Para astronom menggunakan observatiorium ALMA yang baru sebagian
lengkap menemukan bukti meyakinkan bagaimana galaksi pembentuk bintang
berevolusi menjadi galaksi lonjong merah dan mati, menangkap sekelompok
besar galaksi tepat ditengah perubahannya.
Selama bertahun-tahun, para astronom telah mengembangkan gambaran evolusi galaksi dimana penggabungan antara galaksi spiral dapat menjelaskan
mengapa galaksi lonjong besar di dekatnya memiliki sedikit sekali
bintang muda. Gambaran teoritisnya kacau dan kasar: galaksi-galaksi yang
bersatu memukul gas dan debu menjadi kelompok pembentukan bintang
cepat, yang disebut letupan bintang, dan menelannya ke dalam lubang
hitam supermasif yang tumbuh di pusat penggabungan.
Seiring semakin
banyaknya materi masuk ke lubang hitam, jet kuat memancar, dan daerah di
sekitar lubang hitam tumbuh cemerlang seterang kuasar. Jet yang keluar
dari penggabungan ini akhirnya mengeluarkan gas pembentuk bintang
potensial galaksi, yang mengakhiri letupan bintang.
Hingga
sekarang, para astronom tidak pernah menemukan penggabungan pada tahap
kritis ini untuk dengan pasti menghubungkan aliran keluar jet ke
penghentian aktivitas letupan bintang. Pada awal pengamatannya di tahun
2011, ALMA menjadi teleskop pertama yang mengkonfirmasi hampir dua lusin galaksi dalam tahap singkat dalam evolusi galaksi ini.
Apa
yang sebenarnya dilihat ALMA? “Walaupun sensitivitas ALMA besar dalam
mendeteksi letupan bintang, kami tidak melihat apapun – yang jelas
itulah yang memang kami harapkan,” kata penyelidik utama Dr. Carol
Lonsdale dari North American ALMA Science Center at the National Radio
Astronomy Observatory (NRAO) di Charlottesville, Virginia. Lonsdale
menyajikan temuannya pada rapat American Astronomical Society di
Austin, Texas sebagai wakil dari sebuah tim astronom internasional.
Untuk
observasi ini, ALMA disetel untuk melihat debu yang dihangatkan oleh
daerah pembentukan bintang aktif. Walau begitu, separuh galaksi dari dua
lusin galaksi Lonsdale tidak terlihat seluruhnya dalam pengamatan ALMA,
dan separuh lainnya sangat redup, menunjukkan kalau sangat sedikit debu
yang ada.
“Hasil dari ALMA
mengungkapkan kalau ada sedikit atau hampir tidak ada letupan bintang
pada galaksi aktif muda ini. Model evolusi galaksi mengatakan kalau hal
ini karena lubang hitam pusatnya yang jetnya membuat daerah ini
kehabisan gas pembentuk bintang,” kata Lonsdale. “Pada tahap pertama,
ALMA mengkonfirmasi fase kritis ini dalam garis waktu evolusi galaksi.”
Ketika
gas pembentuk bintang telah tertiup semua, galaksi-galaksi yang menyatu
ini tidak akan mampu membuat bintang baru. Pada pembangkitan akhir
bintang-bintang biru massif yang cemerlang namun berumur pendek akan
mati, bintang merah yang bermassa kecil dan berumur panjang akan
mendominasi populasi bintang gabungan ini, memberikan galaksi miskin gas
ini warna yang semakin merah seiring waktu.
Metode Baru Menemukan Kandidat Galaksi Kelaparan
Untuk
mendukung teori kelaparan gas ini, para astronom perlu melihat ia
bekerja dalam banyak galaksi yang bergabung dengan jet tenaga tinggi.
Tempat untuk mengamati cukup banyak mereka adalah kuasar, galaksi aktif
yang ditemukan di masa lalu alam semesta, beberapa miliar tahun cahaya
jauhnya.
Lonsdalemengatakan, “fase
yang hilang harus berada di antara kuasar yang dapat dilihat cemerlang
dalam inframerah dan panjang gelombang radio — penggabungan masih cukup
muda sehingga intinya masih diliputi debu inframerah cemerlang, namun
cukup tua sehingga lubang hitam mereka diberi makan dengan cukup dan
menghasilkan jet yang teramati dalam radio.”
Perburuan
selektif mereka pada kuasar khusus ini dimulai dengan pesawant NASA
Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE), yang memiliki ratusan juta
benda di survey seluruh langit inframerah alam semesta. Londsdale
memimpin tim survey kuasar WISE yang memilih benda terterang dan
termerah dalam peta teleskop inframerah ini.
Tim
tersebut kemudian membandingkan seleksi mereka dengan Survey Langit VLA
NRAO pada 1,8 juta objek radio dan memilih hasil yang sejalan sebagai
target paling sesuai untuk pencarian aktivitas letupan bintang mereka
dengan ALMA. Dengan mengamati panjang gelombang inframerah lebih panjang
dari WISE, ALMA memungkinkan tim Lonsdale membedakan antara debu yang
dihangatkan oleh aktivitas letupan bintang dengan debu yang dihangatkan
oleh bahan yang jatuh ke lubang hitam pusat.
ALMA
memiliki lebih dari 26 kuasar WISE untuk melacak sebelum Lonsdale dan
tim internasionalnya menerbitkan hasil mereka tahun ini. Sementara itu,
ia dan timnya akan mengamati galaksi-galaksi ini, dan lebih dari seratus
lagi, dengan Karl G. Jansky Very Large Array (VLA) yang baru diupgrade
NRAO.
“ALMA mengungkapkan tahap
langka kelaparan galaksi ini, dan sekarang kami ingin menggunakan VLA
untuk berfokus pada memahami aliran yang mencuri bahan bakar galaksi
ini,” kata Lonsdale. “Bersama, kedua array teleskop radio paling
sensitif di dunia ini akan membantu kita memahami nasib galaksi spiral
seperti Bima Sakti kita.”
sumber berita:National Radio Astronomy Observatory.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar