Selamat Berkunjung

Selamat Berkunjung !
Diharap komentarnya agar lebih bermanfaat, menambah wawasan dan hikmah

Selasa, 10 April 2012

Es Di Kutub Utara

Perubahan iklim di Kopen-hagen Norwegia minggu ini yang membicarakan tentang perubahan iklim dunia akibat pemanasan global dihadiri oleh para pemimpin dunia, termasuk Presiden AS Barack Obama dan SBY dari Indonesia. Kehadiran Obama sangat mengejutkan panitia konferensi karena presiden Amerika sebelumnya tidak pernah mau hadir. Akibat pemanasan, di masa mendatang bongkahan es akan meninggalkan Samudra Arktik dan es di Kutub Utara akan habis mencair. Hal ini diperhitungkan akan terjadi dalam musim panas 20 tahun mendatang.
Dampak nyata yang terjadi adalah permukaan air laut akan naik, dan hal ini sangat membahayakan biota laut serta satwa liar yang hidup di sana, seperti anjing laut, beruang kutub, burung penguin, dan lain-lain. Seorang profesor ahli fisika laut terkemuka Inggris Peter Wadhams, Selasa (15/12), di Universitas Cambridge mengatakan, sebagian besar pencairan akan terjadi dalam satu dekade ke depan meskipun es musim dingin masih akan tetap ada.

Menurut Petter Griffiths, penulis majalah Sains dan Ilmiah Internasional, perubahan ini akan berarti bahwa bumi ditandai dengan tampilnya warna biru mendominasi warna putih ketika dipotret dari ruang angkasa. Setelah perubahan fisik bumi tersebut, kapal akan memiliki rute laut baru dari utara Rusia. Para ilmuwan lain mengatakan, pencairan es Kutub Utara adalah salah satu bukti yang jelas tentang adan.va pemanasan global. Oleh karena itu sebelum semuanya terjadi, para pakar dan para pemimpin dunia bertemu di Kopenhagen untuk merundingkan perjanjian baru tentang pengelolaan iklim.

“Data yang mendukung pandangan konsensus baru didasarkan pada variasi musiman dan ketebalan lapisan es.
perubahan suhu, angin, serta komposisi timbunan es. Diperkirakan Kutub Utara akan bebas es dalam 20 musim panas mendatang. Sepuluh tahun berikutnya, sebagian besar permukaan laut bumi akan naik drastis,” kata Wadhams.

Wadhams, salah seorang ahli fisika laut terkemuka dunia mengungkapkan, es penutup laut di wilayah Kutub Utara sebenarnya sudah mulai menipis dibandingkan dengan pengukuran ketebalan es yang diambil oleh kapal selam Angkatan Laut Britama Raya tahun 2007.
Hadow dan Catlin Donovan beserta timnya di Arktik, telah melakukan survei dengan mengebor 1.500 lubang untuk mengumpulkan sampel. Mereka berjalan sepanjang 280 mil melintasi laut Arktik yang dingin membeku. Di daerah ini, rata-rata ketebalan es-floes hanya 1,8 meter. Kedalaman es ini dianggap terlalu tipis untuk bertahan hingga ahir musim panas.
Laut Kutub Utara memainkan peran penting dalam iklim dunia. Bila es di Kutub Utara meleleh pada musim panas, ia berwarna lebih gelap dari air laut karena menyerap sinar matahari dan itu mempercepat efek pemanasan global.

Dr. Martin Sommerkorn dari badan amal lingkungan program Arktik WWF yang bekerja di sebuah lembaga survei mengatakan, hilangnya es bisa memengaruhi seluruh dunia. “Es Laut Arktik memegang posisi sentral dalam sistem iklim bumi. Hal ini bisa mengakibatkan banjir di mana-mana, serta akan memengaruhi seperempat dari penduduk dunia. Pada hakikatnya, bila hal ini terjadi, akan ada peningkatan emisi gas rumah kaca yang cukup besar, sehingga secara ekstrem akan terjadi perubahan cuaca global,” ucapnya.

Permukaan es menyusut

Sisa air laut beku di wilayah Kutub Utara pada 12 September 2009, hanya es tertutup 1.97 juta mil persegi (5,1 juta km persegi). National Snow and Ice Data Center melaporkan, keadaan itu turun 20 persen di bawah rata-rata minimum selama 30 tahun di Laut Arktik.

Terjadinya musim panas yang minim ini merupakan kerugian besar bagi penduduk dunia. Sekitar dua per tiga dari es laut, yang diukur pada puncak musim dingin Kutub Utara masih terlihat hingga Maret Sebagai perbandingan, rak es di Kutub Utara setengahnya berkurang setiap musim panas selama 1980-an dan 1990-an. Seorang ilmuwan es bernama Wait Meier mengungkapkan, rekor titik terendah dicapai pada bulan September 2007 dan 2009. Akan tetapi, para ilmuwan lain mengatakan mereka melihat ada sedikit gejala fluktuasi yang diyakini dalam musim panas ini akan terjadi pemulihan kendati besarannya minim sekali.

Menurut Gerrad Wiyns, perbedaan ini disebabkan terjadinya suhu yang relatif lebih dingin di musim panas ini dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Para ilmuwan mengatakan, angin yang bertiup kencang juga cenderung membubarkan kantong es di atas wilayah yang lebih besar. “Jangka panjang di musim panas diperkirakan akan terus berlanjut di tahun-tahun mendatang,” kata laporan itu. Temuan pemerintah AS itu sejalan dengan, pengukuran yang dilaporkan secara terpisah oleh Nansen Environ-mentat and Remote Sensing Center di Norwegia, yang melaporkan musim panas ini minimum lapisan es hanya menutupi di bawah 5 juta kni persegi (1.93 juta mil persegi).

Para ilmuwan menganggap Kutub Utara dan lautan es merupakan barometer pemanasan global yang sensitif. Pasalnya, setiap perubahan suhu sekecil apa pun ternyata membuat perbedaan besar. “Jika Anda pergi dari mulai derajat di bawah titik beku sampai dua derajat di atas titik beku, itu sama sekali berbeda di daerah kutub,” kata Meier. “Kau akan bisa bermain ice skating untuk kemudian berenang sedangkan jika Anda berada di pantai tropis, dan itu ! tiga derajat lebih hangat,” tuturnya.
Untuk menghadapi semua ini, para pemimpin dunia di daerah subtropis akan bertemu di Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York untuk mendiskusikan perjanjian iklim yang dijadwalkan akan disepakati pada bulan Desember. Penyusutan kutub es diperkirakan akan menimbulkan sebuah bencana besar, yaitu hilangnya habitat penting bagi beruang kutub dan binatang kutub lainnya. Hal ini memunyai implikasi nyata untuk komunikasi maritim, dan membuka rute-rute baru untuk navigasi.

Dalam Channel Parry tidak bisa dilalui. Para ilmuwan telah bersepakat dan prihatin dengan terjadinya penurunan es kutub. Ukuran topi es Kutub Utara yang berfungsi sebagai pendingin udara raksasa jagad raya dalam sistem iklim planet mengkhawatirkan.
Sementara itu, Steve Gol-man mengungkapkan, pencairan terbesar ini dampaknya akan menyerap lebih banyak sinar matahari dan menambah efek pemanasan global. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kadar radiasi matahari yang menjebak panas dan di-pancarkan gas rumah kaca ke atmosfer oleh aktivitas manusia. Para ilmuwan juga telah mengukur suatu penipisan laut yang membeku. Pada hakikatnya, bila es lebih tebal maka akan lebih tahan terhadap suhu pemanasan global. Namun semuanya itu kini hanya tinggal kenangan dan tinggal harapan.
Secara alamiah segalanya akan berjalan sesuai dengan hukum alam. Kerusakan semua ini adalah akibat ulah tangan manusia juga. Kita tinggal me-. nunggu apa yang akan kita lihat hari esok. Perubahan iklim ini akan lebih cepat dan terjadi di laut utara. Sementara es di Kutub Selatan tetap membeku dan memunyai peranan besar dalam pendinginan hanya di bagian planet sebelah selatan saja.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar