A. Pendahuluan
Sebenarnya, apakah ilmu Fisika itu? Kata “Fisika” berasal dari bahasa
Yunani yang artinya “Alam”. Istilah Fisika telah dikenal sejak zaman
Yunani oleh Aristoteles (384-322 SM) dalam bukunya yang berjudul
“Fisika” yang membahas berbagai gejala alam. Secara sederhana,
defenisi Fisika adalah Ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala
alam dan benda-benda mati.
Fisika merupakan Ilmu Pengetahuan berdasarkan percobaan. Dalam
melakukan percobaan selalu memerlukan pengukuran-pengukuran yang
teliti agar gejala alam yang dipelajari dapat dijelaskan atau
diramalkan dengan tepat. Belajar dengan menggunakan media alam merupakan
salah satu amalan yang diperintahkan Allah SWT agar manusia menjadi
lebih bersyukur. Sehingga dengan sendirinya manusia menyadari bahwa
sesungguhnya alam ini adalah bukti kekuasaan Allah Tuhan yang berhak
disembah dan ternyata tidak ada ciptaan Allah SWT yang sia-sia , semua
diciptakan dengan ukuran dan tujuan yang benar.
Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran (3) ayat 190-191, yang artinya:
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring dan memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): “ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.”
B. Pengukuran
Secara umum ada tiga hal yang sangat diperlukan oleh Fisika sebagai
Ilmu yang berkembang melalui percobaan. Ketiga hal tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Mengukur; kegiatan membandingkan suatu sunnatullah yang diukur
(besaran) dengan sesuatu yang sejenis yang ditetapkan sebagai satuan.
2. Besaran; suatu sunnatullah yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka.
3. Satuan;suatu sunnatullah yang dapat digunakan sebagai pembanding dalam melakukan kegiatan pengukuran.
Pada prinsipnya semua gejala alam yang kita ukur dalam percobaan itu
merupakan sunnatullah yang telah memiliki ukuran yang pasti dan
merupakan sumber ilmu pengetahuan, khususnya fisika. Jadi mengkaji
fisika sama dengan mengkaji sunnatullah sebagai bukti kebenaran
adanya Allah SWT Yang Maha Besar yang berhak disembah. Dan beriman
kepada sunnatullah tersebut merupakan bagian dari syarat peningkatan
iman dan taqwa.
Sunnatullah yang dipelajari hanya mampu dipahami oleh hati yang beriman melalui proses “Iqra Bissmirabbika”.
Itulah sebabnya belajar dalam Islam merupakan kewajiban setiap muslim,
baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini dapat ditelaah dalam QS. Yunus
(10) ayat 5 dan (QS. Al-Alaq (96) : 1-5). Dalam ayat-ayat tersebut
ditegaskan bahwa manusia tak akan mengetahui sesuatu (berilmu) tanpa
pertolongan Allah SWT.
C. Besaran Pokok dan Besaran Turunan
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan
terlebih dahulu dan tidak bergantung pada satuan-satuan besaran lain
serta digunakan untuk mendefenisikan besaran lain. Contoh : Panjang,
Massa, waktu, kuat arus listrik, suhu, jumlah zat, intensitas cahaya.
Tiap besaran pokok tersebut memiliki dimensi tersendiri.
Besaran pokok tersebut merupakan ciptaan Allah SWT yang yang telah
ditetapkan ukuran-ukuran tertentu dengan rapi sesuai eksistensinya.
Jadi besaran-besaran yang dikembangkan oleh manusia secara tidak
langsung merupakan ayat-ayat Allah yaitu Alam semesta ini beserta
isinya. Allah SWT telah menciptakan keteraturan-keteraturan pada alam
semesta ini, dan dari sunnatullah inilah besaran-besaran fisika itu
ditumbuh-kembangkan hingga melahirkan Iptek yang sangat populer saat
ini dan menjamur penggunaannya di segala bidang. Keterangan tentang
hal ini juga dapat dipetik dari beberapa ayat-ayat Allah SWT dalam
Al-Qur’an, seperti berikut ini:
QS. Al-Furqon (25) : 2 yang artinya :”..., dan Dia telah menciptakan
segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya .”
QS. Ar-Raad : 8 yang artinya :”... Dan segala sesuatu pada
sisi-Nya ada ukurannya.” QS. Ar-Rahman (55) : 33; QS. Ash Talaq : 3
;QS. Fathir : 43 ;QS. Asy-Suraa : 17 ;QS. Al-Qamar : 49 .
Besaran Turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari
beberapa satuan besaran pokok. Contoh : Luas, Kecepatan, Percepatan,
Gaya, Usaha, Tekanan, daya., dan lain-lain. Tiap besaran turunan
memiliki pula dimensi tersendiri yang dapat diturunkan dari dimensi
besaran-besaran pokok.
Dimensi suatu besaran adalah merupakan cara besaran itu tersusun
dari besaran-besaran pokok. Untuk meningkatkan keimanan kita dari
pembahasan ini, maka konsep dimensi dan ruang dapat ditelaah lewat
firman Allah SWT yang artinya seperti berikut ini.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) Kami disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga
jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah
Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan
segala sesuatu”. (QS. Fushshilat (41) :53)
Kata tanda - tanda (kekuasaan) Allah “ tersirat sifat dan prilaku
seluruh ciptaan-Nya dengan berbagai proses alami dan gejala-gejala alam.
Kata disegenap ufuk mengandung arti selain berlaku sebagai dimensi
ruang (volume) juga termasuk dalam makna beberapa dimensi
besaran-besaran lain. Secara umum dimensi diartikan sebagai ukuran
ruang, ada ukuran panjang ( dimensi panjang), ada ukuran luas (dimensi
luas).
Diskusikan bagaimana esensi ukuran (Volume) air hujan di bumi? (Bahan Kajian Ilmiah Untuk Siswa-- KTI)
Alam beserta isinya sebagai sunnatullah telah ditetapkan “ukurannya
“ yang mengandung dua makna ilmiah yaitu sebagai bilangan dengan
sifat dan ketelitian yang terkandung di dalamnya dan yang kedua sebagai
hukum dan aturan yang berlaku sempurna. Makna ukuran baik yang berperan
sebagai bilangan maupun hukum atau aturan, keduanya tersusun sangat rapi
dan sistematis serta berhubungan sempurna satu sama lain dengan penuh
keteraturan.
Bukti ilmiah bahwa alam ini diciptakan dengan ukuran yang tepat
dapat diperoleh informasinya yang otentik dari firman Allah SWT QS.
Al-Qamar (54) : 49 dan Al-Furqan (25) : 2. Dari Kedua ayat ini kita
menemukan isyarat bahwa kata “ ukuran” mengandung dua makna yang penuh
hikmah, yaitu :
1. Menyatakan sebagai bilangan dengan sifat dan ketelitian di dalamnya
2. Menyatakan sebagai hukum dan aturan Allah Yang Maha Sempurna
Ukuran tersebut, baik berperan sebagai bilangan maupun sebagai
aturan/hukum, keduanya tersusun dalam suatu sistematika yang sangat rapi
dengan keterkaitannya satu sama lain.
Telah teruji secara ilmiah bahwa hukum-hukum Fisika akan selalu
berlaku kapan dan dimanapun. Artinya, tidak hanya berlaku pada benda
mati atau yang disebut materi/zat, namun juga berlaku pada keseluruhan
prilaku makhluk hidup termasuk manusia sebagai makhluk ciptaan Allah
yang termulia.
Cermati Juga Firman Allah SWT berikut ini ! QS. Ar-Ra’d (13) : 8; Faathir (35) : 43; Ath Thalaaq (65) : 3
Ungkapan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya, mengandung makna
bahwa sesungguhnya alam semesta ini diciptakan memiliki besaran-besaran
tersendiri yang ditunjukkan oleh gejala-gejalanya yang berlangsung
secara teratur dan tersusun rapi. Sehingga benda apapun di alam ini
sebagai ciptaan Allah, di ruang manapun berada, semua ukuranya telah
ditetapkan sesuai dengan besaran dan eksistensinya diciptakan. Artinya
tak satupun ciptaan Allah yang sia-sia, semua penuh hikmah yang tak akan
habis dikaji oleh manusia sampai kapanpun (QS. Ali Imran Ayat 190-191
berikut ini)!
Sumber : http://psb-psma.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar