Satu fenomena yang terjadi dalam
keagamaan adalah, mayoritas orang-orang non Islam yang masuk menjadi
Islam -mualaf- adalah orang-orang dari kalangan intelektual, baik dalam
bidang science, politik, ekonomi, kedokteran, sejarah maupun dalam
bidang keagamaan itu sendiri, kalau boleh kita asumsikan, masuknya
mereka ke dalam Islam adalah karena adanya sikap mau berpikir tentang
kebenaran dan pintu hati mereka terbuka untuk dapat menerima kebenaran,
singkatnya, mereka mau masuk ke dalam Islam adalah karena alasan adanya
kebenaran dalam ajaran Islam.
Sementara itu, mayoritas orang-orang
Islam yang keluar dari Islam -murtadin- adalah orang-orang awam
-berpendidikan rendah- baik dalam bidang ilmu keduniaan maupun dalam
bidang keagamaan, dan biasanya pula, mereka itu adalah orang-orang yang
secara ekonomi berada pada level menengah ke bawah bahkan pada level
terbawah, di mana keadaan tersebut seringkali menempatkan mereka berada
pada tekenan hidup yang cukup tinggi, adanya paduan tingkat pendidikan
yang rendah dengan tekanan kehidupan yang tinggi menyebabkan mereka
mudah terbujuk, terayu dan terintimidasi untuk keluar dari Islam,
singkatnya, mereka keluar dari Islam tidaklah karena mereka telah
menemukan kebenaran dalam ajaran agama yang baru akan dipeluknya.
Kisah masuk Islam-nya Bapak Drs. Mowo
Purwito Rahardjo Dip HRD, STh berikut akan memberikan gambaran tentang
fenomena tersebut, beliau adalah intelektual dalam bidang theologi
keagamaan-, mengetahui sedikit science dan mengetahui alasan alasan
orang-orang Islam yang keluar dari Islam. Semoga kisah beliau tersebut
dapat memberikan wacana baru dan dapat menjadi pelajaran bagi kita
semua. Amin.
Bermula dari mengajar Islamologi
Tidak ada firasat, tidak ada gambaran
sedikitpun dalam benak ini bila akhirnya saya menjadi seorang muslim,
semua berjalan bagai air yang mengalir begitu saja.
Sebelumnya, saya adalah dosen sosiologi agama di sebuah seminari Alkitab Nusantara dan beberapa seminari di Indonesia,
hingga suatu ketika DR. Wagiono Ismail, dosen Islamologi di tempat saya
mengajar, meninggal dunia, karena tidak ada dosen pengganti maka pihak
Seminari memutuskan saya untuk menggantikan DR. Wagiono Ismail mengajar
Islamologi.
Mau tidak mau, saya harus belajar
tentang ke-Islaman lebih jauh dan mendalam, tentu saja bukan untuk
mencari kebenaran, melainkan hanya untuk keperluan mengajar dan
perbandingan belaka.
Maka saya beli buku-buku tentang
ke-Islam-an yang layak untuk diajarkan kepada mahasiswa-mahasiswa saya.
Sebelum saya mengajarkan Islamologi, rektor tempat saya mengajar
berpesan, bahwa mata kuliah Islamologi harus diajarkan secara
komparatif, artinya hanya sebagai studi banding antara Islam dan Kristen, sayapun berpikir keras bagaimana membandingkan ajaran Islam yang luas dengan mata kuliah yang hanya dua SKS.
Akhirnya, saya mengfokuskan pada tiga pembahsan pokok, yaitu :
1. Konsep Ketuhanan (Theos)
2. Konsep Kemanusiaan (Antrophos)
3. Konsep Alam semesta (Cosmos)
Saya mulai mendalami perbandingan
ketiga konsep tersebut dalam agama Islam dan Kristen, dan akhirnya saya
menemukan perbandingan yang sangat mencolok bahkan bertentangan antara
ketiga konsep dalam agama Kristen dengan ketiga konsep tersebut dalam
agama Islam.
Pertama, tentang konsep ke-Tuhan-an,
dalam agama Kristen Tuhan itu Transenden dan Imanen, Transenden artinya
Tuhan itu jauh berada di luar alam semesta , Imanen artinya Tuhan itu
berada dalam alam semesta, atau ikut dalam proses yang ada dalam alam
semesta hadir-, singkatnya Tuhan jauh berada di luar alam tetapi hadir
di dalamnya, Dia sangat berkuasa dan hadir di mana-mana, tetapi karena
Tuhan terlalu jauh, maka Ia punya inisiatif yang baik, Dia rela
menurunkan dirinya menajdi manusia sebagai sosok Yesus agar dapat
berinteraksi dengan manusia, inilah yang kemudian di sebut teori
REINARNASI. Tuhan yang baik ini juga rela mengorbankan dirinya untuk
menebus dosa-dosa manusia di kayu.
Konsep ke-Tuhan-an dalam Kristen
tersebut akhirnya saya bandingkan dengan 20 sifat Allah yang ada dalam
Islam, Di dalam Islam disebutkan Allah itu mukhalafatuhu lil hawadits,
Artinya Allah itu mustahil serupa dengan makhuknya, karena Allah itu
sanagt Suci dan sangat berkuasa, tidak mungkin Allah itu akan merubah
dirinya menjadi manusia, kenapa Allah yang begitu sangat berkuasa harus
merubah dirinya menjadi manusia ?
Kedua, tentang konsep ke-manusia-an,
dalam ke-Kristen-an disebutkan bahwa manusia sudah dalam keadaan berdosa
sejak dilahirkan, di mana dosa tersebut adalah sebagai warisan dari
adam yang telah jatuh dalam dosa, di mana dosa tersebut tidak akan
pernah putus dari generasi ke generasi. Yang bisa memutus hanyalah iman
kepada Yesus sang penebus dosa yang mati di kayu salib. Dosa
warisan/turunan tersebut menjadi persoalan yang cukup janggal, bagaimana
seorang bapak harus mewariskan dosa kepada anaknya.
Berbeda dengan konsep ke-manusia-an
dalam Islam, di mana disebutkan bahwa manusia dalam keadaan fitrah
ketika dilahirkan, seperti kertas putih yang tidak ada noda setitikpun,
hal ini rasioanl, kenapa ? Allah menciptakan manusia dalam keadaan suci,
karena manusia ketika dilahirkan memang belum berbuat dosa setitikpun,
tidak adil kalau seorang bayi yang tidak tahu apa-apa tiba-tiba harus
menanggung dosa yang sama sekali tidak diperbuatnya. Dosa tidaknya
seorang manusia adalah akrena perbuatannya sendiri, dalam psikologi
sosial, hal ini disebut sebagai stimulus respons, bila rangsangan dari
luar baik, maka seseorang akan tetap baik dengan sendirinya, sebaliknya
akan menyebabkan seseorang berbuat tidak baik.
Ketiga, tentang konsep alam semesta,
dalam Al-kitab, terdapat kejanggalan-kejanggalan dalam teori kejadian
misalnya bagaimana terjadi siang dan malam dan terdapat tumbuh-tumbuhan
padahal matahari belum diciptakan, bukankah tidak akan ada siang dan
malam dan tidak akan ada tumbuh-tumbuhan bila tidak ada matahari ?.
Dalam Al-qur’an lebih mampu mengungkap-kan fakta-fakta semacam itu.
Misal proses kelahiran bayi dari rahim hingga keluar dari rahim
dijelaskan sejelas-jelasnya, sementara dalam Alkitab tidak ada.
Subhanallah , sungguh luar biasa! Al-qur’an sangat scientific (ilmiah)
dan tidak bertentangan dengan nalar.
Islam Pesat Di Eropa
Perbandingan yang saya telaah,
khususnya dalam teori tentang kosmos, saya coba hubungkan dengan
berkembangnya Islam di Eropa. Kenapa Islam berkembang pesat di Eropa
sementara di Asia bergerak secara statis. Ternyata setelah membaca
banyak hal, saya menyimpulkan ada tiga hal yang membuat islam berkembang
pesat di Eropa.
Pertama, orang Barat setelah melihat
Islam dalam perspektif science, itu lebih tergugah menjadi muslim
daripada melihat Islam dari sisi tradisional kultural. Cara berpikir
Barat yang rasional cocok dengan Al-qur’an yang ternyata mengungkap
fakta-fakta science yang lebih rasional.
Kedua, Islam berkembang di Eropa
karena black muslim. Kenapa orang kulit hitam menjadi muslim? Ternyata,
ketika dia menjadi bagian komunitas di gereja, diskriminasi itu masih
terjadi. Tetapi dalam Islam diskriminasi tidak ada, mereka punya
kesempatan menjadi imam, khatib atau apapun.
Ketiga, Islam berkembang di Eropa
disebab-kan orang Kristen sendiri yang meragukan eksistensi Alkitab,
yakni Alkitab yang mereka gunakan sekarang ini adalah kitab-kitab yang
penentuan untuk digunakan baru terjadi setelah 3 abad masa Yesus
berdakwah dan itupun harus membuang kitab-kitab lain yang jumlahnya
puluhan bahkan dapat mencapai di atas seratus, dan penentuan kitab-kitab
yang digunakan itupun tidak terlepas dari muatan politis karena tidak
terlepas dari kebijakan kaisar yang berkuasa saat itu.
Terbukti setelah penentuan tersebut
banyak di-temukan kitab-kitab yang secara arkeologis mempunyai nilai
yang sangat tinggi namun tidak digunakan oleh gereja karena isinya tidak
sesuai dengan doktrin gereja saat ini.
Bila kemudian gereja tidak mau Alkitab
yang sekarang dipakai digugat, itu sangat maklum, karena untuk menjaga
sakralitas Alkitab itu sendiri, karena kalau Alkitab tidak sakral lagi,
bagaimana nanti nasib umat Kristen ?
Masuk Islam
Adanya keselarasan al-Qur’an dengan
science dan adanya ketidak selarasan Alkitab dengan science, juga karena
njlimetnya konsep ketunggalan Tuhan dalam Kristen, hingga menjelaskan
kepada orang Kristen saja sulitnya setengah mati apalagi kepada orang
Islam pasti sampai matipun tidak akan paham, berbeda dengan konsep
ketunggalan Tuhan dalam Islam, yang anak umur 5-6 tahun saja sudah dapat
memahami begitu juga orang di luar Islam, hal tersebutlah yang akhirnya
mendorong saya untuk memeluk Islam tepatnya 16 September 2006 di forum
Arimatea Malang.
Rintangan sebagai Muallaf
Sebagai manusia, tentu sangat logis
bila dalam hidup ini kita menghadapi resiko, begitu juga ketika saya
memutuskan untuk memeluk agama Islam, teror atau ancaman serius, teguran
dan nasehat kerap kali saya terima, baik dari jemaat geraja maupun dari
sebuah partai Kristen, kebetulan saya menjadi pengurus inti sebuah
partai Kristen di Malang, namun dari kalangan majelis gereja dan
akademis tidak begitu nampak, juga tidak ada rintangan dari keluarga.
Bagi saya, demi kebenaran hakiki
memang harus berkorban, bahkan segala fasilitas yang selama ini saya
peroleh dan akan saya peroleh harus saya tinggalkan, rencana ke Amerika
sekeluaraga selama 4 tahun, dan kandidat Master Theologi Seminari
Alkitab Nusantara yang seharusnya wisuda Februari 2007 juga saya
tinggalkan demi mencapai kebenaran dalam Islam.
Seharusnya Seperti Barat Memandang Islam
Islam yang selaras dengan nalar dan
sempurna, sayangnya dikotori oleh ulah beberapa orang Islam sendiri,
seperti pengalaman saya ketika berkunjung ke keluarga seorang kyai
terkenal, ketika anak saya bermain-main ke belakang rumah pak kyai, anak
saya kaget bukan main ketika pak kyai tersebut marah-marah kepada
pembantunya dengan perkataan yang sangat tidak layak untuk didengar.
Dari situ anak saya menilai bahwa
Islam itu jahat, anak saya mengambil kesimpulan dari fenomena kecil yang
tidak mewakili ajaran Islam itu sendiri tetapi anak saya mengeneralisir
begitu saja.
Sayapun akhirnya mencoba menjelaskan
kepada anak saya, bahwa jangan melihat orangnya, tetapi lihatlah
ajrannya, Sebab, manusia di agama manapun ada yang baik dan ada yang
jahat.
Tapi apa yang dilakukanoleh anak saya adalah secara umum juga dilakukan oleh umat Kristen, yang menilai Islam sekarang ini tidak
dari dimensi ajarannya secara langsung, tetapi menilai Islam dari
dimensi pemeluknya, artinya, kalau ada orang Islam yang jahat, amburadul
maka diblowup Islam memang jahat dan amburadul.
Paradigma ini harus diubah, Islam
harus dilihat seperti orang Barat melihat Islam dari perspektif normatif
Science, sehingga mereka dapat melihat kebenaran, kemuliaan dan
keindahan ajaran Islam itu sendiri.
Waspada
Sebagai mantan misionaris, saya ingin
menyampaikan kepda teman-teman semua mengapa banyak orang Islam dari
kalangan grassroot (baca: menengah bawah) yang murtad menjadi Kristen.
Sebenarnya bukan persoalan ekonomi saja, tetapi persoalan bagaimana
mereka (Kristen) meruntuhkan keyakinan kita.
Tentu saja yang mejadi sasaran empuk
adalah orang-orang Islam yang awam terhadap agamanya, seperti misalnya
kalau akidah kita di utak-atik oleh mereka, katanya Islam itu rahmatan
lil alaman, tetapi mengapa dalam al-Qur’an utamanya surat-surat yang
turun di Madinah secara ekslusif ditujukan kepda orang-orang yang
beriman saja yaa ayyuhalladziina aamanuu-, bukankah hal itu berarti
Islam hanya untuk orang-orang yang beriman saja dan bukan untuk seleruh
alam ?
Tentu saja hal-hal sepele semacam
dapat menjadi hal yang besar bagi orang awam, oleh karena itu, kita
harus memperhatikan saudara-saudara kita yang awam baik dari sisi
akhirat maupun dari sisi dunianya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar