Hans J Wospakrik (Fisika ITB)
TEMUAN bukti
kehadiran partikel kuark top pada bulan April tahun 1994 di laboratorium pemercepat
partikel Fermilab, Batavia, dekat Chicago (AS) yang kemudian dikonfirmasikan
setahun sesudahnya sungguh melegakan. Temuan ini membenarkan ramalan teori
elektro-lemah standar yang berhasil memadukan interaksi elektromagnet dan
interaksi lemah sebagai dua sisi dari sebuah interaksi alam tunggal:
elektro-lemah. Kini tersisa satu
lagi ujian terakhir bagi teori ini, menemukan partikel Higgs yang
diramalkannya.
DARI kedua interaksi alam ini -- elektromagnet dan
lemah -- mungkin elektromagnet tidaklah asing bagi kita. Elektromagnet pada
dasarnya merupakan paduan interaksi listrik dan magnet yang sepintas lalu
tampak tak saling berkaitan. Interaksi listrik bekerja antara muatan listrik
yang diam, sedangkan rekannya antara muatan yang bergerak.
TEORI elektromagnet merupakan karya fisikawan
teori Skotlandia, James Clerk Maxwell (1831-1879), yang diumumkannya pada tahun
1865. Dengan itu, ia tunjukkan bahwa cahaya pada hakikatnya adalah gejala
keelektromagnetan belaka. Juga ia ramalkan kehadiran gelombang radio, yang kini
akrab dalam kehidupan sehari-hari kita.
Dari segi arsitektur bangunan zat, interaksi
elektromagnetlah yang bertanggung jawab mengikatkan elektron-elektron pada inti
atom dalam sebuah atom zat. Interaksi ini yang menyebabkan atom memancarkan cahaya
tampak dengan beraneka macam warna (spektrum), ketika elektron tertarik
mendekati inti atom.
Jangkauan interaksi elektromagnet tak terbatas,
sedangkan interaksi lemah terbatasi sejauh jejari inti atom. Interaksi yang
kedua ini disebut lemah karena pada jarak ini, kekuatannya memang sangat lemah,
sekitar satu per seratus milyar kali interaksi elektromagnet. Walaupun
demikian, pengaruhnya cukup mencolok: sebagai penyebab transmutasi sebuah inti
atom bernomor atom rendah menjadi unsur baru bernomor atom tinggi, atau
sebaliknya, seraya memancarkan sinar radioaktif beta.
Rumusan teori interaksi lemah pertama kali
diajukan oleh fisikawan teori-eksperimen Italia, Enrico Fermi (1901-1954), pada
tahun 1933. Interaksi ini bekerja antara partikel penyusun inti atom, yakni
proton (bermuatan listrik positif) dan neutron (bermuatan netral), serta antara
elektron (bermuatan negatif) dan neutrino (bermuatan netral). Dalam bahasa
Italia, neutrino berarti "si netral kecil", karena memang massa atau
beratnya secara praktis adalah nol. Bila massa elektron diambil sebagai
pembanding, berat proton dan neutron sekitar 2.000 kali berat elektron.
Pada peristiwa pemancaran sinar beta, yang terjadi
adalah sebuah neutron berubah menjadi sebuah proton dengan memancarkan sinar
beta yang terdiri atas elektron dan (anti)neutrino. Karena nomor atom mencatat
jumlah proton dalam inti atom, dapatlah dipahami, perubahan nomor atom
berkaitan dengan bertambah atau berkurangnya jumlah proton yang dikandung inti
atom pemancar sinar beta.
Medan tera
Menurut teori medan kuantum, interaksi dua
partikel berlangsung melalui pertukaran partikel perantara interaksinya. Ini
seibarat dua anak kecil yang bermain riang dengan melempar-tangkapi sebuah
bola. Semakin ringan bola, semakin jauh jarak lemparannya; sebaliknya, semakin
berat bola, semakin pendek jarak lemparannya.
Untuk interaksi elektromagnet, partikel
perantaranya disebut foton. Karena jangkauannya tak terbatas, maka sejalan
dengan kias bola tadi, massa foton adalah nol. Sebaliknya, karena jangkauan
interaksi lemah sangat pendek, maka massa partikel perantaranya sangat besar,
sekitar 80 kali massa proton. Partikel perantara ini dinamai
boson-vektor W (untuk weak: lemah). Gagasan partikel perantara W ini dikemukakan oleh fisikawan Swedia, Oscar
Klein, pada tahun 1938.
Karena muatan listrik partikel yang berinteraksi
secara elektromagnet tidak berubah, maka foton tak bermuatan listrik.
Sebaliknya, pada pemancaran sinar beta, yang dikendalikan oleh interaksi lemah,
inti atom berubah nomor atom, berubah muatan listrik. Ini berarti,
partikel W bermuatan listrik positif maupun negatif, yang berturut-turut
disebut W+, dan W-.
Baik partikel W
maupun foton, ketiga-tiganya tergolong keluarga partikel boson vektor. Karena
foton secara tunggal terumuskan melalui teori elektromagnet Maxwell, direka
bahwa partikel W pun demikian. Memadukan kedua partikel W ini ke dalam satu
rumusan teori medan semirip elektromagnet ternyata tidaklah semudah yang
diperkirakan.
Upaya ini
barulah membuahkan hasil pada tahun 1954 lewat tangan fisikawan AS keturunan
Cina, Chen Ning Yang (1922-...) beserta rekannya, Robert Mills. Dalam rumusan
ini, partikel perantara B, semirip W, tersusun dalam suatu pernyataan matriks,
yakni suatu susunan petak bilangan persegi. Untuk rumusan dengan matriks petak
2x2, medan boson vektornya paling sedikit berjumlah 3 buah: B+, B-,
dan B0. Teori ini kemudian dikenal sebagai teori medan Yang-Mills.
Baik teori medan
elektromagnet maupun Yang-Mills, kedua-duanya memiliki sifat kesetangkupan tera
(gauge symmetry) yang berarti, interaksi sistemnya tak-ubah terhadap alih-ragam
tera (gauge transformation) medan foton, B, dan partikel yang berinteraksi.
Ditilik dari sifat ini, kedua teori medan ini digolongkan dalam teori medan
tera (gauge field theory). Kini
dipahami, setiap interaksi alam diperantarai oleh suatu medan tera.
Kesetangkupan tera ini ternyata menuntut
berlebihan: baik foton maupun semua partikel B haruslah tak bermassa.
Mengecewakan, sebab partikel B diinginkan dapat pula bermassa.
Teori Glashow
Upaya memadukan interaksi elektromagnet dan lemah
melalui gabungan teori medan elektromagnet dan Yang-Mills pertama kali secara
berhasil dirumuskan oleh fisikawan teori AS, Sheldon Glashow (1932-...), pada
tahun 1961. Dalam teorinya ini, Glashow sengaja melanggar kesetangkupan tera
dengan memaksa foton dan ketiga partikel B medan Yang-Mills memiliki massa tak
nol.
Selanjutnya, untuk mencirikan interaksi
elektromagnet, ia padukan medan foton khayal bermassa dan komponen medan B
netral tadi ke dalam suatu rumusan baru yang menghadirkan foton nyata bermassa
nol, dan suatu medan atau partikel netral baru, yang diberi nama Z. Partikel Z
ini ternyata sedikit lebih berat daripada kedua rekannya, B+ dan B-
yang -- diidentikkan dengan W+ dan W- -- sekitar 90 kali
massa proton. Kehadirannya memperantarai suatu jenis interaksi lemah baru yang
tak mengubah muatan listrik disebut interaksi arus-netral.
Teori ini rupanya tak menarik perhatian karena
interaksi arus- netral pada saat itu belum teramati. Selain itu, teorinya
mengandung cacat tak ternormal-ulangkan (unrenormalizable). Ini
berkaitan dengan bencana koreksi interaksi-diri (self-interaction), yang
meramalkan nilai koreksi tak hingga. Suatu hasil yang tak masuk akal sebab,
sebuah koreksi haruslah lebih kecil. Untuk teori yang ternormal-ulangkan,
seperti elektromagnet, bencana ini teratasi dengan kiat penormal-ulangan (renormalization).
Cacat tak ternormal-ulangkan ini tampaknya
berkaitan erat dengan rusaknya kesetangkupan tera yang dimiliki teori ini bila partikel
W dan Z bermassa. Teori elektromagnet memiliki sifat kesetangkupan tera ini
sebab foton tak bermassa.
Mekanisme Higgs
Jalan menuju rumusan teori medan tera bermassa
tanpa merusaki sifat kesetangkupan tera akhirnya tersibak lewat karya fisikawan
Skotlandia, Peter W Higgs, yang terbit tahun 1964. Dengan mengambil teori
elektromagnet sebagai model, ia menguraikan cara memberikan massa pada foton
dengan menggunakan kiat perusakan kesetangkupan spontan (spontaneously symmetry
breakdown).
Keberhasilan ini ternyata menuntut suatu bayaran.
Haruslah diterima kehadiran sebuah partikel boson skalar bermassa bermuatan
netral. Inilah partikel Higgs yang menjadi topik tulisan ini. Cara pemberian
massa pada teori medan tera tanpa merusaki kesetangkupan tera ini kemudian
dibaptis dengan nama: mekanisme Higgs.
Dua tahun kemudian, fisikawan Inggris, Tom WB
Kibble, menerapkan mekanisme ini pada teori medan Yang-Mills. Ini juga harus ia
bayar dengan menghadirkan partikel Higgs.
Teori Weinberg-Salam
Teori perusakan kesetangkupan spontan memang
pernah dikaji oleh dua fisikawan teori terkemuka saat itu, Steven Weinberg
(1933-...) dari AS dan fisikawan Pakistan Abdus Salam (1926-...) di Inggris
bersama Geoffrey Goldstone, juga dari AS. Namun, model yang dikaji itu -- dikenal
sebagai model Goldstone -- tak diaduk bersama teori medan tera.
Hasil kajian mereka menunjukkan, model ini
menghadirkan sejumlah partikel boson skalar tak bermassa. Karena semua partikel
boson skalar diketahui bermassa, mereka mengumumkan bahwa: "Teori
perusakan kesetangkupan spontan, tak relevan dalam dunia partikel
elementer!" Maklumat ini mereka kemukakan pada tahun 1962.
Lima tahun kemudian, gagasan mekanisme Higgs
menyadarkan Weinberg dan Salam untuk memungut kembali apa yang telah mereka
lemparkan ke dalam keranjang sampah, untuk membumbui model elektro- lemah
Glashow tanpa massa. Weinberg mengirimkan rumusannya ke jurnal fisika
berwibawa AS, Physical Review Letters, pada bulan Oktober 1967.
Sedangkan Salam, pada tahun yang sama, ketimbang langsung menerbitkan
rumusannya, ia memilih menyajikannya dahulu dalam kuliah-kuliahnya di Imperial
College, London. Penyajian resminya barulah ia sampaikan di Simposium Nobel
pada bulan Mei 1968.
Teori
elektro-lemah ini memang mirip teori Glashow. Kelebihannya adalah tak merusaki kesetangkupan tera. Tentu saja
dengan bayaran: menghadirkan partikel Higgs. Teori inilah yang kemudian dikenal
sebagai Model Standar.
Gerard 't
Hooft
Apakah teori
elektro-lemah Weinberg-Salam ternormal-ulangkan? Terhambat oleh kelangkaan
perangkat matematika yang memadai, baik Weinberg maupun Salam tak memberi suatu
jawaban pasti. Mereka malahan kemudian berpaling ke bidang kajian lain yang
lebih meriah.
Upaya
mengembangkan perangkat matematika memadai untuk menangani cacat tak ternormal-ulangkan
teori medan Yang-Mills bermassa (tanpa mekanisme Higgs) ternyata diteliti
secara serius oleh fisikawan teori Belanda, Martinus JG Veltman (1931-...) dari
Universitas Utrecht. Penelitian yang
mulai ia tekuni pada tahun 1967 ini memang berada di luar jalur sibuk
penelitian fisika teori saat itu. Walaupun ia berhasil mengembangkan perangkat
matematika yang diperlukan, cacat ini tetap tak dapat ia atasi.
Di awal tahun
1971, Veltman menantang muridnya, Gerard 't Hooft (baca: het Hooft) dengan masalah
ini. Tantangan ini diterima 't Hooft, yang kemudian memilih medan Yang-Mills
bermassa dengan mekanisme Higgs sebagai topik kajiannya. Dengan berbekal
perangkat matematika yang dikembangkan Veltman, menjelang akhir tahun 1971,
pada usia 25 tahun, masalah pelik ini dapat ia pecahkan. Sekaligus ia buktikan
pula bahwa teori Weinberg-Salam ternormal-ulangkan.
Hasil
penelitiannya ini kemudian diterbitkan dalam jurnal fisika berwibawa Eropa,
Nuclear Physics B, tahun 1972 yang ternyata merangsang para fisikawan untuk
membalik-balik kembali pustaka fisika guna mengenali hewan apa sebenarnya teori
Weinberg-Salam itu? Yang tersaksikan kemudian sungguh luar biasa. Bagaikan
sebuah waduk jebol, mengalirlah arus makalah yang luar biasa derasnya, mengkaji
teori elektro-lemah Weinberg-Salam serta variasinya, dan teori medan tera pada
umumnya secara gencar.
Tahun-tahun
berikutnya merupakan tontonan prestasi fisika yang luar biasa mencengangkan.
Dengan tuntunan model standar, kedalaman tambang struktur alam partikel elementer
secara berangsur tersingkap. Satu per satu. Kandungannya tak ternilai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar