Pulsar ini, yang disebut PSR J1614-2230, berputar 317 kali per detik, dan pendampingnya melengkapi orbitnya hanya di bawah sembilan hari.
Dengan menggunakan Teleskop Green Bank (GBT) National Science Foundation, para astronom telah
menemukan bintang neutron paling masif yang pernah ditemukan, penemuan
berdampak kuat dan luas di beberapa bidang fisika dan astrofisika.
“Bintang
neutron itu dua kali lebih besar dari matahari kita. Ini mengejutkan,
dan dengan banyaknya massa, itu artinya beberapa model teoritis
komposisi internal bintang neutron saat ini dikesampingkan,” kata Paul
Demorest, dari Observatorium Astronomi Radio Nasional (NRAO).
“Pengukuran massa ini juga memiliki implikasi bagi pemahaman kita
terhadap semua benda di kepadatan yang sangat tinggi dan terhadap
banyaknya detail fisika nuklir,” tambahnya.
Bintang
neutron merupakan “mayat” bintang masif super padat yang meledak
sebagai supernova. Dengan semua massa yang dikemas ke dalam lingkup
seukuran kota kecil, proton dan elektron akan saling menimpa menjadi
neutron. Sebuah bintang neutron dapat beberapa kali lebih padat dari
inti atom, dan sedikit saja bahan dari bintang neutron bisa berbobot
lebih dari 500 juta ton. Kepadatan yang luar biasa ini membuat bintang
neutron menjadi “laboratorium” alami yang ideal untuk mempelajari
keadaan-keadaan materi paling padat dan eksotis yang diketahui fisika.
Para
ilmuwan menggunakan pengaruh teori Albert Einstein tentang Relativitas
Umum untuk mengukur massa bintang neutron dan pendamping yang
mengorbitinya, sebuah bintang kurcaci putih. Bintang neutron adalah
sebuah pulsar, memancarkan sinar gelombang radio mirip mercusuar yang
menyapu melalui ruang saat berputar. Pulsar ini, yang disebut PSR
J1614-2230, berputar 317 kali per detik, dan pendampingnya melengkapi
orbitnya hanya di bawah sembilan hari. Pasangan ini, berjarak sekitar
3.000 tahun cahaya, berada dalam orbit yang hampir terlihat berada di
tepian dari bumi. Orientasi itu merupakan kunci untuk membuat pengukuran
massa.
Sebagaimana orbit membawa
kurcaci putih langsung ke depan pulsar, gelombang radio dari pulsar yang
mencapai bumi melakukan perjalanan yang sangat dekat dengan kurcaci
putih. Bagian yang dekat ini menyebabkan kemunculan mereka tertunda
akibat distorsi ruang-waktu yang dihasilkan gravitasi bintang kurcaci
putih tersebut. Efek ini, yang disebut Delay Shapiro, memungkinkan para
ilmuwan secara tepat mengukur massa dari kedua bintang.
“Kami
sangat beruntung dengan sistem ini. Pulsar yang berputar cepat memberi
kami sinyal untuk mengikutinya sepanjang lintasan, dan orbitnya yang
terlihat di tepian hampir sempurna. Selain itu, bintang kurcaci putih
sangat besar untuk sebuah bintang tipe seperti itu. Kombinasi unik untuk
membuat Delay Shapiro jauh lebih kuat dan dengan demikian lebih mudah
untuk mengukurnya,” kata Scott Ransom, yang juga berasal dari NRAO.
Para astronom menggunakan instrumen digital
baru yang disebut Green Bank Ultimate Pulsar Processing Instrument
(GUPPI), yang dipasang pada GBT. Gunanya untuk mengikuti bintang-bintang
biner melewati satu orbit lengkap di awal tahun ini. Penggunaan GUPPI
meningkatkan kemampuan para astronom untuk menentukan waktu sinyal dari
beberapa lipatan pulsar.
Para
peneliti menduga bintang neutron itu memiliki sekitar satu setengah kali
massa matahari. Sebaliknya, hasil observasi mengungkapkan, bahwa
bintang itu memiliki massa dua kali lebih besar dari matahari. Dengan
massa yang sedemikian banyak itu, mengubah pemahaman mereka tentang
komposisi bintang neutron. Beberapa model teoritis mendalilkan bahwa,
selain neutron, bintang-bintang seperti itu juga mengandung partikel
subatomik eksotis tertentu lainnya yang disebut hyperons atau kondensasi kaon.
“Hasil kami mengesampingkan berbagai gagasan,” kata Ransom. Demorest
dan Ransom, bersama dengan Tim Pennucci dari Universitas Virginia,
Mallory Roberts dari Eureka Scientific, dan Jason Hessels dari Institut
Astronomi Radio Belanda dan Universitas Amsterdam, melaporkan hasil
mereka pada jurnal ilmiah Nature edisi 28 Oktober.
Hasil
mereka memiliki implikasi lebih lanjut, diuraikan dalam sebuah makalah
pendamping, dan dijadwalkan untuk publikasi di Astrophysical Journal
Letters. “Pengukuran ini memberitahu kita bahwa jika ada quark di dalam
inti bintang neutron, mereka tidak bisa ‘bebas’, melainkan secara kuat
berinteraksi satu sama lain seperti yang mereka lakukan di dalam inti
atom yang normal,” kata Feryal Ozel dari Universitas Arizona, penulis
utama makalah kedua.
Masih ada
beberapa hipotesis yang layak untuk komposisi internal bintang neutron,
tetapi hasil barunya hanya sebatas pada komposisi, disertai dengan
kepadatan maksimum materi dingin. Dampak
ilmiah dari pengamatan GBT terbaru juga meluas ke bidang lain di luar
karakteristik kepadatan ekstrem materi. Penjelasan terkemuka tentang
penyebab satu jenis ledakan sinar gamma – semburan “berdurasi pendek” –
adalah bahwa mereka disebabkan oleh bintang-bintang neutron yang
bertabrakan. Kenyataan bahwa bintang-bintang neutron bisa memiliki besar
seperti PSR-J1614 2230 membuat mekanisme ini menjadi layak bagi ledakan
sinar gamma tersebut.
Tabrakan
bintang neutron juga diharapkan dapat menghasilkan gelombang gravitasi
yang merupakan target dari sejumlah observatorium yang beroperasi di
Amerika Serikat dan Eropa. Para ilmuwan mengatakan, gelombang ini akan
memberi tambahan informasi berharga tentang komposisi bintang neutron.
“Pulsar
pada umumnya memberi kita kesempatan besar untuk mempelajari fisika
eksotis, dan sistem ini merupakan laboratorium fantastis di sana,
memberi kita informasi berharga dengan implikasi yang luas,” jelas
Ransom. “Sungguh menakjubkan bagi saya bahwa salah satu bilangan sederhana – massa bintang neutron – dapat memberitahu kita banyak hal
tentang begitu banyaknya aspek yang berbeda dari ilmu fisika dan
astronomi,” tambahnya.
Observatorium
Astronomi Radio Nasional merupakan fasilitas dari National Science
Foundation, beroperasi di bawah perjanjian kerjasama dengan Asosiasi
Universitas, Inc.
Sumber Artikel: nrao.eduReferensi Jurnal:
P. B. Demorest, T. Pennucci, S. M. Ransom, M. S. E. Roberts, J. W. T. Hessels. A two-solar-mass neutron star measured using Shapiro delay. Nature, 2010; 467 (7319): 1081
Tidak ada komentar:
Posting Komentar