah dan air tanah) ataupun di
laut telah banyak dilakukan dengan menggunakan tehnik ataupun metoda
konvensional dalam mengatasi pencemaran seperti dengan cara membakar
(incinerasi), menimbun (landfill), menginjeksikan kembali sludge
keformas minyak (slurry fracture injection) dan memadatkan limbah
(solidification). Teknologi-teknologi ini dianggap tidak efektif dari
segi biaya (cost effective technology), waktu (time consuming) dan juga
keamanan (risk).
KAJIAN RELIGI
Q.S AL BAQARAH 164.
إِنَّ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَا
أَنزَلَ اللّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن مَّاء فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ
مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ
وَالسَّحَابِ الْمُسَخِّرِ بَيْنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ
يَعْقِلُونَ
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang
Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit
dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah)
bagi kaum yang memikirkan.
DAFTAR PUSTAKA
Black, Jacquelyn G. 2002. Microbiology. John Wiley & Sons, Inc.
Brock. TD. Madiqan. MT. 1991. Biology of Microorganisms. Sixth ed. Prentice-
HallInternational, Inc.
Cappuccino, JG. & Sherman, N. 1987. Microbiology: A Laboratory Manual. The
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.
Case, C.L. & Johnson, T.R. 1984. Laboratory Experiments in Microbiology.
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.
Fardiaz, S. 1987. Fisiologi Fermentasi, PAU IPB.
Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi (Common Teksbook). Biologi FPMIPA UPI, IMSTEP.
Moat, A.G. & Foster, J.W. 1979. Microbial Physiology. John Wiley & Sons
Nicklin. J.K. Graeme-Cook. T. Paget & R. Killington. 1999. Instans Notes in
Microbiology. Springer Verlag. Singapore Pte, Ltd.
Tortora Gerard J. et al. 1992. Microbiology an Introduction. Fourth Ed. The Benjamin
Cummings Publishing Company, Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar