Selamat Berkunjung

Selamat Berkunjung !
Diharap komentarnya agar lebih bermanfaat, menambah wawasan dan hikmah

Senin, 05 Desember 2011

Memanfaatkan Masa Muda Sebelum Tiba Masa Tua



 Masa muda merupakan masa ideal untuk melakukan apa saja, misal mengukir prestasi dan menggapai cita-cita. Oleh karena itu, masa muda ini dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
Tidak akan tergelincir dua kaki anak Adam pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara: tentang usianya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia belanjakan dan tentang ilmunya apa yang diperbuatkan dengan ilmunya tersebut.” (HR. Al-Bazzar dan At-Thabrani).
Ibnu Mas’ud berkata: “Aku tidak pernah menyesal atas hari yang berlalu, kecuali ketika matahari terbenam dan usiaku berkurang, tetapi ilmuku tidak bertambah di hari itu.”
Al-Kholil bin Ahmad (160H) mengatakan: “Waktu itu ada tiga bagian, waktu yang sudah berlalu darimu dan tak akan kembali, waktu sekarang yang sedang kau alami dan ia juga akan berlalu darimu, dan waktu yang engkau tunggu yang bisa jadi engkau tidak bakal mendapatkannya.” (Thobaqotul hanaabilah)
Kisah Dawud bin Abi Hindun (139 H) juga salah satu contoh yang mengagumkan. Beliau berkata: Ketika kecil aku berkeliling pasar. Ketika pulang kuusahakan diriku untuk selalu berdzikir kepada Allah ta’ala hingga tempat tertentu. Jika telah sampai kuusahakan lagi dariku untuk berdzikir kepada Allah hingga tempat selanjutnya…hingga sampai di rumah. Tujuannya agar kugunakan waktu dalam umurku.” (Siyar A’lamin Nubala)
Dalam Islam, masa muda adalah bagian dari umur yang dianggap sebagai masa yang dinamis, energik, cekatan dan kuat, karena masa muda ini merupakan kekuatan di antara dua kelemahan yaitu kelemahan anak-anak dan kelemahan masa tua. Hal ini dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:
Allah, Dia-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban...”(QS. Ar-Rum (30): 54).
Oleh karena itu, Islam memiliki perhatian besar terhadap para pemuda. Suatu ketika, khalifah Umar radhiallahu ’anhu duduk dengan para sahabatnya, lalu berkata kepada mereka:
Berangan-anganlah kalian!” Salah seorang dari mereka berkata: Aku berangan-angan, seandainya rumah ini dipenuhi oleh emas untuk aku infakkan di jalan Allah.” Umar lalu berkata: Berangan-anganlah (lagi) kalian!” Salah seorang lagi berkata: Aku berangan-angan sekiranya rumah ini dipenuhi dengan permata agar aku infakkan di jalan Allah dan bersedekah dengannya.” Lalu Umar berkata lagi: Berangan-anganlah (lagi) kalian!” Mereka lalu berkata: Kami tidak tahu lagi apa yang harus kami katakan wahai Amirul mukminin?” Umar berkata: Aku justeru berangan-angan agar ada orang-orang seperti Abu 'Ubaidah bin Al-Jarrah, Mu'adz ibn Jabal dan Salim budak Abu Hudzaifah, agar aku dapat meninggikan "kalimat Allah" dengan bantuan mereka.”
Coba kita pikirkan, Umar malah menginginkan para pemuda. Ya, bukankah Mu’adz bin Jabal seorang faqih yang diutus oleh Rasul ke Yaman? Ketika itu usianya masih muda. Begitu juga dengan Salim, ia termasuk salah seorang perawi hadits. Usianya juga masih muda. Dalam sejarah Islam juga dikenal Muhammad Al-Fatih, pembebas kota Konstantinopel. Saat itu usianya juga tidak lebih dari 22 tahun.
Tidak hanya itu, seorang Usamah ibn Zaid pergi ke medan perang ketika usianya masih 15 tahun. Padahal ketika usinya 14 tahun semangat jihadnya sudah berapi-api. Ia ingin cepat berada di shaf para mujahid Allah. Namun Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarangnya, karena masih teramat muda. Ia juga pernah menjadi pemimpin pasukan Rasul, padahal saat itu para sahabat senior seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq ada. Namun Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mempercayakan kepadanya.
Suatu hal yang ironis jika masa muda dihabiskan untuk berfoya-foya. Apalagi dihabiskan untuk melakukan hal-hal yang tidak produktif. Dan, na'udzubillah, jika sampai melakukan tindak kriminal, mabuk-mabukan dan pecandu narkotika dan zat adiktif. Ini sama artinya dengan menghancurkan diri sendiri dan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar