Pemandangan langit aneh dan unik terjadi di bumi Khatulistiwa. Sebuah awan bergumpal berbentuk membelah bumi. Peristiwa ini sontak menjadi heboh warga di Pontianak dan sekitarnya.
Menurut pengakuan warga Kota Pontianak, Ully 23 tahun, kejadian yang sangat langka ini terjadi Minggu 13 November 2011. Waktu itu, seorang warga yang tengah berjalan di kawasan M Yamin Pontianak langsung kaget melihat pemandangan aneh tersebut.
“Bentuk awannya benar-benar membelah bumi. Kejadiannya begitu cepat, hanya sebelas menit aja. Saya pun nggak habis pikir, kok bisa yah?” kata Ully, kepada VIVAnews.com, di Pontianak, Senin 14 November 2011.
Salah seorang warga Pontianak lainya bernama Jane 23 tahun, langsung mengambil gambar pemandangan langka terssebut. ”Gambarnya benar-benar seperti langit membelah bumi,” kata dia.
Sementara itu, menurut Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Supadio Pontianak, Sri Ningsih, fenomena langit terbelah itu kejadian biasa-biasa saja.
Kejadian tersebut, sambung Sri, mungkin dikarenakan faktor cuaca alam yang tidak menentu (anomali cuaca) yang terjadi akhir-akhir ini di Kalimantan Barat pada umumnya.
Langit Terbelah Juga Terjadi di Yogya-Padang
Fenomena langit ‘terbelah’ yang terjadi di Pontianak, Kalimantan Barat, ternyata juga pernah terjadi di Yogyakarta dan Padang. Hal itu diungkapkan oleh Peneliti Utama Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin.“Pernah muncul di Yogyakarta tahun 2010 lalu. Di banyak tempat bisa saja terjadi,” kata Thomas saat berbincang dengan VIVAnews, Selasa 15 November 2011. Fenomena langit terbelah di Yogyakarta dan Padang juga telah ramai beredar di YouTube.
Fenomena langit terbelah juga bukan hanya terjadi di Indonesia. Fenomena serupa terlihat di atas Danau Michigan, Amerika Serikat, Agustus 2010 lalu. Uniknya, langit di atas Danau Michigan saat itu bahkan terbelah lebih dari tiga.
Langit terbelah dikenal dengan istilah ‘crepuscular rays.’ “Disebut crepuscular rays bila ujung belahan tampak dari arah matahari terbit atau terbenam, dan disebut anticrepuscular rays apabila ujung belahan seolah tampak dari arah berlawanan dari matahari terbit atau terbenam,” terang Thomas, seperti juga pernah ia jelaskan dalam blognya.
Langit terbelah, menurut Thomas, disebabkan oleh adanya awan cumulus nimbus atau awan hujan yang menjulang di ufuk atau horizon, sehingga menghalangi cahaya matahari terbit atau terbenam. Cahaya matahari menjelang terbit atau yang baru terbenam, dihamburkan oleh atmosfer dan awan di sekitar ufuk, dan menjadikan langit berwarna merah.
“Tetapi karena ada sebagian cahaya yang terhalang awan cumulus nimbus, maka seolah ada celah hilam yang membelah langit,” papar Thomas. Bila awan cumulus nimbus tersebut sangat tebal, lanjut Thomas, maka cahaya kontrasnya akan terlihat di seluruh langit, sehingga seolah seluruh langit terbelah dari Barat ke Timur.
Thomas menegaskan, fenomena langit terbelah atau crepuscular rays tidak ada kaitannya sama sekali dengan cuaca ekstrim atau pertanda bencana alam. “Itu fenomena biasa, jangan dihubung-hubungkan dengan yang lain,” ujar dia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar