Siapa yang tak ingin punya bangunan yang
di tempati berkembang biaknya burung walet. Setiap orang pasti banyak
yang menginginkannya sebab sarang burung walet di samping harganya yang
tinggi juga menjadi salah satu komoditi ekspor yang sangat menjanjikan.
Di pasaran internasional kebutuhan akan
sarang burung walet sangat besar sedangkan persediaan barang sangat
terbatas. Hal ini di sebabkan oleh kurang banyaknya pembudidaya burung
walet ini. Selain itu juga produksi sarang
walet yang telah ada merupakan produksi dari sarang-sarang alami.
Budidaya sarang burung walet sangat menjanjikan bila dikelola dengan
baik dan intensif.
Burung Walet merupakan burung pemakan
serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung walet mempunyai
kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab,
remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit- langit untuk
menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak.
MANFAAT
Hasil dari peternakan walet ini adalah
sarangnya yang terbuat dari air liurnya (saliva). Sarang walet ini
selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat bermanfaat bagi duni
kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan paru-paru, panas
dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah tenaga.
1. Persyaratan Lingkungan Kandang
* Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat.
* Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
* Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai, rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat.
* Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.
* Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
* Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai, rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat.
* Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.
2. Perlengkapan
a ) Suhu, Kelembaban dan Penerangan
Gedung untuk kandang walet harus
memiliki suhu, kelembaban dan penerangan yang mirip dengan gua-gua
alami. Suhu gua alami berkisar antara 24-26 derajat C dan kelembaban ±
80-95 %.
Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan:
* Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.
* Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm.
* Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu lubang, berdiameter 4 cm.
* Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet.
* Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
* Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm.
* Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu lubang, berdiameter 4 cm.
* Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet.
* Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
b) Bentuk dan Konstruksi Gedung
Umumnya, rumah walet seperti bangunan
gedung besar, luasnya bervariasi dari 10×15 m2 sampai 10×20 m2. Makin
tinggi wuwungan (bubungan) dan semakin besar jarak antara wuwungan dan
plafon, makin baik rumah walet dan lebih disukai burung walet. Rumah
tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi.
Tembok gedung dibuat dari dinding
berplester sedangkan bagian luar dari campuran semen. Bagian dalam
tembok sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan
perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan
kelembaban udara. Untuk mengurangi bau semen dapat disirami air setiap
hari.
Kerangka atap dan sekat tempat
melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayu- kayu yang kuat, tua dan tahan
lama, awet, tidak mudah dimakan rengat. Atapnya terbuat dari genting.
Gedung walet perlu dilengkapi dengan
roving room sebagai tempat berputar- putar dan resting room sebagai
tempat untuk beristirahat dan bersarang. Lubang tempat keluar masuk
burung berukuran 20×20 atau 20×35 cm2 dibuat di bagian atas. Jumlah
lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang
jangan menghadap ke timur dan dinding lubang dicat hitam.
3. Pembibitan
Umumnya para peternak burung walet
melakukan dengan tidak sengaja. Banyaknya burung walet yang mengitari
bangunan rumah dimanfaatkan oleh para peternak tersebut. Untuk memancing
burung agar lebih banyak lagi, pemilik rumah menyiapkan tape recorder
yang berisi rekaman suara burung Walet. Ada juga yang melakukan
penumpukan jerami yang menghasilkan serangga-serangga kecil sebagai
bahan makanan burung walet.
Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Sebagai induk walet dipilih burung sriti
yang diusahakan agar mau bersarang di dalam gedung baru. Cara untuk
memancing burung sriti agar masuk dalam gedung baru tersebut dengan
menggunakan kaset rekaman dari wuara walet atau sriti. Pemutaran ini
dilakukan pada jam 16.00–18.00, yaitu waktu burung kembali mencari
makan.
Perawatan Bibit dan Calon Induk
Di dalam usaha budidaya walet, perlu
disiapkan telur walet untuk ditetaskan pada sarang burung sriti. Telur
dapat diperoleh dari pemilik gedung walet yang sedang melakukan “panen
cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan setelah burung walet membuat
sarang dan bertelur dua butir. Telur walet diambil dan dibuang kemudian
sarangnya diambil. Telur yang dibuang dalam panen ini dapat dimanfaatkan
untuk memperbanyak populasi burung walet dengan menetaskannya di dalam
sarang sriti.
4. Perawatan Ternak
Anak burung walet yang baru menetas
tidak berbulu dan sangat lemah. Anak walet yang belum mampu makan sendir
perlu disuapi dengan telur semut (kroto segar) tiga kali sehari. Selama
2–3 hari anak walet ini masih memerlukan pemanasan yang stabil dan
intensif sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu,
temperatur boleh diturunkan 1–2 derajat/hari dengan cara membuka lubang
udara mesin.
Setelah berumur ± 10 hari saat bulu-bulu
sudah tumbuh anak walet dipindahkan ke dalam kotak khusus. Kotak ini
dilengkapi dengan alat pemanas yang diletakan ditengah atau pojok kotak.
Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang sudah siap terbang dibawa
ke gedung pada malam hari, kemudian
dletakan dalam rak untuk pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai.
Dengan ketinggian ini, anak waket akan dapat terbang pada keesokan
harinya dan mengikuti cara terbang walet dewasa.
Sumber Pakan
Burung walet merupakan burung liar yang
mencari makan sendiri. Makanannya adalah serangga-serangga kecil yang
ada di daerah pesawahan, tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Untuk
mendapatkan sarang walet yang memuaskan, pengelola rumah walet harus
menyediakan makanan tambahan terutama untuk musim kemarau. Beberapa cara
untuk mengasilkan serangga adalah:
* budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk. c. membuat kolam dipekarangan rumah walet.
* menanam tanaman dengan tumpang sari.
* menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.
* menanam tanaman dengan tumpang sari.
* menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.
5. Pemeliharaan Kandang
Apabila gedung sudah lama dihuni oleh
walet, kotoran yang menumpuk di lantai harus dibersihkan. Kotoran ini
tidak dibuang tetapi dimasukan dalam karung dan disimpan di gedung.
HAMA DAN PENYAKIT
1) Tikus
Hama ini memakan telur, anak burung
walet bahkan sarangnya. Tikus mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta
air kencingnya dapat menyebabkan suhu yang tidak nyaman. Cara
pencegahan tikus dengan menutup semua lubang, tidak menimbun barang
bekas dan kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang tikus.
2) Semut
Semut api dan semut gatal memakan anak
walet dan mengganggu burung walet yang sedang bertelur. Cara
pemberantasan dengan memberi umpan agar semut-semut yang ada di luar
sarang mengerumuninya. Setelah itu semut disiram dengan air panas.
3) Kecoa
Binatang ini memakan sarang burung
sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak sempurna. Cara pemberantasan
dengan menyemprot insektisida, menjaga kebersihan dan membuang barang
yang tidak diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat persembunyian.
4) Cicak dan Tokek
Binatang ini memakan telur dan sarang
walet. Tokek dapat memakan anak burung walet. Kotorannya dapat mencemari
raungan dan suhu yang ditimbulkan mengganggu ketenangan burung walet.
Cara pemberantasan dengan diusir, ditangkap sedangkan penanggulangan
dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk penghalang, tembok
bagian luar dibuat licin dan dicat dan lubang-lubang yang tidak
digunakan ditutup.
8. PANEN
Sarang burung walet dapat diambil atau
dipanen apabila keadaannya sudah memungkinkan untuk dipetik. Untuk
melakukan pemetikan perlu cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang
diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet yang baik. Jika terjadi
kesalahan dalam menanen akan berakibat fatal bagi gedung dan burung
walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan
pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung
perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.
Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet dengan beberapa cara, yaitu:
1) Panen rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang
siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet itu belum sempat
bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat,
kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun
lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung
walrt karena tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk
terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu istirahat.
Kualitas sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi
air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan
bertelur.
2) Panen Buang Telur
Cara ini dilaksanankan setelah burung
membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur diambil dan dibuang
kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan yaitu dalam
setahun dapat dilakukan panen hingga
4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan
pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni, tidak ada
kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya.
3) Panen Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen
ketika anak-anak walet menetas dan sudah bisa terbang. Kelemahan pola
ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari oleh
kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat berkembang
biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat.
Adapun waktu panen adalah:
1) Panen 4 kali setahun
Panen ini dilakukan apabila walet sudah
kerasan dengan rumah yang dihuni dan telah padat populasinya. Cara yang
dipakai yaitu panen pertama dilakukan dengan pola panen rampasan.
Sedangkan untuk panen selanjutnya dengan pola buang telur.
2) Panen 3 kali setahun
Frekuensi panen ini sangat baik untuk
gedung walet yang sudah berjalan dan masih memerlukan penambahan
populasi. Cara yang dipakai yaitu, panen tetasan untuk panen pertama dan
selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.
3) Panen 2 kali setahun
Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk memperbanyak populasi burung walet.
9. PASCAPANEN
Setelah hasil panen walet dikumpulkan
dalu dilakukan pembersihan dan penyortiran dari hasil yang didapat.
Hasil panen dibersihkan dari kotoran- kotoran yang menempel yang
kemudian dilakukan pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang
kotor.
Sumber : Peluangusaha-oke
Tidak ada komentar:
Posting Komentar