Selamat Berkunjung

Selamat Berkunjung !
Diharap komentarnya agar lebih bermanfaat, menambah wawasan dan hikmah

Rabu, 01 Februari 2012

AL QUR'AN TENTANG ROTASI BUMI



Apakah ayat-ayat Al Qur’an dapat membuktikan tentang Rotasi Bumi, Matahari dan Bulan?

Orang-orang yang mengingkari Al Qur’an akan selalu mencari-cari kesalahan dan kekeliruan Ayat-ayat di dalam Al Qur’an. Mereka menyatakan bahwa tidak ada pernyataan di dalam Al Qur'an yang menunjukkan bahwa Bumi berbentuk bulat, tidak pula tertulis bahwa Bumi itu berputar pada porosnya, dan bagaimanakah AL Qur'anmembuktikan bahwa satu tahun itu sama dengan 12 bulan? Mereka mendustakanketerangan Al Qur'an yang tidak sesuai dengan bukti ilmiah dan sain medern. Mereka menyimpulkan keterangan ayat AL Qur'an dalam surat Al Kahfi ayat 86, “ketika Zulkarnain menyaksikan matahari terbenam di laut berwarna hitam “. Terbit dan tenggelamnya matahari yang tertulis di dalam Al Qur’an menunjukkan bahwa

keterangan AL Qur’an tersebut kontradiksi dengan sain modern dan tidak bisa diterima secara ilmiah. Para penentang dan penghujat Al Qur’an menertawakan keterangan itu, suatu hal yang mustahil matahari dan bulan saling berkejaran untuk saling mendahului (qs Yasiin 36:40).
Para penghujat AL Qur’an menantang orang-orang Islam untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan mereka ; Apakah mungkin orang muslim mampu berpikir secara logis untuk menyimpulkan bahwa ayat-ayat Al Qur’an dapat menunjukkan bumi berputar pada porosnya?, bulan mengellingi bumi selama jangka waktu satu bulan?,dan bagaimana membuktikan satu tahun itu 12 bulan?.
Untuk maksud tersebut, sebagai orang muslim saya akan mencoba membahas dan
menganalisa keterangan ayat-ayat Al Qur'an lalu mencocokkannya dengan kejadian alam yang merupakan tanda-tanda untuk menganalisa dan mengambil kesimpulan dari keterangan yang ditulis dalam Al Qur'an.
Ayat Al Qur'an yang menerangkan tentang hubungan antara bumi, bulan dan matahari yang terlengkap , terdapat pada surat Yassin ayat 37 sampai dengan ayat 40 yang berbunyi ;
“ Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan,(37) dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.(38) Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.(39) Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (qs Yaasin 36: 37- 40) ”.

Apakah kita dapat menjelaskan keterangan ayat diatas untuk membuktikan fenomena hubungan antara bumi, bulan dan matahari?
Kata-kata yang tersusun dalam ayat -ayat diatas merupakan susunan kata-kata yang
mengandung makna supaya dapat dipikirkan lebih lanjut. Orang awam akan menerima
keterangan ayat itu dengan apa adanya sesuai dengan apa mereka saksikan setiap harinya, sedangkan bagi para ulama islam akan mengamini keterangan tersebut sebagai rahmat dari Allah. Sementara para ilmuwan tidak akan puas sebelum membuktikan bahwa keterangan ayat tersebut harus bersesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan (sain) dan logika.
Apakah ayat AL Qur'an yang diturunkan oleh Allah pada abad 6 Masehi tersebut masih relevan dengan bukti sain modern? Bagaimana metode pembuktiannya?
Kenyataan bahwa Bumi berbentuk bola dan berputar baru diakui setelah abad ke 8 M (dua abad setelah diturunkan Al Qur’an), sedangkan Bumi dan planet-planet beredar mengeliling matahari baru diakui dan ditemukan pada tahun 1512 oleh Kopernikus ( 10 abad setelah Al Qur’an diturunkan). Kemudian pada perkembangan selanjutnya pada abad ke 20 ditemukan bahwa matahari hanya bagian kecil dari gugusan bintangbintang yang disebut Galaxy (teori Milky Way). Semua bintang-bintang dalam galaxy tersebut ternyata bergerak mengitari satu titik di jagat raya. Jadi dalam hal ini ternyata sains modern menyimpulkan bahwa matahari juga bergerak bersama-sama bintangbintang lain didalam satu galaxy.
Al Qur’an pada surat Yasiin ayat 38 diatas , mengatakan bahwa matahari juga bergerak atau berjalan di tempat peredarannya pada Abad ke 6 M , jauh sebelum sains modern membuktikannya. Namun kalau kita perhatikan juga pada kata-kata di ayat 38 tersebut berbunyi “ matahari berjalan di tempat peredarannya”. Pertanyaannya adalah “ Apakah artinya “ berjalan ditempat ?” lalu ditambahkan lagi dengan “ peredarannya ?”. Tidak ada kata lain yang dapat dimaknai kecuali “ diam ditempat dan bergerak dengan cara berotasi” , yang bermakna bahwa matahari itu bergerak pada posisi diam. Maka dapat disimpulkan bahwa matahari berotasi dalam posisi diam terhadap planet-planet lainnya.

Mengapa Allah tidak menjelaskan saja dengan tegas bahwa matahari itu berotasi, tetapi
menyampaikannya dengan petunjuk yang membingungkan bagi pakar sain? Mungkin saja Allah menyampaikannya dengan kata-kata kiasan agar masyarakat arab dan sahabat nabi tidak menjadi bingung sehingga akan menimbulkan perdebatan yang tidak perlu, karena yang perlu ditanamkan bagi mereka zaman itu adalah fondamen ketaqwaan dan keimanan pada Allah untuk membangun masyarakat muslim yang kuat.
Menurut Firman Allah pada surat Al Jatsiyah ayat 13, bahwa kita harus mempelajari tentang keberadaan bumi dan benda-benda langit lainnya berdasarkan tanda-tanda yang terlihat dan menganalisa petunjuk yang difirmankanNYA, supaya dapat diambil pelajaran bagi orang-orang yang mau perpikir dan mensyukuri rahmat Allah ;
“ Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.( Qs Al Jatsiyah 45: 13)”.
Perhatikanlah tanda – tanda kejadian alam kemudian lengkapi dengan keterangan ayatayat
seperti dibawah ini ;
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (qs Ali Imran 3:190)” .

“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS Al An’aam 6: 96).”
Artinya kejadian siang dan malam berlangsung secara berulang-ulang dan terjadi setiap satu siklus yaitu Siang dan malam (24 jam). Yang menyebabkan terjadinya siang adalah sinar matahari yang terbit di ufuk timur, sedangkan yang menyebabkan malam adalah terbenamnya matahari di barat. Apakah maksudnya matahari terbit di timur?
Mungkinkah matahari terbit di suatu tempat di sebelah timur bumi? Begitu juga sebaliknya apakah ada tempat matahari terbenam di sebelah barat? Apakah kata-kata ini berupa kiasan atau dalam arti yang sebenarnya? Sekiranya matahari terbit-terbenam di sebelah timur- barat , maka terdapat dua kemungkinan yaitu;
1. bumi berbentuk dataran yang sangat luas ,
2. Terdapat di suatu tempat di bumi dimana matahari keluar dari sarangnya lalu pulang lagi ke rumahnya di tempat yang berlawanan. Tetapi kenapa matahari dapat terbit dan tenggelam pada tempat yang berbeda-beda di bumi?
Kenyataan ini tergantung dari arah mana kita berada dan memandangnya? Kalau kita berada di tengah laut yang luas, maka matahari terbit dan tenggelam di laut, kalau kita berada di tengah padang pasir maka matahari terbit dan tenggelam di dalam tanah, kalau kita berada di sebuah pegunungan maka matahari hilang dan muncul dari balik bukit.

 Kesimpulannya adalah bahwa kata-kata terbit dan tenggelamnya matahari hanya berupa gayabahasa untuk menyatakan arah pergerakan matahari. Untuk sementara kita dapat mengambil kesimpulan bahwa matahari bergerak memutari permukaan bumi.
Apakah benar demikian ?. Bagi orang yang berpikir, akan mengambil kesimpulan lain.
Sebab ada dua kemungkinannya, matahari bergerak mengelilingii bumi atau mungkin juga bumi yang berotasi. Bagaiman cara kita membuktikannya.? Tentu kita membutuhkan keterangan dari ayat-ayat al Qur’an yang lainnya. Sebab kita tidak dapat memilih satu kesimpulan dari dua kemungkinan , padahal petunjuk yang ada hanya satu . Maka kita perlu keterangan dari ayat-ayat lainnya.
Ayat yang kita gunakan untuk mendapatkan petunjuknya adalah surat Yaasin ayat 40; yang berbunyi ;
“Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.(39) , tidak mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing-masing beredar pada garis edarnya. (qs Yasiin 36:40).”
Bagi orang-orang yang berpikir, maka Ayat ini merupakan tanda tanda dan juga petunjuk untuk menjawab pertanyaan “ Apakah bumi atau matahari yang bergerak?
Dan bagaimana hubungan antara pergerakan bulan, bumi dan matahari? Sebaliknya ayat diatas akan memberi peluang bagi penentang ayat-ayat Allah dan mendustai kebenaranNYA lalu mengatakan “ Mana mungkin matahari mengambil bulan dan apakah mungkin malam mendahului siang” Memangnya matahari dan bulan itu sedang balapan di jalur tol? Atau apakah bulan dan matahari itu saudara bertetangga yang sedang berkejar-kejaran? Suatu pertanyaan yang ke kanak-kanakan, suatu pertanyaan konyol, pertanyaan dari orang-orang yang selama ini selalu memperolok-olokan Al Qur’an.
Kalau kita amati keterangan ayat diatas, maka kita dapat mengambil beberapa pelajaran dan kemudian menyimpulkannya ;

a. Pada saat terjadinya perubahan manzilah-manzilah cahaya di bulan, kita dapat mengamati bahwa bagian bulan yang bercahaya selalu menghadap kearah datangnya sinar matahari. Pada waktu malam hari, kita melihat bulan bercahaya pada bagian sebelah barat atau searah dengan tempat matahari terbenam, dan ketika kita melihat bulan di siang hari maka kita melihat bagian bulan yang bercahaya di arah matahari terbit ( sebelah timur) yang tergantung kepada sisi pandang kita kepada bulan, matahari dan bumi. Pada permukaan bulan itu terdapat bagian yang tertimpa cahaya terang dan bagian yang lainnya tidak bercahaya. Ini membuktikan bahwa bagian bulan yang terang tersebut adalah bagian yang memantulkan sinar matahari. Hal ini berarti bahwa bulan mendapat sinar dari matahari yang merupakan sumber sinar yang sama
diterima oleh bumi. Matahari tentu letaknya jauh sekali. Hal ini dibuktikan ketika pada malam hari kita masih dapat melihat cahaya bulan dan tidak mungkin bumi merupakan dataran luas karena akan menutupi atau menghalangi sinarnya kearah bulan. Ukuran cahaya bulan itu ataupun manzilanya akan selalu berubah-ubah sekali dalam jangka 24 jam selama waktu sebulan. Inilah yang disebut dengan manzilah-manzilah yang selalu berubah-ubah. Kalau diamati manzilah itu berjumlah 28 perubahan bentuk. Yaitu mulai dari bentuk bulan sabit – ke bulat penuh (purnama)- dan kembali lagi ke bentuk sabit yang arahnya berlawanan dari bentuk sabit pertama. Pada Ayat diatas, Al Qur’an mengistilahkan dengan kata-kata tandan, karena bengkoknya sabit mirip dengan tandan buah pisang. Pada 28 hari berikutnya akan terjadi siklus yang sama lalu dimulai lagi dari awal. Perubahan bentuk manzilah-manzilah bulan serta arah cahayanya selalu mengarah ke sumber sinar matahari, maka hanya ada satu kemungkinannya yaitu “bulan berbentuk bola” karena hanya bola yang mampu menghasilkan bayangan berbentuk sabit atau tandan buah pisang dan tidak mungkin bulan itu berbentuk lingkaran ( seperti sebuah cermin berbentuk lingkaran).


b. Kita sudah membuat kesimpualan bahwa bulan berbentuk bola. Sekarang bagaimana membuktikan bumi itu berbentuk bola dan apakah bulan mengeliling bumi atau sebaliknya ?. Kalau kita perhatikan pernyataan bahwa manzilah-manzilah bulan itu selalu berubah dari hari kehari ( siang dan malam ) selama 28 hari. Kemudian sambil mengamati perubahan manzilah , kita juga mengamati perjalanan matahari (terbit dan terbenam) yang gerakkannya selalu kearah barat setiap hari. Maka dapat disimpulkan bahwa bulan lah yang mengelilingi bumi selama 28 hari. Bulan dan bumi sama-sama berbentuk bola dan menerima satu sumber sinar yaitu dari matahari yang tempat yang jauh sekali. Tidak mungkin bulan dan matahari mengelilingi bumi bersamaan. Kalau bulan dan matahari mengeliling bumi bersamaan, tentunya bentuk manzilah-manzilah bulan akan selalu berubah – ubah setiap jam dalam siklus 24 jam , tergantung dari arah mana matahari menyinari bulan yang terlihat dari bumi.

c. Pertanyaan selanjutnya adalah “ apakah matahari yang mengelilingi bumi atau bumi yang berotasi?’ sekiranya matahari yang mengelilingi bumi maka tentu saja bentukbentuk manzilah dari cahaya bulan akan mengalami perubahan bentuk selama siklus 24 jam. Sementara yang kita saksikan adalah manzilah bulan itu berubah bentuknya hanya 1 kali dalam 24 jam. Maka kesimpulannya berikut adalah bahwa “ tidak mungkin matahari mengelilingi bumi “. Lalu kenapa terjadi siang dan malam? Maka jawaban yang paling tepat adalah “bumi berputar pada porosnya” sementara matahari diam ditempat yang jauh. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya siang dan malam secara bergantian sesuai dengan rotasi bumi. Jadi dapat disimpulkan bahwa Bumi berotasi pada sumbunya dengan siklus 24 jam untuk sekali putar. Kalau Bumi ini berputar pada porosnya, hal ini berarti bahwa bumi bergerak mengelilingi porosnya dan manusia
bagaikan sedang beraktivitas diatas kendaraan yang besar. Pertanyaannya adalah ;
Apakah ada keterangan di dalam Al Qur'an yang menunjukkan bahwa Bumi ini bergerak?. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa tidak ada ayat yang menegaskan tentang rotasi bumi di dalam Al Qur'an, tetapi Allah menyampaikannya tanda-tandanya dengan gayabahasa yang selalu menimbulkan teka-teki sebagai petunjuk. Ayat yang dapat digunakan untuk menganalisa bahwa bumi ini bergerak , dapat kita pelajari dari surat An Naml ayat 88 yang berbunyi ;
" Lihatlah gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(qs An Naml 27:88) “
Tentu saja keterangan ayat ini merupakan tanda-tanda atau petunjuk. Allah menyampaikan FirmanNYa dengan kata kiasan dengan makna yang sangat luas. Ayat ini bermakna bahwa gunung itu tidak diam ditempatnya, tetapi bergerak. Berdasarkan hasil penemuan pakar Geologi, menyatakan bahwa lempeng lapisan bumi selalu bergerak yang dapat menimbulkan gempa tektonik yang di-akibat-kan oleh terjadinya tabrakan, lipatan dan retakan, walaupn gerakkan ini hanya beberapa centimeter pertahunnya. Tetapi pergerakan ini terlalu kecil kalau dibandingkan dengan gerakan bumi akibat rotasinya. Artinya ayat ini juga menjelaskan bahwa gunung itu bergerak karena dia berada diatas bumi yang bergerak. Hal ini juga berarti bahwa apapun yang berada diatas bumi akan ikut bergerak karena dia berada diatas pergerakan bumi.
Bahkan awan yang berada di udara juga ikut bergerak bersama rotasi bumi, sesuai dengan petunjuk ayat diatas.

3. Telah dapat disimpulkan dari keterangan ayat-ayat Al Qur’an diatas bahwa bumi berbetuk bola dan berputar selama 24 jam pada sumbunya, matahari diam memberikan cahayanya dari jauh, sementara bulan bergerak mengelilingi bumi salama 28 hari, dan akhirnya kita juga dapat menyimpulkan bahwa bumi dan bulan sama-sama tidak menghasilkan sinar tetapi menerima sinar dari matahari. pertanyaannya adalah ;
Apakah ada ayat di dalam Al Qur'an yang menjelaskan bahwa bulan menghasilkan cahaya pantulan dari matahari ?. Tentu saja Allah tidak menjelaskan dengan detail tentang bulan yang memantulkan sinar dari matahari, tetapi pada surat Nuh ayat 16 menyatakan ;
"Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? ( Qs Nuh 71:16)
Pada ayat diatas, Allah SWT telah memberikan petunjuk kepada orang yang berpikir bahwa terdapat 2 istilah yang berbeda dalam memaknai arti cahaya. Ayat diatas menggunakan istilah "Nur" untuk cahaya yang dihasil oleh bulan dan "Syamsa Siraajan" untuk matahari yang bersinar bagai pelita. Artinya Matahari bersifat bagaikan pelita, obor atau lampu yang menjadi sumber cahaya untuk bulan sehingga dia memantulkan sinar itu. Allah telah memberikan petunjuk yang benar tentang teori "Pemantulan sinar" , jauh sebelum sain dapat membuktikannnya secara ilmiah.

4. Jadi benarlah apa yang disampaikan oleh firman Allah pada ayat-ayat Al Qur’an diatas. Firman Allah dalam Al Qur’an tidak bertentangan dengan penemuan sain.
Hanya orang-orang yang beriman dan berpikir yang mampu memikirkan teka-teki atau petunjuk yang di sampaikan oleh Allah dalam soal ayat diatas.

5. Pertanyaan berikutnya apakah ada Firman Allah di dalam Al Qur’an yang menjelaskan “Berapa bulankah lamanya satu tahun itu? Untuk itu kita merujuk pada surat At Taubah ayat 36 yang berbunyi ;
“ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. (Qs At Taubah 9:36 ) ”.
Keterangan Allah diatas menunjukkaan bahwa apabila siklus manzilah-mazilah bulan telah berjalan sebanyak 12 kali (12 x 28 hari) maka itu dikatakan sebagai hitungan satu tahun dalam perhitungan bulan. Dalam pengamatan, ada bulan yang berjumlah 29 hari dan ada yang berjumlah 28 hari, dan ini dapat dijadikan pentujnuk untuk menentukan jumlah hari dalam satu tahun.
Pertanyaannya adalah apakah benar bahwa satu tahun itu sama dengan 12 bulan?
Apakah tidak lebih atau tidak kurang dari bilangan tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan ini , maka kita harus memperhatikan tanda-tanda alam yaitu bagaimana posisi antara bulan dan matahari yang terlihat dari bumi sesuai dengan keterangan Allah pada surat Yasiin ayat 40 yang berbunyi ;
"Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (qs Yaasin 36:40)".
Arti dan makna dari ayat diatas menunjukkan bahwa seolah-olah bulan dan matahari bergerak beriiring-iringan dari Timur menuju Barat. Keduanya tidak pernah saling mendahului dan keduanya juga tidak pernah bertabrakan. Kecuali pada saat tejadinya peristiwa gerhana matahari. Peristiwa gerhana matahari tersebut merupakan kejadian yang dapat memberikan petunjuk bahwa letak matahari berada jauh dibalik bulan dan mereka tidak bertabrakan tetapi berselisih. Artinya garis edar atau jalur edar antara bulan dan matahari berbeda, sesuai dengan kata-kata “ masing-masing beredar (berjalan) pada pada garis edarnya (jalurnya)”.
Jadi kata-kata terbit dan tenggelam matahari di dalam Al-Qur’an tersebut hanyalah berupa gaya bahasa atau kiasan, karena sebenarnya matahari tidak pernah terbit atau tenggelam dalam arti yang sesungguhnya. Terbit atau tenggelamnya matahari disebabkan karena penglihatan orang-orang yang ada di bumi akibat dari rotasi bumi.
Pertanyaan selanjutnya adalah ; “Kenapa terjadi peristiwa gerhana matahari atau gerhana bulan? Berapa kalikah terjadi peristiwa gerhana matahari dalam setahun?.
Apabila kita perhatikan dan amati pada satu tempat di bumi, posisi antara bulan dan matahari dalam setahun , maka pada suatu hari dalam tahun itu kita akan menyaksikan posisi dimana bulan dan matahari berada pada posisi paling dekat. Apabila posisi terdekat itu tercapai , yaitu beberapa saat setelah matahari dan bulan berimpitan, maka terlihat matahari mendahului bulan kearah barat, seolah-olah matahari lebih dulu mencapai finis di Barat (sunset).
Pertanyaan selanjutnya adalah ; Kalau rotasi bumi berputar dari barat ke timur, bukankah seharusnya bulan yang bergerak lebih cepat ke arah barat dibandingkan dengan gerak matahari- sebab matahari itu berada sangat jauh dibalik bulan?
Bayangkanlah ketika kita berada dalam mobil yang sedang melaju kencang, dimana seolah-olah pohon kayu atau tiang listrik yang berada disisi jalan seakan bergerak lebih cepat kebelakang dibandingkan sebuah gunung yang jauh dibalik pohon itu. Jadi menurut logika, seharusnya Matahari yang berada jauh akan di dahului oleh bulan menuju tempat terbenamnya (barat). Tetapi yang kita amati justru sebaliknya, yaitu dimana ternyata mataharilah yang bergerak lebih cepat ke Barat atau menuju tempat terbenamnya. Bagaimana kita dapat menjelaskan fenomena itu?
Untuk menjelaskan fenomena diatas , maka kita harus dapat menjawab sebuah pertanyaan ; ke arah manakah bulan bergerak ketika mengorbit bumi? Apakah ke timur atau ke barat? Kalau sekiranya bulan itu tetap diam di angkasa dan tidak mengorbit bumi, maka tentulah bulan seolah-olah bergerak lebih cepat ke arah barat dari pada Matahari karena bulan berada lebih dekat ke Bumi. Sebaliknya apabila bulan itu merupakan satelit bumi yang ikut bergerak searah dengan rotasi bumi, maka Mataharilah yang seharusnya kelihatan bergerak lebih cepat ke arah barat.
Jadi ketika kita saksikan Matahari bergerak lebih cepat mendahului bulan ke arah barat, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa bulan ikut bergerak searah dengan rotasi bumi yaitu kearah timur, sedangkan matahari Diam di tempat yang jauh. Karena rotasi bumi ke arah timurlah yang menyebabkan seolah-olah matahari bergerak lebih cepat menuju tempat terbenamnya dari pada bulan.
Ke arah manakah bulan mengorbit bumi? Untuk menjawab pertanyaan ini, maka sekali lagi kita harus mengamati fenomena alam dan memahami petunjuk ayat Al-Qur’an yang berbunyi “ tidak mungkin bulan mendahului Matahari dan tidak mungkin pula Matahari mendahului Bulan, keduanya bergerak dalam garis edarnya “.
Perhatikankan pada saat bulan purnama muncul, lalu tandailah posisi bulan itu di langit dan catat pula pada jam berapa kita menyaksikannya, lalu esok harinya perhatikan lagi posisi bulan itu pada jam yang sama seperti kemaren. Maka kita akan menyaksikan bahwa bulan itu seolah-olah mundur sekitar 12,8o (1/28 x360o = 12,8o) ke sebelah timur. Hal ini menunjukkan bahwa bulan bergerak mengorbit bumi ke arah timur. Atau menempatkan Bumi di sebelah kirinya (berlawanan dengan arah perputaran jarum jam).
Bayangkan saja saat jemaah haji sedang menunaikan Ibadah Tawaf mengeliling Ka’bah.
Maka dapat disimpulkan bahwa Bumi berotasi pada sumbunya sebagaimana gerakan Tawaf jemaah haji mengitari ka’bah, demikian juga dengan Bulan mengelilingi Bumi yaitu seperti halnya Tawaf jemaah haji mengeliling Ka’bah.
Sedangkan untuk mencari petunjuk tentang gerakan bumi mengorbit matahari “, dapat kita telaah dari keterangan Al-Qur’an dalam surat Al Anbiyaa’ ayat 33 yang berbunyi ;
“ Dan Dialah yang telah menggilirkan malam dan siang, dan menciptakan juga matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya beredar di dalam garis edarnya (orbitnya) (qs al An Biyaa‟ 21:33)”
Di dalam Ayat tersebut di atas terdapati 3 buah petunjuk yang tersirat antara lain “1. yang mengalami pergiliran siang dan malam (bumi), “2 bulan” dan “ 3. Matahari”. Dua dari ke tiga unsur ciptaan Allah tersebut mengalami peredaran menurut cara yang telah ditetapkan oleh Allah pada lintasannya (sesuai dengan kalimat “ masing-masing dari keduanya”). Tentu saja yang dimaksud dengan 2 unsur tersebut adalah Bumi dan Bulan yang bersama-sama mengorbit , sedangkan unsur ke ketiga yaitu Matahari
Artinya Bumi dan Bulan secara bersama-sama mengorbit Matahari pada garis edarnya. Kalimat yang tertulis pada ayat diatas “Masing-masing dari keduanya” , adalah unsur bumi dan Bulan, dimana ketika Bulan sedang mengorbit Bumi, mereka secara bersama-sama ikut mengorbit Matahari. Jadi Allah di dalam Al-Qur’an sudah memberikan petunjuk tersembunyi berupa kata kiasan kepada manusia bahwa Bumi mengelilingi matahari.
Pembuktian ilmiah selanjutnya tergantung kepada metode apa yang akan digunakan untuk mengamatinya dan melakukan perhitungan-perhitungan yang lebih akurat .
Hasil yang terbaik tergantung kepada metode yang digunakan, ketelitian alat serta kemampuan manusia dalam berhitung dan mengambil kesimpulan. Ini adalah masaalah teknologi manusia sesuai dengan perkembangan zaman dari waktu ke waktu.

Dapatlah kita bayangkan, sekiranya Allah SWT memberikan beberapa buah satelit untuk bumi, seperti halnya planet Yupiter yang mempunyai 16 buah bulan. Maka perhitungan waktu akan menjadi lebih rumit. Atau sebaliknya sekiranya bumi tidak memiliki bulan seperti halnya planet Saturnus yang hanya memiliki beberapa cincin, maka perhitungan waktu akan sangat rumit lagi.
Begitulah Allah menanamkan kata-kataNya yang bersifat global dan mempunyai makna yang mendalam , sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh semua lapisan masyarakat dari segala bidang keilmuan manapun. Ini merupakan salah satu mukziat Al-Qur’an yang tidak dimiliki oleh bahasa apapun di dalam buku-buku ilmiah dan kitab-kitab agama lainnya. Karena istilah-istilah yang digunakan oleh kitab-kitab lain, selalu akan mengalami masa kadaluarsa akibat penemuan terbaru yang dapat menggantikan penemuan sebelumnya.

Hal ini membuktikan bahwa bahasa yang ditanam di dalam Al-Qur’an oleh sang Pencipta , merupakan bahasa Universal dan flexible yang tidak dapat dihancurkan oleh kekuatan manapun juga. Padahal bahasa dan istilah yang digunakan pada ayat-ayat tersebut sudah ada 14 abad sebelum sain dan teknologi umat manusia menemukan, tetapi kata-kata Al-Qur’an tidak pernah lekang oleh pergantian masa.

Begitulah Allah dengan sangat mengagumkan menyampaikan keterangan ayat-ayatnya dengan tata bahasa tersusun rapi dan penuh perhitungan sehingga siapapun dapat menerima kebenarannya baik dengan kepatuhan iman kepada Allah maupun secara logika berpikir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar