Memasuki kota Yatsrib bagi Rasulullah saw bagaikan
membuka lembaran baru bagi catatan perjalanan dakwah mengajak manusia
menuju jalan yang diridhai Allah swt. Sambutan penduduk Yatsrib yang
luar biasa menjadi penambah semangat juang beliau. Terlebih mereka
berebut untuk menjamu nabi di rumah masing-masing dan berusaha
menawarkan tempatnya untuk dijadikan rumah Rasulullah.
Rasulullah saw mengambil langkah sempurna dalam hal penentuan tempat
tinggal. Beliau tidak ingin menyakiti perasaan penduduk Yatsrib yang
telah berbaik hati menawarkan tempatnya. Oleh karena itu Rasulullah
tidak menentukan sendiri di tempat mana beliau akan tinggal tapi urusan
tersebut diserahkan kepada untanya. Dimana unta Rasulullah berhenti, di
situlah beliau akan membangun tempat tinggal.
Setelah berjalan menelusuri kota Yatsrib, unta Rasulullah saw
berhenti dan berlutut di sebuah tempat penjemuran kurma milik
kakak-beradik yatim bernama Sahl dan Suhail bin Amr. Setelah melakukan
akad jual beli, Rasulullah saw dibantu oleh muslimin baik yang berasal
dari Mekkah pun yang berasal dari Yatsrib membangun Masjid. Masjid ini
kemudian diberi nama Masjid Nabawi.
Pembangunan masjid Nabawi merupakan langkah awal Rasulullah membangun
kota Yatsrib menjadi Madinatul Rasul. Selanjutnya nama Yatsrib sendiri
tergantikan dengan nama Madinah. Masjid Nabawi menjadi lambang
eksistensi Islam di Madinah karena selain digunakan sebagai sarana
ibadah, masjid Nabawi juga dijadikan tempat belajar dan mengajar.
Langkah selanjutnya yang ditempuh Rasulullah untuk membangun
Madinatul Rasul adalah menguatkan ikatan persaudaraan antara para
pendatang dari Mekkah dan tuan rumah yang tinggal di Madinah. Muslimin
yang datang dari Mekkah disebut sebagai golongan Muhajirin yang berarti
orang-orang yang berhijrah, sedangkan mulimin yang berasal dari Madinah
disebut sebagai golongan Ansar yang berarti para penolong.
Kaum Ansar sangat menyadari bahwa kaum Muhajirin adalah sahabat dan
kerabat mereka oleh karena itu mereka berlomba-lomba memenuhi kebutuhan
saudaranya. Muhajirin yang datang ke Madinah tanpa membawa harta diberi
modal untuk berusaha, dijamin kebutuhan sehari-harinya, diberi rumah
tempat tinggal bahkan ada yang diberi istri sebagai pendamping hidup.
Persaudaraan yang mengikat kaum Muhajirin dan Ansar menjadi sebuah
modal berharga bagi komunitas muslim yang masih kecil jika dibandingkan
dengan komunitas Nasrani atau Yahudi. Persaudaraan yang didasari atas
ketakwaan tersebut membuat Rasulullah merasa nyaman mengembangkan Islam
di Madinah. Namun demikian Rasulullah sebagai seorang pemimpin visioner
melihat masih ada hal lain yang perlu dilakukan.
Komunitas Yahudi Madinah bagaimanapun memiliki kekuatan yang apabila
tidak dirangkul bisa menjadi bumerang di kemudian hari. Berdasarkan
pertimbangan tersebut Rasulullah membuat perjanjian damai dengan
kelompok Yahudi. Secara garis besar perjanjian antara Rasulullah dan
kelompok Yahudi berisi tentang persamaan harkat dan martabat, kebebasan
melaksanakan syariat agama masing-masing dan yang paling urgen adalah
kesepakatan untuk menjaga kedaulatan kota Madinah serta bersama-sama
mempertahankan Madinah jika ada pihak luar yang menyerang. Perjanjian
yang dikenal ahli sejarah sebagai Piagam Madinah tersebut menjadi sebuah
lompatan besar bagi pembentukan Negara Islam yang berbasis rahmatan lil
alamin.
mas bro poin poin dari piagam madinah apa.....lebih bagus ya di tuliskan,supaya pembaca bisa tau apa piagam madinah itu,dan isinya?????
BalasHapus