Sebuah tim astronom internasional telah menemukan sebuah kandidat
lubang hitam terkecil yang diketahui menggunakan data dari Rossi X-ray
Timing Explorer (RXTE) milik NASA. Bukti datang dari tipe pola sinar-x
spesifik yang disebut “detak jantung” karena kemiripannya dengan
elektrokardiogram. Pola ini hingga sekarang telah direkam dalam hanya
satu sistem lubang hitam lain.
Dinamakan
IGR J17091-3624 sesuai koordinat astronomisnya di langit, sistem kembar
ini mengandung sebuah bintang normal dengan sebuah lubang hitam yang
beratnya kurang dari tiga kali massa matahari. Massa ini dekat dengan
perbatasan massa teoritis dimana lubang hitam mungkin terwujud.
Gas
dari bintang normal melaju menuju lubang hitam dan membentuk cakram di
sekitarnya. Gesekan dalam cakram memanaskan gas hingga jutaan derajat,
yang cukup panas untuk memancarkan sinar-x. Variasi siklis dalam
intensitas sinar-x yang diamati mencerminkan proses-proses yang terjadi
dalam cakram gas. Para ilmuan menduga kalau perubahan paling cepat
terjadi di dekat cakrawala peristiwa lubang hitam, titik awal dimana
segalanya, bahkan cahaya sekalipun, tidak dapat lepas.
Para
astronom pertama sadar adanya sistem kembar ini saat letupan tahun
2003. Data arsip dari berbagai misi antariksa menunjukkan kalau ia
menjadi aktif setiap beberapa tahun. Letupan terbaru di bulan Februari
ini dan masih berlangsung sampai sekarang. Sistem ini berada di arah
rasi Skorpio, namun jaraknya belum terlalu jelas. Ia dapat dekat sekali
yaitu 16 ribu tahun cahaya atau jauh sampai 65 ribu tahun cahaya.
Pemegang
rekor variabilitas sinar-x berjangkauan lebar adalah sistem kembar
lubang hitam lainnya bernama GRS 1915+105. Sistem ini adalah unik
dalam menampilkan lebih dari selusin pola yang sangat terstruktur,
berlangsung dalam hitungan detik dan jam.
“Kami
pikir kalau sebagian besar pola ini mewakili siklus akumulasi dan
ejeksi dalam cakram yang tidak stabil, dan kami sekarang melihat tujuh
diantaranya pada IGR J17091,” kata Tomaso Belloni dari Brera
Observatory di Merate, Italia. “Menemukan tanda ini dalam sistem lubang
hitam kedua adalah sangat menyenangkan.”
Pada
GRS 1915, medan magnet kuat di dekat cakrawala peristiwa lubang hitam
memancarkan sebagian gas menjadi jet ganda yang terarah dan berlawanan
yang meletup pada kecepatan 98% laju cahaya. Puncak emisi detak
jantungnya bersesuaian dengan kemunculan jet tersebut.
Perubahan
dalam spektrum sinar-x yang diamati oleh RXTE pada tiap detak
mengungkapkan kalau bagian terdalam cakram memancarkan cukup radiasi
untuk mendorong balik gasnya, menciptakan angin keluar yang kuat yang
menghentikan aliran masuk, membuat lapar lubang hitam sementara dan
mematikan jet. Hal ini bersesuaian dengan emisi yang meredup. Pada
akhirnya, cakram dalam begitu terang dan panas sehingga ia bercerai
berai dan tercebur ke lubang hitam, membangun kembali jet dan memulai
siklus baru. Seluruh proses ini terjadi hanya dalam 40 detik.
Sementara
tidak ada bukti langsung IGR J17091 memiliki sebuah jet partikel,
tanda detaknya menunjukkan kalau proses yang sama sedang terjadi. Para
peneliti mengatakan kalau emisi detak sistem ini dapat 20 kali lebih
lemah dari GRS 1915 dan dapat bersiklus sekitar delapan kali lebih
cepat, sekitar lima detik saja.
Astronom
memperkirakan kalau GRS 1915 sekitar 14 kali massa matahari,
menjadikannya lubang hitam paling masif yang diketahui terbentuk karena
keruntuhan satu bintang. Tim peneliti menganalisis enam bulan pengamatan
RXTE untuk membandingkan kedua sistem, menyimpulkan kalau IGR J17091
pasti memiliki sebuah lubang hitam kecil.
“Seperti
halnya detak jantung tikus lebih cepat dari gajah, sinyal detak dari
kedua lubang hitam in sesuai dengan skala massanya,” kata Diego
Altamirano, astrofisikawan dari Universitas Amsterdam di Belanda dan
penulis perdana makalah yang menjelaskan temuan ini dalam edisi 4
November The Astrophysical Journal Letters.
Para
peneliti mengatakan kalau analisis ini hanyalah awal dari program yang
lebih besar untuk membandingkan kedua lubang hitam ini secara lebih
detail dengan data dari RXTE, satelit Swift NASA, dan observatorium
XMM-Newton Eropa.
“Hingga studi ini,
GRS 1915 pada dasarnya satu-satunya dan ada banyak yang dapat kita
pelajari dari yang satu ini,” kata Tod Strohmayer, ilmuan proyek untuk
RXTE di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA di Greenbelt, Md.
“Sekarang, dengan sistem kedua memiliki tipe variabilitas yang sama,
kita dapat mulai menguji seberapa baik kita memahami apa yang terjadi di
tepian lubang hitam.”
Diluncurkan
akhir 1995, RXTE adalah misi astrofisika yang dioperasikan NASA terlama
bertugas setelah Hubble. RXTE memberikan jendela pengamatan unik dalam
lingkungan ekstrim bintang neutron dan lubang hitam.
Sumber berita:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar