Para
pemikir ini mulai dari India kuno, Yunani kuno, dan Eropa dan Arab di
zaman pertengahan menjelang Renaissanse. Menariknya justru China tidak
menemukannya, menurut China, bumi berbentuk persegi dan langit berbentuk
bulat.
Di
Yunani kuno, paradigma kalau bumi itu bulat telah dimulai semenjak abad
ke-enam sebelum masehi oleh Pitagoras. Sebelum Pitagoras, kepercayaan
di Yunani kuno adalah bumi itu datar. Aristoteles tahun 330 SM menerima
pendapat Pitagoras kalau bumi ini bulat dan ia sudah memiliki banyak
bukti empiris yang menunjukkan demikian. Semenjak itu pengetahuan
mengenai bulatnya bumi telah menyebar di kalangan intelektual Yunani
kuno.
Sebagaimana
ditentukan dengan alat modern, bumi berbentuk bulat namun tidak
sempurna. Ketidak sempurnaan ini karena rotasi bumi pada porosnya yang
membuat bagian tengah bumi sedikit lebih menggelembung dari kutub.
Pengukuran dari satelit malah menunjukkan kalau bumi sedikit berbentuk
seperti buah pir.
Karena pengamat di
Bumi hanya dapat melihat sedikit sekali potongan bulatan bumi dalam satu
waktu, tidaklah mungkin mengetahui lewat pengamatan langsung kalau bumi
ini cakram atau bola. Pitagoras mendasarkan keyakinannya pada
pengamatan mengenai ketinggian bintang yang bervariasi di berbagai
tempat di Bumi. Ia juga mendapat dukungan dari pengamatan bagaimana
kapal lenyap di cakrawala saat ia pergi dari pelabuhan. Saat kapal
datang ke pelabuhan, yang pertama terlihat adalah ujung atas layar
kapal, kemudian layarnya dan akhirnya badan kapal perlahan terlihat.
Aristoteles menambah bukti dari bagaimana bayangan Bumi terlihat di
bulan saat gerhana matahari. Saat cahaya menyinari sebuah bola, ia
menunjukkan bayangan yang sama. Para intelektual yunani lalu menghitung
ukuran dan bentuk bumi. Mereka juga membuat sistem kisi terdiri dari
lintang dan bujur sehingga hanya diperlukan dua koordinat untuk satu
lokasi di bumi ini. Filsuf Yunani juga menyimpulkan Bumi bulat karena
menurut pendapat mereka, inilah bentuk yang paling sempurna.
Erastothenes
pada abad ke 3 SM juga memberikan bukti tambahan. Beliau saat itu
bekerja di Mesir dan menemukan kalau sinar matahari memberikan bayangan
yang berbeda di dua kota berbeda pada saat yang sama. Di kota Syene ia
melihat sinar matahari tegak lurus pada jam X. Tapi di kota Iskandariah
ia melihat sinar matahari tidak tegak lurus, padahal jamnya sama. Bukan
hanya jamnya yang sama, tapi tanggalnya juga sama, walaupun terpisah
satu tahun lamanya. Ia menyuruh orang mengukur jarak antara kedua kota
tersebut dan kemudian dengan bayangan kalau bumi itu bulat, ia mengukur
sudutnya dan memperkirakan diameter dan keliling bumi dengan rumus bola.
Ia menghitung kalau Bumi berbentuk bulat dengan keliling 40 ribu
kilometer. Nilai yang nyaris tepat dan sesuai dengan ukuran bumi
berdasarkan perhitungan modern, yaitu 40075.16 km untuk keliling di
khatulistiwa. Banyangkan betapa hebatnya matematika sehingga hanya
dengan tongkat dan otaknya, Erastothenes mampu menghitung keliling bumi
dan hanya meleset 75 kilometer saja.
Jadi ada banyak cara mudah mengetahui bumi bulat bagi orang kuno:
1. Menganggap kalau bulatnya bola adalah bentuk paling sempurna
2. Menganggap kalau bumi seperti bulan dan bulan mengalami fase-fase yang menunjukkan ia bulat
3. Pengamatan bedanya ketinggian bintang di berbagai lokasi
4. Pengamatan bedanya bayangan benda di berbagai lokasi
5. Pengamatan bayangan bumi saat gerhana matahari dan bulan
6. Pengamatan kapal yang datang dan pergi di cakrawala pelabuhan
Kamu
tidak perlu ke luar angkasa memotret bumi seperti para astronot atau
melakukan perjalanan mengitari bumi seperti Magellan. Dengan demikian,
wajar kalau India kuno juga menemukan hal yang sama tak lama kemudian.
Sebagai contoh, Rig Weda menulis tentang kemungkinan bumi berbentuk
bulat. Teks ini kemungkinan besar dibuat pada abad ketiga SM. Sementara
itu matematikawan India, Aryabhata pada 500 masehi membuat perhitungan
keliling bumi sebesar 39,968 km. Sama dengan yang ditemukan
Erastothenes dan sains modern. Begitu juga perhitungan Abu Rayhan al
Biruni pada tahun 1000 Masehi.
Referensi
- Aber, J. S. (2003). Alberuni calculated the Earth’s circumference at a small town of Pind Dadan Khan, District Jhelum, Punjab, Pakistan.
- Asimov, I. How Did We Find Out The Earth Is Round.
- Cullen, C. “A Chinese Eratosthenes of the Flat Earth: A Study of a Fragment of Cosmology in Huai Nan tzu, Bulletin of the School of Oriental and African Studies, Vol. 39, No. 1 (1976), pp. 106-127 (107)
- Glick, Thomas F., Livesey, Steven John, Wallis, Faith (eds.): “Medieval Science, Technology, and Medicine: An Encyclopedia”, Routledge, New York 2005
- Martzloff, J.C. “Space and Time in Chinese Texts of Astronomy and of Mathematical Astronomy in the Seventeenth and Eighteenth Centuries”, Chinese Science 11 (1993-94): 66-92 (69)
- Pingee, D. “History of Mathematical Astronomy in India”, Dictionary of Scientific Biography, Vol. 15 (1978), pp. 533?633 (554f.);
- Ragep, F. J. 2010. Astronomy. In Krämer, Gudrun (ed.) et al.: Encyclopaedia of Islam, THREE, Brill
- Rosenberg, M. 2010. Basic Earth Facts: 22 Essential Facts You Need to Know About The Planet Earth.
- Sagan, C. Cosmos: The Story of Cosmic Evolution, Science and Civilization (1980)
- Thurston, H. Early Astronomy, (New York: Springer-Verlag),
Tidak ada komentar:
Posting Komentar