Citra yang disusun dalam pengamatan gumpalan di SSA22. Kredit : X-ray NASA/CXC/Durham Univ./D.Alexander et al.; Optical NASA/ESA/STScI/IoA/S.Chapman et al.; Lyman-alpha Optical NAOJ/Subaru/Tohoku Univ./T.Hayashino et al.; Infrared NASA/JPL-Caltech/Durham Univ./J.Geach et al.
Apa yang terjadi pada usia transisi galaksi dan lubang hitam akhirnya
diketahui. Hal ini tentunya tak lepas dari data baru yang dihasilkan
Observatorium Sinar-X Chandra dan teleskop lainnya. Penemuan ini
membantu manusia untuk menyingkap asal mula gumpalan gas raksasa yang
diamati berada di sekitar galaksi muda.
Sekitar satu dekade lalu, astronom berhasil menemukan waduk gas
hidrogen yang besar yang mereka namakan “blobs” (gumpalan) – saat
melakukan survey galaksi-galaksi muda pada jarak yang jauh. Gumpalan
ini bersinar sengat terang pada cahaya optik, namun sumber energi yang
membuatnya bercahaya beserta asal muasal dan sifatnya masih belum dapat
diketahui.
Pengamatan panjang yang dilakukan Chandra berhasil mengidentifikasi
sumber energi tersebut untuk pertama kalinya. Data sinar-X menunjukkan
sumber kekuatan dari struktur kolosal ini yakni berasal dari lubang
hitam supermasif yang sedang bertumbuh dan sebagiannya tersembunyi di
balik lapisan tebal debu dan gas. Kembang api dari pembentukan bintang
di dalam galaksi juga tampak memegang peranan penting, dan ini disingkap
oleh teleskop Spitzer dan teleskop landas bumi.
Selama 10 tahun misteri gumpalan ini terkubur dari pandangan manusia,
namun kini Chandra membantu kita untuk bisa melihat rahasia tersembunyi
itu. Menurut James Geach dari Universitas Durham di UK, mereka kini
bisa memiliki argumen penting tentang aturan apa yang ada di dalam
pembentukan galaksi dan lubang hitam.
Galaksi diyakini terbentuk saat gas mengalir ke arah dalam di bawah
pengaruh gaya gravitasi dan kemudian mengalami pendinginan oleh
radiasi. Proses akan berhenti saat gas dipanaskan oleh radiasi dan
mengalir keluar dari galaksi dan lubang hitam. Blob atau gumpalan
merupakan tahap pertama atau tahap kedua dari proses pembentukan itu.
Berdasarkan data baru dan argumen teoretik, Geach dan rekan-rekannya
menunjukan pemanasan gas oleh lubang hitam supermasif yang sedang tumbuh
dan ledakan dari pembentukan bintang, yang diduga justru memberi
kekuatan pada gumpalan tersebut. Implikasinya, gumpalan ini merupakan
representasi dari tahapan dimana galaksi dan lubang hitam akan mulai
berpindah ke tahap pertumbuhan yang cepat sebagai akibat proses
pemanasan. Tahap ini sangat penting dalam evolusi galaksi dan lubang
hitam, dan sudah sejak lama para astronom berusaha untuk memahami
prosesnya.
Para astronom berhasil melihat tanda dalam usia transisi dari galaksi
dan lubang hitam di dalam gumpalan yang mendorong kembali gas dan
mencegahnya untuk pertumbuhan lebih lanjut. Galaksi masif akan melalui
tahapan ini atau mereka akan membentuk terlalu banyak bintang dan segera
berakhir masa hidupnya.
Chandra, Spitzer dan teleskop lainnya melakukan pengamatan pada 29
gumpalan dalam satu area raksasa di langit yang dikenal sebagai SSA22.
Gumpalan dengan jarak beberapa ratus ribu tahun cahaya ini terlihat saat
alam semesta baru berusia 2 milyar tahun atau 15% dari usia saat ini
Dalam 5 blobs / gumpalan, Chandra mengungkapkan tanda lubang hitam
supermasif yang sedang bertumbuh – sebuah sumber titik dengan pancaran
sinar-X yang sangat cerlang. Lubang hitam raksasa ini diperkirakan
berada pada pusat kebanyakan galaksi yang ada saat ini termasuk di Bima
Sakti. Pada 3 blobs lainnya juga ditemukan bukti yang mengarah pada
kemungkinan keberadaan lubang hitam. Selain itu, data Spitzer
menunjukkan beberapa galaksi juga didominasi oleh jumlah pembentukan
bintang yang cukup banyak. Radiasi dan aliran yang sangat kuat dari
lubang hitam dan pembakaran pada pembentukan bintang jika dikalkulasi
menunjukan adanya energi yang cukup besar untuk menyalakan gas hidrogen
di dalam gumpalan tempat mereka berada.
Untuk kasus dimana tanda keberadaan lubang hitam tidak terdeteksi,
gumpalannya jauh lebih redup. Penelitian ini tak hanya berhasil
menjelaskan dari mana sumber energi gumpalan melainkan juga memberi
arahan akan masa depannya. Dalam skenario pemanasan, gas di dalam
gumpalan tidak akan mendigin untuk membentuk bintang melainkan akan
ditambahkan pada gas panas yang ditemukan di antara galaksi. SSA22
sendiri akan dapat berevolusi menjadi kluster galaksi masif.
Di awal, gumpalan ini akan memberi makan galaksi-galaksi yang ada.
Namun yang terlihat sekarang seperti sisa, sehingga untuk bisa
mengungkap lebih jauh lagi para astronom harus menjelajah waktu ke
belakang untuk menangkap galaksi dan lubang hitam saat mereka membentuk
si gumpalan.
Sumber : Chandra, Eureka Alert
Tidak ada komentar:
Posting Komentar